Studi Kasus Kelayakan Usaha Pembangunan HTR

3. Studi Kasus Kelayakan Usaha Pembangunan HTR

Analisis investasi pembangunan HTR difokuskan pada analisis kelayakan finansial pembangunan hutan. Analisis mencakup aspek-aspek: kebutuhan modal (biaya investasi), kemampuan unit usaha mengembalikan modal, dampak kegiatan usaha terhadap perekonomian.

Dalam analisis kelayakan investasi ini ditampilkan contoh kelayakan pembangunan HTR.

a. Deskripsi Pembangunan HTR Jenis Sengon

Setiap rumah tangga petani mengelola areal hutan produksi sebagai areal HTR seluas 12 ha, yang ditanami setiap tahun rata-rata seluas 1,5 ha selama 8 tahun. Dengan demikian, setiap rumah tangga petani memiliki 8 petak kerja tahunan. Pada akhir tahun ke 8, seluruh petak kerja tahunan seluas 12 ha telah ditanami dengan tanaman sengon, jarak tanam 5 x 5 m atau sebanyak 400 pohon/ha.

Biaya pembangunan HTR jenis sengon mengikuti standar biaya pembangunan hutan dan beberapa hasil penelitian yaitu sebesar Rp. 7.147.800 selama satu daur (Tabel 1). Biaya pemanenan sengon ditetapkan sebesar Rp.

50.000,-/m 3 .

Pada awal tahun ke 9, tanaman sengon pada petak kerja tahunan 1 dipanen, dan tidak diikuti dengan penanaman kembali dengan tanaman sengon (perhitungan hanya 1 rotasi). Demikian pula petak-petak kerja tahunan lainnya yaitu Petak kerja tahunan 2 dipanen pada tahun ke 10, petak kerja tahunan 3 dipanen pada tahun ke 11, demikian seterusnya sampai pada tahun 16 seluruh petak kerja tahunan selesai ditebang.

Potensi tegakan sengon produksi HTR pada akhir daur rata-rata sebesar 400 m 3 /ha, harga kayu sengon di TPN-HTR sebesar Rp. 150.000,-/m 3 . Dengan demikian, nilai produksi tegakan sengon pada akhir daur adalah sebesar Rp. 60.000.000,-/ha. Dengan luas petak kerja tahunan seluas 1,5 ha maka petani HTR akan mendapatkan penerimaan rata-rata sebesar Rp. 90.000.000,-/tahun, dimulai pada tahun ke 9 dan seterusnya sepanjang 1 rotasi.

Biaya pemanenan kayu sengon ditetapkan rata-rata sebesar 50.000,- /m 3 atau sebesar Rp. 20.000.000,-/ha. Dengan luas petak kerja tahunan seluas 1,5 ha maka petani HTR akan mengeluarkan biaya pemanenan rata-rata sebesar Rp. 30.000.000,-/tahun.

Analisis biaya dan penerimaan pembangunan HTR jenis sengon untuk dua rotasi secara rinci disajikan pada Tabel 7.6 dan Tabel 7.7.

Tabel 7.6. Biaya Pembangunan Tanaman Sengon, untuk Satu Rotasi

Biaya per Total Uraian Kegiatan

Tahun ke-

Vol.

Unit

unit (Rp) (Rp)

a. Penyiapan Lahan

20.000 5.100.000 b. Pengadaan Bibit

750 1.080.000 c. Penanaman

20.000 480.000 d. Pemeliharaan Tahun

e. Pemeliharaan Tahun

f. Pemeliharaan Tahun

3 dan 11

3 Paket

g. Pemanenan

30.000.000 30.000.000 h. Pemanenan

9 1 Paket

30.000.000 30.000.000 i. Pemanenan

10 1 Paket

30.000.000 30.000.000 j. Pemanenan

11 1 Paket

30.000.000 30.000.000 k. Pemanenan

12 1 Paket

30.000.000 30.000.000 l. Pemanenan

13 1 Paket

30.000.000 30.000.000 m. Pemanenan

14 1 Paket

30.000.000 30.000.000 n. Pemanenan

15 1 Paket

16 1 Paket

30.000.000 30.000.000

Total

254.175.000

Tabel 7.7. Produksi dan Nilai Produksi Tegakan Sengon Seluas 12 ha,

untuk satu Rotasi

Tahun

Produksi (m 3 )

Harga Satuan (Rp/m 3 )

Nilai Produksi

b. Analisis Finansial Pembangunan HTR Jenis Sengon

Berdasarkan data pada Tabel 1 dan Tabel 2 dilakukan analisis Cash Flow seperti disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan data pada Tabel 3 dilakukan analisis kelayakan finansial dengan Jangka waktu analisis adalah 16 tahun. Hasil analisis disimpulkan bahwa pembangunan HTR layak secara finansial pada tingkat suku bunga sebesar 17%, dengan nilai NPV sebesar Rp. 59.809.153 -/tahun, nilai BCR sebesar 2,4 dan nilai IRR sebesar 34,9%.

Tabel 7.8. Cash Flow Pembangunan HTR Jenis Sengon, Luas 12 ha

Tahun Biaya (Rp)

Penerimaan Rp)

Cash Flow (Rp)

c. Analisis Dampak Ekonomi Pembangunan HTR

1) Peningkatan pendapatan masyarakat (jelaskan apakah kegiatan yang akan dilaksanakan berpengaruh terhadap pendapatan) meliputi: jenis pendapatan yang diperoleh masyarakat antara lain: Upah tenaga kerja, sumbangan perusahaan, pendapatan dari usaha masyarakat akibat adanya kegiatan perusahaan.

2) Penyerapan tenaga kerja, yang perlu dianalisis adalah berapa tenaga kerja yang dserap (terutama tenaga kerja lokal) dan berapa orang bekerja pada usaha yang muncul akibat pengelolaan hutan.

3) Dukungan terhadap sektor ekonomi yang lain. Perlu dianalisis adalah bagaimana dukungannya terhadap industri hasil hutan, perdagangan hasil hutan, dan sektor pertanian serta sektor usaha lainnya.

4) Dampak terhadap perekonomian jangka panjang, yang perlu dianalisis dampaknya terhadap kerugian ekonomi akibat banjir, erosi, dan kekeringan