‘ABD AL-RAH{M ĀN IBN NĀSHIR AL-SA’DI>>>> DAN PEMIKIRANNYA
BAB III ‘ABD AL-RAH{M ĀN IBN NĀSHIR AL-SA’DI>>>> DAN PEMIKIRANNYA
A. Biografi al-Sa’di>>> Hampir tidak banyak terjadi perbedaan pendapat terlebih kontroversi seputar biografi dan sejarah sosial-intelektual ‘Abd al- Rah}ma>n ibn Na>s}ir Al-Sa’di>>,yang lebih populer dengan sebutan Syaikh IbnAl-Sa’di>>> atau Shaikh Al-Sa’di>>> Saja. Hal tersebut terjadi karena setidaknya dilatarbelakangi oleh dua faktor kuat yang menunjangnya, yaitu (1) masa hidupnya pada zaman yang sudah mengalami modernisasi kehidupan, khususnya dalam bidang tulis-menulis, terlebih masa-masa akhir dalam kehidupannya; dan (2) banyaknya murid, simpatisan dan para pengagumnya yang menuliskan biografinya dalam berbagai kata pengantar terhadap karya-karyanya maupun dalam bentuk karya tulis ilmiah yang secara spesifik menyorot berbagai dimensi kehidupannya.
Nama lengkap al-Sa’di>>>adalah ‘Abd al-Rah{ma>n ibn Na>shir Ibn ‘Abd Allah ibn Na>s}ir ibn Ah}amd A<lu Sa’di> al Na>s}iri> al-Tami>mi> al- H}ambali>. 1 Ayahnya, Na>s}ir A<lu Sa’di>yang lahir pada tahun 1234 H adalah
seorang ahli ibadah ( ‘a>bid) dan penghapal al-Qur´an (h}a>fiz} li al-Qur’a>n) yang mencintai ilmu dan para ulamanya. Walaupun tidak termasuk dalam strata ulama, namun ia dikenal sebagai imam masjid yang aktif memberikan nasehat ( wa’d) kepada jama’ah, khususnya selepas s}alat Ashar dan Isya. 2 Sedangkan genealogi ( nasab)nya dari pihak ibu, ibunya adalah putri dari keturunan A<lu ‘Uthaymi>n yang masih satu kabi>lah dengan Bani Tamim. 3
Al-Sa’di>>>dilahirkan di desa Unayzah, kecamatan Qashim, Kerajaan Saudi Arabia pada tanggal 12 Muharram 1307 H. Pada tahun 1310 H, ketika menginjak usia empat tahun, ibunya meninggal dunia kemudian disusul dengan kematian ayahnya pada tahun 1313 H saat usia tujuh tahun, hingga di masa kecilnya ia hidup sebagai yatim-piatu. Setelahnya ia tinggal bersama ibu tirinya yang sangat mencintainya melebihi anak
1 ‘Abd Allah ibn ‘Abd al-Rah}ma>n Ibn Sha>lih} al Bassa>m, ‘Ulama>’ Najd min Khila>l Sittah Qurru>n,(Makkah: Maktabah wa Mathba’ah al-Nahdhah, al-Hadi>tah
1978), vol. 2, 423. 2 Al-Bassa>m, ‘Ulama>’ Najd min Khila>l Sittah Qurru>n, h.423
3 ‘Abd Allah ibn Muh}ammad ibn Ah{mad al-T}ayya>r, S}afah{a>t min H{aya>h ‘Alla>mah al-Qashi>m al-Syaikh ‘Abd al-Rah}ma>n Ibn Na>s}ir Al-Sa’di>>>>, (Damam: Da>r 3 ‘Abd Allah ibn Muh}ammad ibn Ah{mad al-T}ayya>r, S}afah{a>t min H{aya>h ‘Alla>mah al-Qashi>m al-Syaikh ‘Abd al-Rah}ma>n Ibn Na>s}ir Al-Sa’di>>>>, (Damam: Da>r
( nash’ah s}a>lihah) dan yang selalu menyiapkan berbagai hajat kebutuhan al-Sa’di>>>dalam mencari ilmu. H{amd yang di karuniai usia panjang, meninggal pada tahun 1388 H dalam usia 96 tahun, adalah seorang pemakmur masjid, giat beribadah dan rajin membaca al-Qur´an, bahkan termasuk para pengembannya yang sejati ( 5 h}amalah al-Qur’a>n).
Dari sini diketahui bahwa Al-Sa’di>>> tumbuh berkembang dalam lingkungan yang baik ( bi>’ah s}a>lihah) dan kondusif dalam menumbuhkan
spirit ilmiah ( raghbah shadi>dah li t}alab al-‘ilm). Sejak remaja ia telah dikenal luas sebagai pribadi yang bertakwa dan shaleh yang memiliki antusiasme tinggi dalam belajar, hingga tidak mengherankan ketika beliau genap berusia dua belas tahun ia sudah mampu menghapal al- Qur´an secara sempurna. setelah itu, ia giat mencari ilmu dengan penuh antusiasme kepada para ulama negerinya dan dari negeri-negeri di sekitarnya. Walau relatif masih berusia muda, dengan cepat ia menjadi buah bibir dan dianggap sangat fenomenal dalam kecerdasan, otoritas keilmuan dan integritas ilmiahnya sehingga teman sebayanya pun banyak yang berguru kepadanya. Dari sini disimpulkan, semenjak muda ia adalah seorang yang berprofesi ganda; sebagai murid yang dipenuhi gelora semangat untuk menimba ilmu sekaligus sebagai guru yang membimbing
teman-temannya ( 6 muta’allim wa mu’allim). Saat minginjak usia tiga belas tahun, sa’di> dengan serius dan
intens memulai pengembaraan intelektualnya dalam menimba ilmu. Selain menimba ilmu secara langsung dari para ulama, secara khusus ia juga sangat rajin mengkaji secara mendalam karya-karya Syaikhul Islamibn Taimiyyah dan muridnya, Imam Ibn al-Qayyim. Hingga pada tahun 1350 H ketika telah berusia empat puluh tiga tahun, ia berhasil menggapai puncak intelektualitas dan menjadi ulama terkenal di Qashim yang menjadi referensi ilmiah bagi para pencari ilmu, bukan hanya dari
wilayah Qas}im, namun juga dari berbagai negeri lain di seluruh dunia. 7
4 ‘Abd al-Razza>q ibn ‘Abd al-Muhsin al-‘Abba>d, al-Shaikh ‘Abd al Rah}ma>n Ibn Sa’di >> wa Juhu>duhu fi> Taudhi>h}al-‘Aqi>dah, (Ria>d}: Maktabah al-Rushd, 1990), 13.
