Konsep Nilai Manfaat Lahan (Land Rent)

1. Konsep Nilai Manfaat Lahan (Land Rent)

a. Model Klasik (Ricardo dan Von Thunen)

Model klasik Ricardo tentang penggunaan lahan atas dasar kesuburan tanah (ricardian rent) dikemukakan oleh Mills (1972) dalam Nugroho (2004). Perhitungan land rent dilakukan dengan mengklasifiksikan lahan atas tingkat kesuburannya. Model Ricardo mensyaratkan harga komoditas bersifat

kompetitif sehingga menghasilkan land rent yang benar-benar mewakili tingkat kesuburan tanah. Sedangkan model Von Thunen menggambarkan pola penggunaan lahan berdasarkan jarak dari pusat bisnis (Reksohadiprodjo, 2001). Von Thunen menggambarkan cincin-cincin pada penggunaan lahan hubungannya dengan jarak dari pusat bisnis seperti terlihat pada Gambar ...... di bawah ini.

Lahan tdk punya nilai

Peternakan Gandum Kehutanan

Industri/Pemukiman CBD

Keterangan : CDB = Central Business District Gambar 6.6. Pola Penggunaan Lahan dengan Jarak dari Pusat Bisnis (CBD)

Von Thunen mangemukakan bahwa land rent ditentukan oleh jarak atau lokasi dari pasar. Model Von Thunen dilatarbelakangi dengan asumsi- asumsi (Hoover and Giarratani, 1984) sebagai berikut :

a. Terdapat suatu pusat pasar (Central Bussiness District, CBD) yang dikelilingi oleh wilayah produksi pertanian.

b. Tingkat kesuburan tanah seragam dengan permukaan datar dan seragam.

c. Setiap rumah tangga mempunyai akses informasi yang sama dengan alat mobilitas sama.

d. Harga faktor produksi non lahan kompetitif. Dengan asumsi tersebut Von Thunen mengemukakan bahwa jarak akan mempengaruhi besarnya biaya produksi yang harus dikeluarkan untuk transportasi menuju pusat pasar, sehingga menentukan land rent. Hubungan land rent dengan jarak dinyatakan dengan rumus :

LR = p ( h – b ) – p.t.j

dimana : LR = land rent p

= produksi kg/ha

h = harga Rp/kg

b = biaya produksi (Rp/kg) t

= biaya transport (Rp/km/kg) j

= jarak (km) atau disederhanakan menjadi regresi sederhana

LR = A – B.j

dimana :

A = Konstanta

B = Slope

Pengembangan teori Von Thunen menjadi teori berbasis land rent oleh Barlow (1978) seperti digambarkan dalam diagram berikut : LAND RENT (US$)

10 Keterangan :

A = komersial/jasa

A B = industri/pemukiman

7 C = kehutanan (kayu)

D = pertanian (gandum)

JARAK DARI PUSAT KOTA (Km)

Gambar 6.7. Hubungan Land rent dengan Jarak dari Pusat Kota Gambar tersebut di atas memperlihatkan bahwa land rent semakin

menurun sebagai konsekuensi dari semakin besarnya biaya transportasi produk yang dihasilkan. Pada jarak lebih besar 10 km sampai 15 km dari pusat bisnis pola penggunaan lahan D (pertanian) memberikan land rent yang tinggi, jika jarak melebihi 15 km maka tidak mempunyai land rent, disebabkan biaya tranport tidak mampu ditutupi oleh penerimaan sehingga land rent menjadi negatif. Jika jarak lahan lebih besar 4 km sampai lebih kecil

10 km dari pusat bisnis, pola penggunaan lahan C (kehutanan) yang memberikan land rent yang tinggi.

b. Model Neoklasik

Berbeda dengan Teori Ricardo dan Von Thunen model neoklasik ini berangkat dari pemahaman bahwa faktor-faktor produksi, terutama lahan tidak sepenuhnya bersifat diskrit dalam mempengaruhi sistem produksi. Selain memuat aspek marginalitas, lahan juga menampilkan pengaruh subtitusi dalam hubungannya penggunaan input-input lainnya. Akibatnya nilai land rent memiliki hubungan tertentu dengan input non lahan lainnya (Reksohadiprodjo dan Karseno, 2001). Dibandingkan model Von Thunen, Berbeda dengan Teori Ricardo dan Von Thunen model neoklasik ini berangkat dari pemahaman bahwa faktor-faktor produksi, terutama lahan tidak sepenuhnya bersifat diskrit dalam mempengaruhi sistem produksi. Selain memuat aspek marginalitas, lahan juga menampilkan pengaruh subtitusi dalam hubungannya penggunaan input-input lainnya. Akibatnya nilai land rent memiliki hubungan tertentu dengan input non lahan lainnya (Reksohadiprodjo dan Karseno, 2001). Dibandingkan model Von Thunen,