BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perkembangan ekonomi begitu pesat serta perkembangan dunia yang mengarah kepada globalisasi, akan mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap
tingkat perekonomian di Indonesia yang telah mengalami krisis ekonomi. Sebagai salah satu bagian dari perekonomian di dunia, manajemen usaha pada suatu emiten
atau perusahaan, khususnya perusahaan publik di Indonesia tentu saja tidak akan terlepas dari pengaruh praktek manajemen yang ada di negara – negara lain yang
perkembangan manajemen usahanya telah mencapai tingkat kemajuan yang cukup tinggi bila di bandingkan dengan Indonesia. Praktek manajemen yang ada pada suatu
emiten tersebut salah satunya adalah di perkenalkannya salah satu program manajemen sumber daya manusia yang berupa program kepemilikan karyawan dalam
saham perusahaan dimana karyawan tersebut bekerja. Program tersebut dikenal dengan nama program kepemilikan saham oleh karyawan Employee Stock
Ownership Program, ESOP. Penerapan ESOP ini merupakan suatu cara yang dilakukan oleh pihak perusahaan untuk dapat menarik perhatian para karyawannya.
Semua karyawan mendapat kesempatan dan berhak untuk memiliki saham pada perusahaan tempat dimana karyawan itu bekerja, dengan demikian karyawan pada
Universitas Sumatera Utara
perusahaan itu dikatakan juga sebagai pemilik dari perusahaan tempat ia bekerja tersebut. Karena karyawan merasa ikut memiliki sense of belonging pada tempat
mereka bekerja, sehingga karyawan akan termotivasi untuk memajukan perusahaan tempatnya bekerja. Saham baru dapat ditawarkan dengan berbagai macam cara
diantaranya yaitu menjual langsung kepada pemegang saham yang sudah ada, menjual kepada karyawan melalui ESOP, menambah saham melalui deviden yang
tidak dibagi dividen reinvestment plan, menjual langsung kepada pembeli tunggal, secara privat private placement serta menawarkan kepada publik Hartono, 2000.
ESOP telah mendorong karyawan untuk bekerja lebih giat karena karyawan merasa bahwa perusahaan adalah miliknya, sehingga perusahaan memperoleh
peningkatan keuntungan. Selain itu, keuntungan lain untuk perusahaan tersebut adalah image keluarga terhadap karyawan sangat baik. Keuntungan lain yang paling
mendasar bagi perusahaan pada dasarnya yaitu perusahaan dapat mengefisiensikan arus kas keluar, maksudnya adalah terjadi recycle terhadap kas yang dikeluarkan
perusahaan, sebagai contoh ketika sebuah perusahaan memerlukan tambahan modal dan mempraktekkan opsi saham terhadap karyawan, maka dana dari karyawan akan
kembali masuk kedalam perusahaan, yang notabene dana karyawan itu pada dasarnya juga berasal dari perusahaan yang biasanya berupa gaji. Dari sini maka dapat
dikatakan bahwa penerapan ESOP memiliki hubungan yang erat dengan tingkat kinerja karyawan.
Employee Stock Ownership Program ESOP merupakan suatu program kepemilikan saham yang dimana perusahaan memberikan atau menjual sahamnya
Universitas Sumatera Utara
kepada karyawan dengan jumlah yang terbatas. Dipelopori oleh Amerika Serikat melalui Employee Stock Ownership Plans ESOPs, Employee Stock Purchase Plans
dan Stock Option Plans dan kemudian berkembang di negara-negara di dunia. Di Indonesia sendiri praktek opsi saham ini telah mulai ada sebelum tahun 1998 yang
telah diterapkan oleh beberapa perusahaan non-public, namun semakin berkembang setelah tahun 1998 setelah ada peraturan yang mengatur sedikit tentang penerapan
opsi saham ini, yaitu yang dimuat pada PSAK No.53 tahun 1998. Fenomena yang terjadi di Indonesia setelah diberlakukannya PSAK No.53
tersebut, khususnya untuk perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1999 hingga sekarang terus meningkat jumlah perusahaan yang
mengadopsi ESOP. Pada tahun 1999 hanya ada sekitar 3 perusahaan yang telah menerapkan ESOP. Pada tahun 2000 hingga 2004 berturut-turut terus meningkat
jumlanya mulai dari 12, 23, 28, 34 hingga di akhir tahun 2004 telah mencapai 40 perusahaan. Fenomena ini secara singkat dapat mengindikasikan bahwa penerapan
ESOP memberi nilai tambah terhadap perusahaan, sehingga dari tahun ke tahun jumlah perusahaan yang menerapkan ESOP terus bertambah.