5 al-T}ayya>r, s}afaha>t min H}aya>h ‘Alla>mah al-Qashi>m…,11-12. 6 Al-Bassa>m, ‘Ulama>’ Najd min Khila>l Sittah Qurru>n, vol. 2, 423-424; dan al-Syuway’ir,
7 Min Mas}a>hi>r ‘Ulama>’ina>, 195. ‘Abd al-Rah}ma>n ibn ‘Abd al-Lat}i>f A<lu al-Shaikh, Mas}a>hi>r ‘Ulama>’ Najd
wa Ghairihim, (Ria>d}: Da>r al-Yama>mah li al-Bahth wa al-Tarjamah wa al-Nashr,
Dan setelah menghabiskan sebagian besar waktu dan usianya untuk kepentingan ilmiah dan pengabdian kepada kaum Muslimin, pada tahun 1372 H, Al-Sa’di>> menderita sakit tekanan darah ( dhaghth al-dam) dan penyempitan pembuluh darah ( tashallub al-syara>yi>n) yang menyebabkan sekujur tubuhnya seringkali menggigil di setiap saat, khususnya bila sedang berceramah selang beberapa waktu lamanya. Bila demikian, ia pun menghentikan aktifitasnya, termasuk kerika sedang membaca al-Qur´an. Namun ia selalu sabar menghadapinya dan tetap konsisten menjalankan beragam aktifitas ilmiahnya. Setelah sempat berobat dan beberapa kali penyakitnya kambuh bahkan semakin bertambah parah, akhirnya pada hari Rabu malam Kamis tanggal 23 Jumadil Akhir tahun 1376 H ia berpulang ke pangkuan Allah di kota kelahirannya, Unaizah. Kepergiannya untuk selama-lamanya telah menimbulkan beragam kesan positif dan kesedihan mendalam ( utopia)
bagi kaum Muslimin dan dunia Islam.
B. Kehidupan Intelektual al-Sa’di>>> Sebagai ulama dan cendikiawan Muslim, salah satu sorotan paling menarik dalam kehidupan Al-Sa’di>>>adalah aktifitas intelektualnya. Selain aktifitas belajar kepada para gurunya, kehidupan intelektualitas tersebut juga meliputi aktifitasnya dalam profesi ilmiah, mengajar dan mendidik murid-murid serta andilnya dalam pembaruan pemikiran dan pendidikan serta dari berbagai karya tulis ilmiah yang diproduksinya.
Al-Sa’di>>>adalah orang yang gemar menuntut ilmu, mencintai ulama, bergaul dan menimba ilmu dari mereka. 9 Ia banyak menimba ilmu
dari para ulama pada masanya, terutama yang berasal dan berdomisili di Saudi Arabia. Di antara guru-gurunya adalah:
1. Ibra>hi>m ibn H{amd ibn Muh}ammadibn Ja>sir, sebagai guru pertama yang mengajarinya tafsir, hadith dan ilmu ushulnya.
2. Muh}ammadibn ‘Abd al-Kari>m ibn Ibra>hi>m ibn Sha>lih} al- Shibl, yang membimbingnya dalam fikih, ushul fikih dan ilmu-ilmu bahasa Arab.
3. ‘Abd Allah ibn ‘A<’idh al-‘Uwaydhi> al-H{arbi>, yang menjadi gurunya dalam fikih, ushu fikih dan ilmu-ilmu bahasa Arab.
8 Al-‘Abba>d, al-Shaikh ‘Abd al-Rah}ma>n Ibn Sa’di>, 19-20. 9 Abdullah al-Aqil, Mereka yang telah Pergi: Tokoh-Tokoh Pembangun
4. S}a>lih} ibn ‘Uthma>nibn H{amd ibn Ibra>hi>m al-Qa>dhi>, yang mengajarinya tauhid, tafsir, fikih, ushul fikih dan furu>’nya serta dalam ilmu-ilmu bahasa Arab.
5. Muh}ammadibn ‘Abd Allah ibn H{amd ibn Muh}ammad ibn Sali>m, yang membimbingnya dalam tauhid dan ilmu-ilmu lainnya.
6. Muh}ammad al-Ami>n Mah}mu>d al-Shinqi>thi>, yang menjadi gurunya dalam tafsir, Hadits, mus}thalah hadith dan ilmu-ilmu bahasa Arab seperti gramatika ( nah}wu), sintaksis (s}araf) dan lainnya. 10
Juga beberapa guru lainnya yang eksistensinya diperselisihkan oleh beberapa penulis dan muridnya yang
membukukan biografi Al-Sa’di>>, seperti Sulaiman ibn Da>migh dan Muh}ammadibn ‘Abd al-Kari>m al-Bis}r. Di antara gur-guru tersebut, yang paling banyak membimbingnya dan menjadi Grand Syaikhnya hingga wafat adalah Sha>lih} Ibn ‘Uthma>nibn H}amd ibn Ibra>hi>m al-Qad}i dan Muh}ammad al-Ami>n Mah}mu>d al-Shinqi>t}i>.
Setelah berhasil menimba pelbagai ilmu-ilmu Islam dan dapat mendaki puncak intelektualitasnya, kiprah Al-Sa’di>>> tidak hanya berhenti sampai di situ, kehidupan intelektualnya ia lanjutkan dengan melibatkan dirinya dalam berbagai kegiatan sosial-kebajikan ( masha>ri>’ khairiyyah ‘a>mmah wa kha>s}ah) dan beragam jabatan ilmiah keagamaan ( a’ma>l di>niyyah) yang diamanatkan kepadanya. Di antara aktifitas tersebut yang
terpenting adalah 11 :
1. Ia adalah tokoh panutan (marji’) dan sosok problem solver ( ‘umdah) bagi negerinya dalam menyelesaikan problematika sosial-intelektual.
Yaitu sebagai guru bagi para muridnya ( mudarris al-thulla>b), pemberi nasehat bagi masyarakat ( wa>’izh al-‘a>mmah), imam dan khathib ( ka>tib al-watha>’iq), yang bertanggung jawab penuh dalam menunaikan waqaf dan wasiat ( muh{arrir al- awqa>f wa al-was}a>ya>), serta sebagai pelaksana akad nikah
10 al-‘Abba>d, al-Shaikh ‘Abd al-Rah}ma>n ibn Sa’di>, 26-29; dan al-T{ayya>r, S{afah}a>t min H{{aya>h ‘Alla>mah al-Qas}i>m, 57-63.
11 al-‘Abba>d, al-Syaikh ‘Abd al-Rah}ma>n ibn Sa’di>, h. 17-19; dan al-
(‘ a>qid al-ankih}ah) dan penasehat (mustas}a>r) dalam beragam kemashlahatan sosial lainnya.
2. Tahun 1360 H, ia membidani berdirinya (ta’sis) perpustakaan di Unaizah dengan donasi dari Menteri ‘Abd Allah al-Salma>n al-H{a>mdan. Oleh sejarawan, Al-Sa’di>>> bahkan di kategorikan sebagai
orang pertama yang mempelopori pendirian perpustakaan ( 12 awwal man ansya’a maktabah) di Unaizah tersebut. Ia
sendiri adalah pihak yang secara langsung menyuplai beribu- ribu kitab dalam berbagai disiplin ilmu, hingga perpustakaan tersebut menjadi referensi utama ( goal getter) yang dikunjungi para pencari ilmu.
