Als ik eens Nederlander was

D. Als ik eens Nederlander was

Komite ini kemudian mengeluarkan brosur kedua yang ditulis oleh SS dengan judul Als ik eens Nederlander was atau “Seandainya aku seorang Belanda”. 16 Dari tulisan ini, muncullah kehebohan yang luar biasa Brosur ini dikirimkan ke semua media yang terbit di Jawa saat itu. Harian De Express misalnya memuat secara utuh tulisan itu. Bahkan diketahui pula bahwa brosur tersebut dicetak di percetakan De Eerste Bandoengsche Publicatie Maatschappij di bawah pimpinan van der Hoek, yang

14 Lihat “de Indische Partij” dalam De Sumatra Post, 18 Maret 1913 lembar ke-2. Pers Belanda pada umumnya sepakat dengan keputusan yang diambil oleh Gubernur Jenderal. Hanya Koran Het Volk saja yang mengkritik kebijakan Gubernur Jenderal ini. (Lihat ‘De Nederlandsche Pers over de Indische Partij” dalam De Sumatra Post, 8 Maret 1913).

15 Lihat “Indische Partij” dalam De Sumatra Post, 8 Maret 1913 lembar ke-2. 16 Selebaran ini dicetak oleh NV. Eerste Bandoengsche Publicatie Maatschappij, yang dipimpin oleh Van der Hoek sebagai direkturnya. Selebaran ini bias diperoleh dengan membayar f 1 sen. (Lihat “Zig- Zags” dalam Het nieuws van den dag voor Nederlnadsch Indie., 26 Juli 1913.

90 Rawe-Rawe Rantas Malang-Malang Putung 90 Rawe-Rawe Rantas Malang-Malang Putung

Bangsa bumiputra Hindia seyogyanya tidak ikut serta dalam merayakan peringatan kemerdekaan bangsa Belanda, yang saat itu sedang menindas kaum bumiputera;

Andai kata SS seorang Belanda, ia akan memprotes gagasan peringatan itu, karena kebijakan itu salah. protesnya, karena itu kebijakan yang salah. Ia akan menyalahkan bangsanya bahwa merayakan peringatan itu sangat berbahaya, karena akan menyadarkan kaum bumiputera untuk merdeka;

Andaikata ia orang Belanda, ia tidak akan menghina dan menindas kaum bumiputera; Andaikata ia orang Belanda, ia akan meminta sumbangan kepada semua orang Belanda yang tinggal di wilayah koloni Hindia Belanda, dan tidak akan mengikutsertakan kaum bumiputera karena kondisi mereka saat itu tertindas;

Sebagai bangsa yang tertindas, dengan perayaan itu, kaum bumiputera memiliki keinginan untuk merdeka seperti yang dialami oleh orang belanda pada saat itu;

Ia sebagai seorang seorang bumiputera sebagaimana juga orang Belanda, juga mencintai tanah airnya sepenuh hati. Oleh karena itu, peringatan perayaan itu sangat menyakitkan hati kaum bumiputera. Di akhir tulisannya ia mengatakan sbb:

17 Berdasarkan data yang ada, brosur ini dicetak sebanyak 5.000 eksemplar , yang ditulis dengan dua versi, yakni bahasa Belanda dan bahasa Melayu.

Jejak Soewardi Soerjoningrat

….Andaikata akoe seorang Belanda, akoe tidak akan merajakan perajaan itoe di dalam negeri jang sedang kami djadjah. Pertama, kami haroes memberikan kemerdekaan kepada rakjat jang kami djadjah, kemoedian baroe memperingati kemerdekaan kami sendiri…… 18

Dalam bagian akhir tulisannya SS bersyukur bahwa dia tidak dilahirkan sebagai orang Belanda. Reaksi pemerintah Kolonial Belanda emosional. Pada 20 Juli 1913, pihak Kejaksaan mulai menyita brosur-brosur itu, dan memusnahkannya. TM, SS dan Abdoel Moeis diminta segera menghadap Jaksa Tinggi ( Officier van Justitie) Mr. Monsato yang secara sengaja didatangkan dari Batavia untuk memeriksa mereka sebagai saksi. 19 Pada saat didengar keterangannya SS mengakui terus terang bahwa ialah yang menulis dalam brosur itu. Akhirnya, ia dinyatakan melanggar Undang-Undang Percetakan pasal 26 yang intinya sanksi bagi mereka yang mengadu domba antargolongan yang ada di dalam negeri. SS dianggap membakar semangat dengan mengadu domba antargolongan yang ada di wilayah Hindia Belanda, dan langsung ditahan. 20 Dikabarkan

18 Lihat Dra. Irna H.N. Hadi Soewito. Soewardi Soerjaningrat dalam Pengasingan. Jakarta: Balai Pustaka, 1985, hlm 29. Pengarang buku ini mengutip dari tulisan EFE Douwes Dekker Mijmeringen van Indiers over Hollands Feesttervierderij in de Kolonie, 1913, hlm. 68-73.