Hubungan ESOP dengan kinerja perusahaan dapat dijelaskan dengan teori keagenan. Teori keagenan menyebutkan adanya “agency costs” yang merupakan
biaya yang terjadi oleh pemegang saham yang mempercayakan perusahaan kepada manajer perusahaan untuk mengatur perusahaan supaya dapat memaksimumkan
pengembalian Pugh, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu alternatif untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan saham perusahaan oleh manajemen. Dengan begitu manajer akan dapat merasakan
langsung manfaat dari keputusan yang diambil. Kepemilikan ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham. Selain berhubungan
dengan agency cost , ESOP sangat berkaitan dengan motivasi dalam peningkatan komitmen dan produktivitas karyawan. Penelitian The Work Foundation London
University 2002 menghubungkan efek dari ESOP terhadap kinerja perusahaan. Dimulai dari ESOP yang memberikan suatu insentif berupa saham kepada karyawan
yang diharapkan insentif tersebut memberikan dampak positif berupa motivasi dan komitmen karyawan tersebut yang pada akhirnya memberikan peningkatan kepada
produktivitas dan profitabilitas perusahaan tersebut. Selain peningkatan tersebut ESOP juga mengurangi labour turnover .
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Tim Studi Penerapan ESOP pada tahun 2002, bahwa ESOP ini merupakan strategi positif yang dapat
membuat perusahaan lebih kuat, memberi imbalan pada karyawan dan pada akhirnya meningkatkan nilai partisipasi pemilik perorangan dalam perusahaan.
Penerapan ESOP di Indonesia belum optimal karena tidak ada perangkat hukum yang mengatur ESOP secara khusus, baik ditinjau dari aspek pasar modal,
perpajakan, maupun ketenagakerjaan. Hal ini mengakibatkan penerapan ESOP dibatasi oleh rambu-rambu hukum yang sesungguhnya tidak secara khusus didesain
untuk mengatur ESOP Bapepam, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan-perusahaan yang go-public khususnya, pada dasarnya harus memiliki konsep going concern. Konsep ini dapat dicapai apabila perusahaan dapat terus hidup
dan berkembang pada tahun-tahun berikutnya. Tujuan ini akan tercapai jika kinerja perusahaan mendukung hal tersebut. Kinerja perusahaan dapat diukur salah satunya
dengan analisis rasio, maka peneliti dalam penelitian ini menggunakan empat rasio umum, yaitu rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, dan rasio likuiditas.
Adapun rasio yang digunakan adalah Net Profit Margin, Return on Asset, Return on Equity mewakili rasio profitabilitas, Total Asset Turnover mewakili rasio
aktivitas, Debt to Asset Ratio mewakili rasio solvabilitas, Current Ratio mewakili rasio likuiditas.
Net Profit Margin merupakan rasio yang digunakan untuk membandingkan net income dengan revenue, yang mengindikasikan berapa banyaknya net income yang
dihasilkan dari setiap rupiah pendapatan. Return on Asset, rasio ini mengukur kemampuan perusahaan mengukur laba dengan menggunakan total aset yang
dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai asset tersebut. Return on Equity, merupakan rasio profitabilitas lain yang mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Total Asset Turnover digunakan untuk melihat sejauh mana efisiensi dalam
penggunaan aktiva perusahaan dalam menghasilkan pendapatan perusahaan. Debt to Asset Ratio, rasio ini menunjukkan sejauh mana uang dapat ditutupi oleh aktiva
rasionya lebih aman solvable. Current Ratio, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian ringkas di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti apakah terdapat perbedaan kinerja antara perusahaan manufaktur yang menyelenggarakan
ESOP dan yang tidak menyelenggarakan ESOP.
1.2 Perumusan Masalah