3. Masih di tahun 1360 H, secara resmi ia ditunjuk menjadi kepala pengadilan agama di Unaizah, namun ia menolaknya walaupun telah diminta berulang kali.
4. Pada Ramadhan tahun 1361 H, ia ditunjuk menjadi imam dan khathib resmi (bersertifikat) di masjid Unaizah berdasarkan surat keputusan dari Hakim ‘Abd al-Rah{ma>n ibn ‘Awda>h.
5. Tahun 1363 H, ia memprakarsai pembentukan Komite Kebajikan ( jum’iyyah khairiyyah) untuk merenovasi dan memperluas halaman depan masjid Unaizah. Dan masih banyak lagi aktifitas sosial lainnya yang tidak
seorangpun mengetahuinya secara pasti, kecuali setelah wafatnya. Sedangkan murid-muridnya, maka banyak sekali para penuntut ilmu ( t}ulla>b al-‘ilm) yang belajar dan mengambil ilmu dari Al-Sa’di>>> . Di antaranya murid-muridnya yang terkemuka adalah 13 :
1. Muh}ammadibn S{a>lih} al-‘Uthaimi>n, yang menggantikannya dalam beragam aktifitas; seperti sebagai imam masjid di Unaizah, mengajar, memberikan nasehat dan dalam menyampaikan khuthbah.
Ia adalah murid Al-Sa’di>>> yang paling menonjol dan populer, bahkan sebagian kalangan di berbagai penjuru dunia Islam, termasuk di Indonesia mengklaim bahwa kapabilitas dan
12 Khair al-Di>n al-Zirikli>, al-A’la>m: Qamu>s Tara>jum li Ashhar al-Rija>l wa al-Nisa>’ min al-‘Arab wa al-Musta’ribi>n wa al-Mustasyrah iqi>n, (Beirut: Da>r al-‘Ilm
li al-Mala>yi>n, 2005), vol. 3,340. 13 al-Rashu>di>, al-Fikr al-Tarbawi> ‘inda Al-Sa’di>>>> ‛, 92-114; al-Thayya>r,
S}afah}a>t min Haya>h ‘Alla>mah al-Qas{i>m, 67-87; dan al-‘Abba>d, al-‘Shaikh ‘Abd al- S}afah}a>t min Haya>h ‘Alla>mah al-Qas{i>m, 67-87; dan al-‘Abba>d, al-‘Shaikh ‘Abd al-
2. ‘Abd Allah ibn ‘Abd al-Rah}ma>n al-Bassa>m, anggota Hai’ah Tamyi>z al-Ah}ka>m al-Shar’iyyah (semacam Komisi Yudisial Agama) di wilayah Barat Saudi dan Hai’ah Kibar al-‘Ulama>’ (Komite Ulama Senior, semacam MUI).
Ia termasuk salah satu murid Al-Sa’di>>> yang paling menonjol, terbukti dengan karya-karyanya yang dinilai berbobot dan berjumlah cukup banyak serta banyak pula yang sudah diterjemahkan, termasuk beberapa dalam bahasa Indonesia.
3. ‘Abd al-Azi>z ibn Muh}ammad al-Salma>n, staff pengajar di Ma’had Imam Da’wah Riyadh, ia memiliki banyak karya
tulis dalam berbagai bidang ilmu syar’i yang tidak diperjual- belikan, namun dibagi-bagikan secara gratis.
Itu adalah sebagian kecil murid-murid ‚lokal‛ yang berguru kepada Al-Sa’di>>>; yang menimba ilmu darinya dan di kemudian hari berperan besar menyebarkan pemikirannya hingga ke berbagai negeri di seluruh penjuru dunia.
Di samping itu, pengaruh intelektualitas al-Sa’di>>> juga merambah ke berbagai negeri lainnya, melalui karya-karyanya yang telah tersebar luas, khususnya yang dikaji oleh para ulama berbagai negeri yang pernah berhijrah ke Mekkah dan Madinah. Seperti karya-karyanya yang dikaji secara cermat oleh para ulama yang berhijrah semisal (1) Muh}ammadibn Sult}a>n al-Ma’shu>mi> al-Khajandi> al-H}anafi> dari Bombai India yang pernah mengajar di Da>r al-H}adi>ts Mekkah; (2) Muh}ammad H{usain Jenzi> dari Cina, pernah mengajar di Masjidil Haram; (3) Ibn Ba>di>s dari Aljazair; (4)H}usain Mu>sa> al-Shi>ni> dan anaknya Mah{mu>d H{usain al-Shi>ni> dari Cina; dan ulama lainnya. Setelah mempelajari dan mengkaji karya-karya Al-Sa’di>>> tersebut, mereka kemudian mengajarkannya kepada murid-muridnya yang berdomisili di negerinya masing-
masing. 14
C. Latar Belakang Pemikiran al-Sa’di>>> Dalam sebuah asumsi diungkapkan bahwa ide-ide dan gagasan- gagasan yang lahir dari seorang pemikir merupakan hasil interaksi antara si pemikir dengan lingkungan sosio-historis ( millieu) yang mengitari atau melingkupi kehidupannya. Hal demikian, tentunya berlaku pula bagi corak pemikiran Al-Sa’di>>>.
Dalam term bahasa Arab, lingkungan sosio-historis tersebut umumnya diistilahkan sebagai al-itha>r, yang memiliki arti ‚al-muhi>th bi al-shai’‛ (hal-hal yang melatarbelakangi sesuatu). Bila secara organik dikaitkan dengan Al-Sa’di>>>, maka berarti ‚ma> aha>tha bi Al-Sa’di>>> min thaqa>>fah wa ma> laha> min ta’t}i>r bayyin fi fikrihi wa ‘ilmihi mundzu nu’u>mah azfa>rihi‛ (pelbagai hal yang melatarbelakangi pemikiran dan intelektualitas Al-Sa’di>>> semenjak kecil), meliputi (1) dimensi kultural- intelektual ( itha>r thaqa>fi>); (2) dimensi sosio-politik (it}a>r siya>si>); (3) dimensi sosio-kultural ( itha>r ijtima>’i); dan (4) dimensi sosio-ekonomi 15 ( itha>r iqtisha>di>>).