19 Lihat “Het Masker af” dalam Bataviaasch Nieuwsblad, 6 Agustus 1913, lembar ke-2. 20 De Preanger Bode dalam tulisan berjudul “Toelichting” terbitan 31 Juli 1913 memaparkan tentang penangkapan keempat anggota Komite

92 Rawe-Rawe Rantas Malang-Malang Putung 92 Rawe-Rawe Rantas Malang-Malang Putung

de Voogt. Beberapa gedung penting pemerintah seperti: kantor pos, kantor telepon, rumah bupati, gedung residen dan kantor asisten residen serta penjara dijaga ketat. Bahkan di Cimahi pada peristiwa penangkapan itu disiagakan kesatuan kavaleri untuk melindungi jalur telegraf dan telepon. 21

Tentu saja, tuduhan itu langsung disangkal oleh yang bersangkutan. Namun, proses hukum tetap berjalan, dan dia memperoleh peringatan jeras untuk tidak mengulangi perbuatannya. Alasannya adalah dapat menganggu keamanan dan ketenteraman semua bangsa di Hindia Belanda. Namun, SS menyangkal terus tuduhan itu dengan alasan bahwa ia kurang mengerti atas tuduhan menghasut dengan tulisan Als ik eens Nederlander was. Ia membela diri bahwa yang ia tulis itu sama dengan yang dirasakan oleh kaum bumiputera. Berhubung tulisan ini dibuat dalam dua Bahasa, Belanda dan Melayu, maka semua penduduk bisa membaca dan memahami tulisan itu.

Bumi Putra gara-gara tulisan Seandainya aku orang Belanda. Tulisan ini dianggap menghasut dan meresahkan masyarakat. Empat orang yang ditangkap adalah TM, SS, Abdoel Moeis, dan sekretaris Wignjadisastra.

21 Lihat “Een Arrestatie” dalam Het nieuws van den dag voor Nederlandsch Indie, 31 Juli 1913, lembar ke-2.

Jejak Soewardi Soerjoningrat

Dengan demikian ia dianggap menghasut yang mengganggu keamanan dan ketenteraman masyarakat.

Lain SS lain pula TM. Ia tidak mau memberikan keterangan apa pun kepada Jaksa, karena dianggap bertentangan dengan kode etik dalam undang-undang pers. Ia bahkan diingatkan oleh jaksa bahwa sebelumnya telah terjadi kasus yang mirip dengan peristiwa itu, yang menyangkut kasus Redaktur Kepala surat kabar De Locomotief Vierhout yang tidak mau menyebutkan siapa penulis artikel di dalam koran itu. TM tidak mau menanggung resiko. Akhirnya ia berjanji untuk menyebut nama-nama orang yang ikut serta dalam penyebaran brosur-brosur itu. Abdoel Moeis termasuk orang yang dipanggil untuk dimintai keterangannya. Ia mengakui bahwa ialah yang menerjemahkan tulisan itu dari Bahasa Belanda ke Bahasa Melayu. Akhirnya Abdoel Moeis dilepas karena hanya dianggap sebagai seorang pembantu pelaksana saja.

Untuk menampik tulisan SS Als ik eens Nederlander was, terbit tulisan yang mirip sama di koran De Preanger Bode, tulisan yang berjudul Als ik eens Inlander was, yang ditulis oleh

H. Mulder. Banyak kata kotor muncul dalam tulisan yang bergaya kasar ini. Bahkan, banyak kalangan para penduduk Belanda yang tidak dapat menerima tulisan ini. Beruntung Menteri Koloni Pleyte dalam sidang Parlemen Belanda menyatakan bahwa ia merasa muak membaca tulisan yang sangat kasar itu. 22

22. Lihat tulisan DMG Koch. Menuju Kemerdekaan, Pergerakan Kebangsaan Indonesia sampai 1942. Terjemahan Abdoel Moeis: Om de Vrijheid), Jakarta, Jajasan Pembangunan, 1941, hlm. 53.

94 Rawe-Rawe Rantas Malang-Malang Putung

Setelah pemeriksaan terhadap tulisan SS berakhir, pada

21 Juli 1913 ketiga anggota Komite dipanggil kembali untuk diperiksa. Namun dari pemanggilan itu, tidak ada perubahan apa pun dari berita acara yang dibuat pada hari sebelumnya. Anggota komite berpendapat bahwa pemanggilan oleh pihak kejaksaan menunjukkan bahwa pemerintah merasa terusik dan menganggap bahwa peristiwa yang lebih besar bias terjadi. Oleh karena itu sebagai insan pers, setidaknya TM dan SS ingin menjajagi lebih dalam lagi bagaimana reaksi pemerintah di Batavia mendudukkan permasalahan ini. Berhubung tidak ada kelanjutan apa-apa setelah pemanggilan itu, pada 26 dan

28 Juli 1913 keluarlah tulisan mereka berdua di De Express. Pada 26 Juli muncul tulisan TM yang berjudul Kracht of Vrees, (Kekuatan atau Ketakutan). Kemudian pada 28 Juli 1913 muncul tulisan SS yang berjudul Een voor Allen, Allen voor Een (Satu untuk semuanya, semuanya untuk satu). Dalam tulisannya ini SS berpendapat bahwa apa yang ia tuliskan mewakili perasaan kaum bumiputra Walaupun sebagian besar masyarakat diam seribu bahasa, namun di balik itu semua dirasakan oleh semua bumiputra termasuk TM dan SS.

Dalam tulisannya itu, SS mengajak kaum bumiputra untuk bersikap tenang, dan selalu siap dalam menghadapi segala kemungkinan yang bakal terjadi. Berikut sebagian isi tulisannya itu:

…. Kita haroes mempoenyai kekoeatan dan kepribadian dalam menghadapi perdjoeangan nasional ini. Djika