Berikut paparan singkat dari lingkungan sosio-historis yang terkait erat dengan kehidupan Al-Sa’di>>> dan mempengaruhi pemikiran intelektual dan ide gagasannya:
1. Dimensi Kultural-Intelektual Dalam tesis Magisternya, ‘Abd al-‘Azi>z ibn ‘Abd Allah ibn
Muh}ammad al-Rashu>di> menemukan sekurang-kurangnya empat dimensi kultural-intelektual yang mempengaruhi perjalanan hidup dan corak
intelektualitas Al-Sa’di>>>, yaitu 16 : Pertama, millieu atau lingkungan keluarganya (bi>’atuhu al-
usariyyah). Dalam hal ini berpangkal pada spiritualitas pribadi dan integritas keshalehan ayahnya, Na>s}ir ibn ‘Abd Allah Al-Sa’di>>> dan kakak kandungnya,H}amd ibn Na>shir Al-Sa’di>>>. Inilah millieu dimana Al-Sa’di>>> hidup bersamanya dan berpengaruh besar terhadap perkembangan akhlak, perilaku dan aktifitas kesehariannya. Karena millieu keluarga memberikan pengaruh sangat besar bagi seorang anak, bahkan Allah menjaga keshalehan seorang anak disebabkan karena keshalehan ayahnya,
walaupun hidup sebagai anak yatim sebagaimana firman-Nya. 17
16 al-Fikr al-Tarbawi> ‘inda Al-Sa’di>>>, 19-20. al-Rashu>di>, al-Fikr al-Tarbawi> ‘inda Al-Sa’di>>>>, 30-37. 17 ‚Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu,
15 al-Rasyu>di>,
Kedua, para gurunya , Guru-guru al-Sa’di>>> adalah para ulama otoritatif dari berbagai lintas disiplin ilmu agama ( ‘ulama>’ ba>rizi>n fi shatta> al-‘ulu>m al-shar’iyyah). Tidak saja menimba ilmu dari para ulama negerinya, mereka juga sering melakukan lawatan ( rihlah) mencari ilmu di berbagai negeri lain seperti Syam, Mesir, India, Irak dan Kuwait, untuk menimba ilmu dari para ulama di negeri tersebut. Setelah pengembaraan ilmiahnya selesai, mereka kembali ke negerinya untuk mulai mengajarkan ilmunya. Di antara murid mereka adalah al-Sa’di>>> yang belajar kepada mereka dengan penuh antusiasme; dimana ilmu dan corak pemikiran para gurunya yang menimba ilmu dari para guru di berbagai negeri tersebut sangat berpengaruh bagi intelektualitas, independensi dan kelapangan dada Al-Sa’di>>> terhadap perbedaan yang memang dibolehkan.
Ketiga, millieu atau lingkungan sosial masyarakatnya (bi>’atuhu al-ijtima>’iyyah). Yaitu masa hidupnya di zaman yang telah terwarnai oleh dakwah tauhid yang dipelopori oleh imam Muh}ammadibn ‘Abd al-Wahha>b yang bersinergi dengan kekuasaan Amir Muh}ammad ibn Su’ud dalam rentang waktu 1115-1206 H/1695-1786 M, hingga terbentuknya kerajaan Saudi Pertama ( al-Daulah al-Su’u>diyyah al-U<la>). Keadaan yang kondusif dan berlimpah kebaikan tersebut terus berlangsung hingga periode kedua ( al- Daulah al-Su’u>diyyah al-Tsa>niyah). Kemudian berlanjut hingga awal abad ke-14 H dengan datangnya periode ketiga dari Kerajaan Saudi ( al- Daulah al-Su’u>diyyah al-T}a>litsah) di bawah kekuasaan Raja ‘Abd al- ‘Azi>z ibn ‘Abd al-Rah{ma>n ibn Fais}al A<lu Su’u>d pada tahun 1319 H.
Seperti dua periode sebelumnya, di antara corak periode ketiga adalah adanya penghormatan yang tinggi terhadap dakwah salafiyyah dan dimuliakannya kedudukan para ulamanya. Selain itu, Raja ‘Abd al-Azi>z juga banyak mendirikan berbagai madrasah dan menerbitkan karya ilmiah para ulama serta membagi-bagikannya secara gratis, khususnya ketika musim haji tiba. Suasana kondusif sebagaimana tersebut di atas, dialami pula oleh kota Unaizah yang secara nyata memberikan pengaruh besar
terhadap pemikiran intelektualitas Al-Sa’di>>> di kemudian hari. 18
seorang yang shaleh, maka Rabbmu menghendaki supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Rabbmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat bersabar terhadapnya.‛ (QS. al-Kahfi [18]: 82).
18 Untuk mengungkap dan mengelaborasi lebih lanjut tentang perhatian dan
Keempat, karya-karya (mu’allafa>t) Ibn Taimiyyah dan Ibn al- Qayyim. Selain mengagumi dan mengkaji karya keduanya, Al-Sa’di>>> juga banyak mengunggulkan pendapat ( tarji>h) keduanya dalam masalah khila>fiyyah, serta dengan mengapresiasi dan merefleksi karya keduanya dalam beberapa karyanya melalui beragam metodologi penulisan, seperti meringkas ( ikhtisha>r), mengulas (sharh), memberikan anotasi (ta’li>q), menggubah dan dengan memberikan akurasi ( istidra>k wa tas}hi>h).
2. 19 Dimensi Sosio-Polotik Pada awal abad ke-14 H, mayoritas dunia Islam umumnya berada
dalam cengkraman penjajahan Barat, kecuali Nejed dan Hijaz di Semenanjung Arabia yang steril dari pengaruh para penjajah ( musta’mir).
Sebelumnya, sekitar abad ke-12 H, telah muncul gerakan dakwah pembaruan ( da’wah tajdi>diyyah) yang dipelopori oleh Imam
Muh}ammadibn ‘Abd al-Wahha>b al-Tami>mi> dengan agenda utama mengembalikan umat kepada purifikasi atau kemurnian ajaran Islam ( i’a>dah al-na>s ila> di>nihim al-shahi>h) dan menghindarkan umat dari beragam perbuatan syirik, bid’ah dan kesesatan yang telah menyebar secara masif ( nabd} ma> intashara baynahum min shirkiyya>t wa bida’ wa d}ala>la>t). Di Nejed dan Hijaz sendiri, tempat Imam Muh}ammad al- Tami>mi>> memulai dakwah pemurnian dan pembaruannya, tersebar pengkultusan terhadap beraneka macam keburan, pepohonan, bebatuan dan beragam petilasan hingga sampai pada tarap penyembahan kepada
tuhan tandingan selain Allah. 20 Bahkan bila ditelusuri secara detail di setap wilayahnya, maka kerusakannya akan semakin tampak dan terlihat
sangat buruk sekali, padahal Nejed merupakan jantung aktifitas di Semenanjung Arabia ( 21 qalb al-jazi>rah al-‘Arabiyyah).
Selang beberapa waktu, dakwah mulia Imam Muhammmad tersebut membawa hasil yang gemilang, terbukti dengan banyaknya ulama dari berbagai negeri dan bermacam intitusi dakwah purifikasi
ma’had‘ilmi> secara khusus, lihat Abdullah bin Yusuf Al Shi>bl, Kumpulan makalah Sejarah Raja Abdul Aziz, (Ria>d}: Universitas Islam Imam Muh}ammad Ibn Saud dan CV MUS Jakarta, 1999), 255-291.
19 al-Rashu>di>, ‚al-Fikr al-Tarbawi> ‘inda Al-Sa’di>>>‛, 39-46. 20 S}alih ibn Fawza>n ibn ‘Abd Allah al-Fawza>n, Min A’la>m al-Mujaddidi>n, (Ria>d}: Da>r al-S}ama’i>, 1995), 52.
21 Mas’u>d al-Nadwi>, Muh}ammad ibn ‘abd al-Wahha>b: Mus}lih Mazhlu>m wa Muftara> ‘alaihi, Ria>d: Wiza>rah al-S}u’u>n al-Isla>miyyah wa al-Awqa>f wa al-Da’wah 21 Mas’u>d al-Nadwi>, Muh}ammad ibn ‘abd al-Wahha>b: Mus}lih Mazhlu>m wa Muftara> ‘alaihi, Ria>d: Wiza>rah al-S}u’u>n al-Isla>miyyah wa al-Awqa>f wa al-Da’wah
nenek moyang dari para penguasa Maroko saat ini, yaitu Sayyidi> Muh}ammadibn ‘Abd Allah al-‘Alawi>, Sulaima>n ibn Muh}ammad ibn ‘Abd Allah al-‘Alawi>, Ibra>hi>m Sulaima>n ibn Muh}ammad ibn ‘Abd Allah al-‘Alawi> dan Sultan al-Hasan. 23 Namun banyak pula yang hanya sekedar
klaim palsu dan tidak pernah terbukti kebenarannya, seperti gerakan al- Sanu>siyyah di Libia dan Mahdiyyah di Sudan, atau dakwah individual yang digagas oleh al-Afgha>ni>, Muh}ammad ‘Abduh, Muh}ammad Iqba>l dan beberapa tokoh lainnya 24 .
Sedangkan masa terdekat dengan kehidupan Al-Sa’di>>>, yaitu Kerajaan Saudi periode ketiga ( al-Dawlah al-Su’u>diyyah al-T}a>lithah) di bawah kekuasaan Raja ‘abd al-‘Azi>z ibn ‘Abd al-Rah}ma>n ibn Fais}al A<lu Su’u>d pada rentang waktu 1297-1373 H/1880-1953 M, adalah periode
gemilang yang ditandai dengan ekspansi dan aneksasi berbagai wilayah lain di sekitarnya, seperti Ria>dh dan lainnya, termasuk Unaizah Qashim
pada tahun 1322 H/1904 M saat Al-Sa’di>>> berusia lima belas tahun. Pada masa Raja ‘Abd al-‘Azi>z terjalin pula hubungan politik
yang baik dengan banyak negara Islam dan Eropa, serta ikut tergabung dalam perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Liga Arab. Di Liga Arab, Saudi adalah anggota pendiri yang memiliki andil besar dalam proses kelahirannya pada tahun 1365 H/1945 M. dalam masa pemerintahannya, Saudi menjadi anggota aktif yang partisipasif dalam menyampaikan berbagai aspirasi dunia Arab dan Islam. Berkaitan dengan reformasi internal ( is}lah}a>t da>khiliyyah), Saudi memberikan perhatian besar terhadap penerapan ( tat}bi>q) syariat Islam, jaminan pelaksanaan ibadah haji dan secara optimal berusaha mewujudkan stabilitas nasional. Usaha tersebut dimulai dengan pemindahan penduduk Badui yang hidup nomaden di wilayah pedalaman ke domisili yang permanen, Raja juga membangun berbagai sarana publik di setiap pelosok negeri untuk menunjang kemajuan pembangunan. Semua itu dapat terealisasi dengan baik setelah
22 ‘Abd al-‘Azi>z ibn Muh}ammad ibn ‘Ali> al-‘Abd al-Lat}i>f, da’a>wa> al- Muna>wi’i>n li Da’wah al-Syaikh Muh}ammad ibn ‘Abd al-Wahha>b: ‘Ardh wa Naqdh,
Riyadh: Da>r al-Wat}an, 1412 H, 25-27. 23 Al-Shuwai’ir, Tas}hi>h Khat}a’ Tari>khi> hawla al-Wahhabiyyah. (Ria>d}:
Ri’a>sah Ida>rah al-Buh}u>ts al-‘Ilmiyyah wa al-Ifta>’, 2001), 25-27.
ditemukannya ladang minyak di wilayah Timur kerajaan pada tahun 1357/1983. 25
Dinamika sosia-politik tersebut memiliki andil besar dalam membentuk Al-Sa’di>>> untuk memiliki telaah luas mengenai dunia Arab dan Islam, pertarungan antara kebenaran versus kebatilan, dan konplik antara penyeru kebaikan dengan diktator. Ia tahu konspirator besar yang
dirancang untuk melawan Islam dan kaum Muslimin, yaitu para perekayasa kerusakan di muka bumi. Mereka memerangi akidah, syariat Islam, akhlak dan syi’arnya, ulama dan dai. Ia berikan pujian yang baik kepada penyeru Allah yang berhadapan dengan t}a>ghu>t dan sabar atas gangguan mereka di jalan-Nya. 26 Kesimpulan dan hasil telaahnya tersebut kemudian ia refleksikan dan terekam dengan sangat jelas dalam beberapa karyanya.
D. Al-Sa’di>>> dan Pemikiran Tafsirnya Adapun andil al-Sa’di> pembaruannya dalam pemikiran
tafsirnya, setidaknya dapat ditelusuri dan dilihat dari hal-hal sebagai berikut:
1. Independensinya dari madzhab Hambali> yang menjadi madzhab resmi dari mayoritas penduduk negerinya.Walaupun tetap menghormati, selalu mempelajarinya dan menjadikannya sebagai sandaran, al-Sa’di>>> memperkaya khazanah ilmiahnya dengan banyak menelaah berbagai kitab tafsir dan Hadis serta karya- karya Ibn Taymiyyah dan Ibn al-Qayyim. Mozaik intelektualitas dan pengembaraan ilmiahnya tersebut di kemudian hari terbukti memberikan kontribusi besar dalam membuka cakrawala intelektualitasnya untuk terbebas dari belenggu taqli>d dan menuntunnya untuk meniti kemandirian ijtihad dengan tetap bersandar kepada madzhab yang dianutnya ( ijtiha>d muqayyad), yang mengantarkannya untuk memilih pendapat yang lebih tepat ( ra>jih) berdasarkan dalil dan konklusi logisnya (ta’li>l) tanpa harus terkungkung kepada pendapat madzhabnya.
2. Keteguhan
keberaniannya untuk mengkontekstualisasikan dalil dalam beragam realitas kontemporer yang saat itu masih dianggap asing, sehingga
beliau
dan
25 Ah}mad Ma’mu>>r La>hiq al-‘Usairi>, al-Tari>kh al-Isla>mi> Mundzu Zhuhu>r al- Rasu>l ila> al-‘Ashr al-Ha>dhir 1424 H/2004, (Damam: tp., 2004), h. 332.
seringkali ia menghadapi berbagai tuduhan karena dianggap menentang arus.
3. Tahun 1358 H, ia menulis kitab yang berjudul ‚Risa>lah ‘an Ya’ju>j wa Ma’ju>j‛ yang sempat menimbulkan kontroversi dan polemik. Dalam risa>lah tersebut, secara tegas ia memastikan bahwa secara
fisik Ya’ju>j wa Ma’ju>j berasal dari etnis Turki, negara-negara tetangganya, anak cucunya dan yang tepatnya di Mongolia dan Turkistan. Sedangkan di masa kini, mereka menjelma menjadi bangsa
Tartar, Cina, Jepang, Rusia, Eropa, Amerika dan kroni-kroninya yang memiliki kesamaan karakter. 27
4. Ia memandang secara de facto bahwa hukum talak tiga harus melalui beberapa tahapan, tidak bisa langsung sekaligus hanya dengan satu kata saja, walaupun secara resmi ( de yure) ia tidak pernah memfatwakannya.
5. Seringkali ketika memaparkan suatu faedah ilmu, ia beristinba>th dengan Hadits dan mendeskripsikan interpretasinya secara spontan, tanpa
persiapan terlebih dahulu. Hal ini terjadi karena ia dianugerahi kecerdasan, kekuatan hapalan dan spontanitas ketepatan jawaban yang sangat mengagumkan bagi pihak
yang bertanya dan mendengarkannya. 28
6. Secara khusus dalam proses belajar-mengajar (ta’li>m), ia memiliki metode khas yang belum pernah dilakukan pihak lain di masanya ( uslu>b fari>d fi> ‘as}rihi). 29
Metodenya dalam mengajar para muridnya dapat dideskripsikan sebagai berikut (1) ia meminta para muridnya untuk membacakan kitab yang sedang dipelajarinya; (2) diadakan diskusi ( muna>zhara>t) agar mereka memiliki stimulus untuk saling berlomba ( muna>fasah) dan antusias dalam memahami ( mutha>barah fi> al-tahshi>l); (3) menyediakan reward berupa insentif (muka>fa’ah) sebagai pemicu motivasi dan juga sebagai bantuan pendidikan, khususnya bagi para muridnya yang memiliki keterbatasan biaya; (4) memberikan pertanyaan dan meminta mereka untuk menjawabnya terlebih dahulu sebelum ia sendiri menjawabnya; (5) saat memaparkan polemik ( masa>’il khila>fi>yyah), ia
27 Ah{{mad ibn ‘Abd al-Rah}man al-Qa>d}i, ‚Pengantar ( Muqaddimah) ‛, dalam ‘Abdurrah}man Al-Sa’di>>>, Sudah Munculkah Dajjal, Ya ‘juj dan Ma’juj?, (Solo:
Wacana Ilmiah Press, 2006), 68-70. Lihat pula : as-Sa’di, Sudah Munculkah Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj…, 104, 107-108, 114, 122-123, 129-131, dan 134-140.
28 Lihat Ah{{mad bin ‘Abd al-Rah}man al-Qa>d}i, ‚Pengantar ( Muqaddimah) ‛, dalam ‘Abdurrohman as-Sa’di, Sudah Munculkah Dajjal, Ya ‘juj dan Ma’juj?, 209.
memvisualisasikannya dengan dua orang dari mereka untuk saling berargumen, kemudian ia menjelaskan pendapat yang ra>jihnya; (6) seringkali ia meminta mereka untuk mengulang kembali materi pelajaran yang telah dipahaminya sebagai proses pendalaman atau pengayaan; dan (7) pada hari tertentu, ia sendiri yang akan mengkritisi materi ilmiah tertentu yang telah dipahami para muridnya sebagai ajang bertukar pendapat ( mudza>karah) dan sekaligus sebagai bentuk pengulangan ( mura>ja’ah).
E. Pandangan Ulama tentang Tafsir al-Sa’di> Dalam pengantarnya, Ibn Uthaimin berkomentar tentang, tafsir
ini adalah sebaik-baik buku tafsir, karena memiliki banyak keistimewaan, di antaranya adalah disuguhkan dengan gaya bahasa yang sederhana dan jelas yang dapat langsung dipahami oleh orang yang terpelajar maupun orang awam. Keistimewaan lainnya, bahwa kitab ini menghindari kalimat-kalimat sisipan yang bertele-tele yang tidak ada manfaatnya yang hanya akan membuang-buang waktu. Yang lainnya adalah menghindari perbedaan pendapat dalam penafsiran, kecuali yang prinsipil yang memang harus disebutkan.
Menurut ibn Uthaymin keistimewaan lainnya adalah bahwa kitab ini tegak di atas manhaj as-Salaf ash-Shalih yang merupakan asas dalam akidah yang lurus. Dan keistimewaan lainnya adalah rinci dalam mengambil kesimpulan yang ditunjukkan oleh ayat-ayat, berupa: faidah-faidah, hukum-hukum, dan hikmah-hikmah. Sebagai contoh, Syaikh as-Sa'di, penulis, menyebutkan faidah dari ayat wudhu dalam Surat al-Maidah, tidak kurang dari lima puluh faidah. Demikian
Ibn Uthaimin sampaikan secara ringkas. 30 Keistimewaan-keistimewaan yang disebutkan oleh Ibn
Uthaimin tersebut adalah urgensi pokok dari buku tafsir al-Sa’di>> ini. Dari sisi lain, buku tafsir as-Sa'di ini telah dirokumendasikan oleh banyak para ualama, sebagai buku tafsir primer bagi setiap muslim.
Imam Ibn Ba>z berkata tentang beliau, Abdurrahman as-Sa'di adalah seorang yang luas ilmu fikihnya, dan memiliki perhatian yang serius terhadap yang rajih berdasarkan dalil dari masalah-masalah khilafiyah…. Tidak hanya sekali saya telah menghadiri majelis beliau di Riyadh; beliau tidak banyak bicara kecuali dalam masalah-masalah ilmu. Beliau juga seorang yang tawadhu' (rendah hati), berakhlak
30 Mu ḥammad ibn Ṣāliḥ al-Uthaymīn, Majmu' Fatāwā. (Riyāḍ: Dār al- 30 Mu ḥammad ibn Ṣāliḥ al-Uthaymīn, Majmu' Fatāwā. (Riyāḍ: Dār al-
Muh}ammad Nas}iruddin al-Albani juga berkata tentang penulis tafsir ini, Sebatas telaah saya terhadap tafsir beliau ini, jelas bagi saya bahwa beliau adalah seorang yang teliti dan selektif dalam memilih pandangan agar berdasar kepada kaidah-kaidah Syari'at, dan beliau sama sekali bukan seorang yang kaku dan fanatik. Saya telah bertemu beliau di Damaskus sebelum empat puluh tahun lebih, dan saya telah mendapatkan ilmu yang banyak dari beliau. Dan saya melihat langsung pada diri beliau sifat tawadhu' seorang ulama, dan beliau dalam hal ini adalah sebagaimana pada umumnya ulama-ulama Najed, yang mengingatkan kepada kita akan akhlak dan sikap tawadhu'
para ulama terdahulu. 32 Komentar dua ulama besar ini penulis kira lebih dari cukup
untuk menggambarkan tingginya kedudukan penulis tafsir ini dari segi ilmu dan keutamaan, serta pentingnya mengkaji buku tafsir beliau ini.
F. Corak dan Metodologi Tafsir al-Sa'di> Di awal kitab tafsirnya as-Sa'di>, menulis semacam peringatan penting mengenai metodologi beliau dalam tafsir ini. Beliau berkata, ‚Ketahuilah bahwa metode saya dalam tafsir ini adalah bahwa saya menyebutkan makna-makna yang hadir di benak saya. Dan saya tidak hanya mencukupkan dengan menyebutkan apa yang berkaitan dengan tema-tema sebelumnya, lalu tidak menyebutkan apa yang berkaitan dengan tema-tema (serupa) yang datang kemudian; karena Allah menyebutkan ciri khas Kitab al-Qur’an ini sebagai yang diulang-ulang; dimana kabar-kabar, kisah-kisah dan hukum-hukum serta tema-tema yang bermanfaat bagi suatu hukum yang besar, disebutkan secara berulang-ulang. Dan Allah memerintahkan untuk merenungi semuanya; karena di dalam itu semua terdapat tambahan ilmu dan
31 Nama beliau adalah Abu> Abdirrah}ma>n Muh}ammad Nas}iruddin bin Nuh al- Albani. Dilahirkan pada tahun 1333 H di kota As}qodar ibu kota Albania yang
lampau. Beliau dibesarkan di tengah keluarga yang tak berpunya, lantaran kecintaan terhadap ilmu dan ahli ilmu.
pengetahun, kebaikan lahir dan batin, dan demi memperbaiki segala urusan dengannya. 33
Al-Albani pernah ditanya tentang Tafsir ini, beliau menjawab, Buku tafsir tersebut sangatlah baik dan memiliki pembahasan yang baik pula. Metode penafsiran buku ini sangatlah sederhana, yaitu hanya dengan menyebut penggalan ayat, lalu menyebutkan maknanya
secara simpel, tanpa menyebutkan berbagai perkataan yang melebar sampai hal-hal yang faidahnya hanya sedikit. Tetapi langsung kepada makna inti ayat, dan dengan bahasan yang lugas, sehingga dengan mudah seorang pembaca dapat menyimpulkan apa yang dimaksud oleh
ayat bersangkutan. 34
Contoh penafsiran al-Sa’di>: Pertama, firman Allah Ta'ala, وْ ِ َ ْلَن َ اَّ ِ َو ُدُبْ َن َ اَّ ِ ( Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan).
Menurut al-Sadi>, makna ayat di atas adalah, kami khususkan Engkau semata dengan ibadah dan isti'anah (memohon pertolongan); karena didahulukannya obyek mengandung makna pembatasan, yaitu penetapan hukum bagi yang disebutkan dan menafikannya dari selainnya. Maka seakan-akan seseorang berkata, Kami menyembahMu saja dan tidak menyembah selainMu, memohon pertolongan hanya
kepadaMu dan tidak meminta pertolongan kepada selainMu. 35 Didahulukannya penyebutan penyembahan (ibadah) daripada
memohon pertolongan adalah mendahulukan yang umum dari pada yang khusus, dan juga sebagai sebuah perhatian untuk mendahulukan hak Allah di atas hak hambaNya. Ibadah (penyembahan) adalah satu nama yang mencakup apa-apa yang dicintai dan diridhai Allah dari perbuatan dan ucapan, yang zhahir dan yang batin. Dan isti'anah (memohon pertolongan) adalah bersandar kepada Allah dalam usaha mendapatkan kebaikan dan menolak kemudaratan disertai dengan keyakinan penuh terhadap Allah untuk dapat meraih hal tersebut.
Dan menegakkan ibadah dan isti'anah kepada Allah adalah sarana untuk meraih kebahagiaan abadi dan keselamatan dari semua
33 'Lihat ‘Abd al-Ra ḥmān Al-Sa’di>> dalam Muqaddimah, Taisīr al-Karīm al- Ra ḥmān fī Tafsīr Kalām al-Mannān, (Bairūt: Muassasah al-Risālah, 1416 H), 20. 34
Al-T{ayya>r, S}afah{a>t min H{aya>h ‘Alla>mah al-Qas{i>m.., 16. 35 'Abd al-Ra ḥmān Al-Sa’di>>, Taisīr al-Karīm al-Ra ḥmān fī Tafsīr Kalām al- Al-T{ayya>r, S}afah{a>t min H{aya>h ‘Alla>mah al-Qas{i>m.., 16. 35 'Abd al-Ra ḥmān Al-Sa’di>>, Taisīr al-Karīm al-Ra ḥmān fī Tafsīr Kalām al-
Kedua, Firman Allah Ta'ala: َ ْ ِقَ ْلُمْاا َطاَربِّلاا اَنِدْ ا (Tunjukilah kami jalan yang lurus).
Menurut al-Sa'di>, Maksudnya adalah : tuntunlah kami, bimbinglah kami, dan arahkan kami ke jalan yang lurus, yaitu jalan yang jelas yang menghantarkan kepada Allah dan kepada surgaNya, yaitu mengetahui kebenaran dan melaksanakannya. Maka tunjukilah kami kepada jalan yang lurus dan tunjukilah kami di jalan yang lurus itu. Petunjuk kepada jalan yang lurus adalah berpegang teguh kepada Agama Islam dan meninggalkan agama-agama selainnya, dan petunjuk di jalan yang lurus adalah mencakup petunjuk kepada semua rincian Agama dari segi ilmu dan amal. Maka doa ini adalah di antara doa yang paling simpel tetapi bermakna luas dan paling bermanfaat bagi seorang hamba; dan karena inilah seorang hamba diwajibkan untuk berdoa dengannya dalam setiap rakaat dari Shalatnya, karena itu
adalah suatu yang sangat mendasar. 37 Jalan yang lurus itu ialah: ْ ِ ْ َ َع َ ْمَ ْنَ َو ِ َّاا َطاَر ِل (jalan orang-
orang yang telah Engkau anugerahi nikmat kepada mereka), yakni, dari para nabi, orang-orang yang benar (dalam beriman), orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih). ِرْ َ (bukan) jalan ْ ِ ْ َ َع ِبوُ ْ َمْاا ( mereka yang dimurkai), yaitu yang mengetahui kebenaran namun meninggalkan kebenaran tersebut, seperti orang Yahudi dan orang- orang yang memiliki sikap seperti mereka. Dan bukan pula jalan َو بِّااَّ اا ( orang-orang yang sesat), yaitu orang-orang yang meninggalkan kebenaran karena kebodohan dan kesesatan, seperti orang-orang
Nasrani dan orang-orang yang memiliki sikap seperti mereka. 38 Menurut al-Sadi>, surat al-Fatihah ini, sekalipun sangat pendek
(simpel), memuat kandungan yang tidak dimuat oleh satu surat pun di antara surat dalam al-Qur’an.
36 'Abd al-Ra ḥmān Al-Sa’di>>, Taisīr al-Karīm al-Ra ḥmān fī Tafsīr Kalām al- Mann ān.., 39. 37
'Abd al-Ra ḥmān Al-Sa’di>>, Taisīr al-Karīm al-Ra ḥmān fī Tafsīr Kalām al- Mann ān, (Bairūt: Muassasah al-Risālah, 1416 H), 39. 38 'Abd al-Ra ḥmān Al-Sa’di>>, Taisīr al-Karīm al-Ra ḥmān fī Tafsīr Kalām al-
F. Karya Ilmiyah al-Sa’di>>> Al-Sa’di>>> termasuk ulama yang memiliki produktifitas tinggi
dalam menulis ( tas}ni>f) dan menyusun karya ilmiah (ta’li>f). karenanya, tidak mengherankan bila ia mampu memprosuksi banyak sekali karya ilmiah dalam berbagai disiplin ilmu agama, kini sekitar empat puluhan karyanya telah dicetak.
Berikut daftar karya ilmiah Al-Sa’di>>> dan tahun perampungan atau perekomendasian terbitnya yang pertama kali:
1. Dalam al-Qur´an, tafsir dan ilmu-ilmunya yang melambungkan popularitas ilmiah dan otoritas intelektualitasnya di dunia Islam, karyanya adalah (a) al-Mawa>hib al-Rabba>niyyah min al-A<ya>t al- Qur’a>niyyah(1347 H); (b) Taisi>r al-Kari>m al-Rah}ma>n fi> Tafsi>r Kala>m al- Manna>n (1354 H); (c) al-Qawa>’id al-Hisa>n li Tafsi>r al-Qur’a>n (1365 H); (d) Taisi>r al-Lat}i>f al-Manna>n fi Khula>s}ah Tafsi>r al-Qur’a>n (1368 H, ringkasan tafsirnya); (e) al-Dala>’il al-Qur’a>niyyah fi> Anna al-‘Ulu>m al- Na>fi’ah al-‘As}riyyah Da>khilah fi> al-Di>n al-Isla>mi>(1375 H); dan (f)
Fawa>’id Mustanbat}ah min Qis{ah Yu>suf alaihi al-Sala>m (1375 H).
2. Dalam bidang hadis, karyanya adalah Bahjah Qulu>b al- Abra>r wa Qurrah ‘Uyu>n al-Akhya>>r fi> Syarh Jawa>mi’ al-Akhba>r (1371 H), yaitu sharh atau ulasan terhadap 99 hadis Rasulullah.
3. Dalam akidah Islam yang menjadi fokus utama perhatiannya, karyanya adalah (a) Risa>lah ‘an Ya’ju>j wa Ma’ju>j (1358 H); (b) Tawdhi>h al-Ka>fiyah al-Sha>fiyah (1365 H); (c) al-Haqq al-Wa>dhi>h al-Mubi>n fi> Sharh Tauhid al-Anbiya>’ wa al-Mursali>>n min al-Ka>fiyah al- Sya>fiyah (1368 H); (d) al-Tanbi>ha>t al-Lat}i>fah fi> Ma> Ihtawat ‘alaihi al- Wa>sit}hiyyah min al-Maba>hith al-Muni>fah (1369 H); (e) al-Tawdhi>h al- Qawa>t}i’ wa al-Bara>hi>n fi> Ibtha>l Ushu>l al-Mulhidi>n (1372 H); (f) al- Taudhi>h wa al-Baya>n li Syajarah al-I>>ma>n (1374 H); (g) al-Durrah al- Bahiyyah Syarh al-Qas}i>dah al-Ta’iyah fi> Hall al-Mushkilah al- Qadariyyah (1376 H); (h) Fafh al-Rabb al-Hami>d fi> Us}u>l al-‘Aqa>’id wa al-Tawhi>d; (i) al-Qawl al-Sadi>d fi> Maqa>shid al-Tawhi>d; dan (j) Su’a>>l wa Jawa>b fi Ahamm al-Muhimma>t.
4. Dalam Bahasa Arab, karyanya yaitu (a) al-Ta’li>q wa Kashf al-Niqa>b ‘ala> Nazhm Qawa>’id al-I’ra>b (1334 H).
5. Dalam khuthbah dan fatwa, yaitu (a) Majmu>’ al-Khut}bah fi al-Mawa>dhi>’ al-Na>fi’ah (1365 H); (b) al-Fawa>kih al-Syahiyyah fi al- Khutbah al-Minbariyyah (1372 H); dan (c) al-Khutbah al-Minbariyyah ‘ala> al-Muna>saba>>t.
6. Dan dalam wawasan (tsaqa>fah) Islam, karyanya adalah (a) al- Durrah al-Mukhtasharah fi Mah}a>sin Di>n al-Isla>m (1364 H); Tanzi>h al-Di>n wa Hamalatihi wa Rija>lihi mimma> Iftara>hu al-Qashi>mi> fi Aghla>lihi (1366
H, berupa radd atau (bantahan); (c) Intisha>r al-Haqq (1367 H); (d) T{ari>q al-Wus}u>l ila> al-‘Ilm al-Ma’mu>l bi Ma’rifah al-Qawa>’id wa al- Dhawa>bit}wa al-Us}u>l (1370 H); dan (e) al-Di>n al-S}ahi>h Yahillu Jami>’ al-
Masha>kil (1375 H). 39 Selain karya-karya tersebut di atas, ada pula beberapa karya
ilmiah Al-Sa’di>>> yang masih berbentuk manuskrip ( makht}u>tha>t), yaitu (1) Manzhu>mah fi Fadhl al-‘Ilm wa al-Tajarrud lahu; (2) al-Dali>l ( manzhu>mah); dan (3) Ha>syiyah ‘ala> al-Fiqh Istidrakan ‘ala> Jami>’ al-
Kutub al- Mutada>wilah wa al-Mu’allafah fi al-Madzhab al-Hanbali>. 40 Hingga kini, ketiga karya tersebut belum pernah diterbitkan.
Selain sebagai ulama cendekia yang memiliki kapabilitas ilmiah dan otoritas intelektual yang telah diakui dalam pelbagai karyanya, karya
al-Sa’di>>> juga mendapatkan akseptabilitas yang tinggi di dunia Islam.
39 Al-T}ayya>r, At}ar ‘Alla>mah al-Qa>si>m al-Shaikh ‘Abd al-Rahma>n ibn Na>s}ir Al-Sa’di>>>> ‘ala> al-H{arakah al-‘Ilmiyyah al-Mu’a>shirah. (Damam: Da>r Ibn al-Jauzi>,