Analisis Perbandingan Tingkat Nilai Sales Growth, Earning Per Share, Price Earning Ratio Perusahaan Yang Mengadakan Employee Stock Ownership Program (Esop) Dan Tidak Mengadakan Esop: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT NILAI SALES GROWTH, EARNING PER SHARE, DAN PRICE EARNING RATIO

PERUSAHAAN YANG MENGADAKAN EMPLOYEE

STOCK OWNERSHIP PROGRAM (ESOP) DAN TIDAK MENGADAKAN ESOP: STUDI EMPIRIS PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

OLEH

Reihan N. Auda 070503083

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

i LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT NILAI SALES GROWTH, EARNING PER SHARE, PRICE EARNING

RATIO PERUSAHAAN YANG MENGADAKAN EMPLOYEE STOCK

OWNERSHIP PROGRAM (ESOP) DAN TIDAK MENGADAKAN ESOP:

STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah. Apabila kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, April 2013 Yang Membuat Pernyataan,

Reihan N. Auda NIM: 070503083


(3)

ii KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul ”Analisis Perbandingan Tingkat Nilai

Sales Growth, Earning Per Share, dan Price Earning Ratio Perusahaan yang Mengadakan Employee Stock Ownership Program (ESOP) dan Tidak Mengadakan ESOP: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI” ini ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa doa, bimbingan, pengarahan, bantuan, pemikiran, dan kerja sama semua pihak yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak antara lain:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak selaku Ketua dan Sekretaris Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

iii 4. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Dosen

Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga, serta kesabaran dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu Dra. Narumondang B. Siregar, MM, Ak selaku Dosen Pembaca Penilai

yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penulisan skripsi ini.

6. Kedua orang tua tersayang, Ayahanda Syahrul Zain Nst, SE dan Ibunda Melinda Febriani Situmorang yang senantiasa mendoakan dan mendorong penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Kedua kakak, Rima dan Najmi, dan keluarga besar Ahmad Zaini Nst yang selalu mengingatkan. Teman-teman terdekat, sahabat-sahabat HMA FE USU dan KOMPAS USU, Andy Sahputra Purba yang selalu siap menyumbangkan tenaga dan menyemangati, terima kasih atas doa, semangat, dan dukungannya. Semoga Allah SWT melimpahkaan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna secara keseluruhannya, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, April 2013 Penulis,

Reihan N. Auda NIM: 070503083


(5)

iv ABSTRAK

Employee Stock Ownership Program (ESOP) atau kepemilikan saham oleh karyawan telah berkembang di Indonesia sejak tahun 1998 sebagai salah satu kebijakan pemberian penghargaan oleh perusahaan kepada manajemen atau karyawan berkinerja baik dengan harapan akan meningkatkan kinerja perusahaan. ESOP juga dipercaya dapat meminimalkan isu keagenan yang sering terjadi pada perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan. Dari sisi investasi, pengumuman ESOP menginformasikan bahwa perusahaan memiliki karyawan yang memiliki motivasi tinggi, namun melakukan analisis fundamental atas laporan keuangan penting untuk dilakukan sebelum membuat keputusan berinvestasi. Studi terdahulu menyimpulkan bahwa ESOP memiliki efek positif terhadap kinerja perusahaan, diantaranya membuktikan bahwa kinerja perusahaan yang menerapkan ESOP lebih berkualitas dibandingkan perusahaan yang tidak menerapkan ESOP.

Penelitian ini bertujuan mendapatkan bukti empiris bahwa sales growth,

earning per share (EPS) dan price earning ratio (PER) berbeda signifikan antara perusahaan yang mengadakan ESOP dan tidak mengadakan ESOP. Penelitian ini merupakan perbandingan dua rata-rata dari dua populasi yang independen, menggunakan data keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan metode non probability sampling.

Hipotesis penelitian diuji dengan melakukan uji statistik independent sample t-test. Hasil uji menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan tingkat nilai sales growth, EPS dan PER antara perusahaan yang mengadakan ESOP dan tidak mengadakan ESOP.

Kata Kunci: Employee Stock Ownership Program, sales growth, earning per share, price earning ratio


(6)

v ABSTRACT

Employee Stock Ownership Program (ESOP) has grown in Indonesia since 1998 as one of the reward policies by the company for managements or employees with well performs in hopes of improving corporate performance. ESOP is also believed to minimize the issue of agency that commonly occured in companies that separate the functions of management and ownership. In terms of investment, the ESOP announcement informs that the company has a highly motivated employees, but the fundamental analysis of financial statements is important to do before making any investment decision. Past studies have concluded that the ESOP has a positive effect on corporate performance, such as proving that the performance of the ESOP companies have higher quality than the companies that do not implement the ESOP.

This study aims to obtain empirical evidence that sales growth, earnings per share (EPS) and price earnings ratio (PER) were significantly different between the ESOP companies and the non-ESOP companies. This study is a comparison of two average from two independent populations, using financial data of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange with a non-probability sampling method.

The research hypothesis was tested by conducting a statistical test independent sample t-test. The test results showed no significant differences in the level of value sales growth, EPS and PER between the ESOP companies and the non-ESOP companies.

Keywords: Employee Stock Ownership Program, sales growth, earning per share, price earning ratio


(7)

vi DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 11

2.2.1 Lisa F. Borstadt dan Thomas J. Zwirlein (1995) ... 11

2.2.2 Douglas Kruse, Joseph Blasi dan Michael Conte (1996) .. 12

2.2.3 Robert Stretcher, Steve Henry dan Joseph Kavanaugh (2006) ... 12

2.2.4 Zimmy Damaswara (2012) ... 13

2.3 Kerangka Konseptual ... 15

2.4 Hipotesis Penelitian ... 16

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 17

3.2 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 17

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 18

3.4 Populasi dan Sampel ... 18

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 25


(8)

vii

3.1.1 Uji Normalitas ... 26

3.1.2 Uji Homogenitas ... 29

3.1.3 Uji Hipotesis ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 31

4.2 Uji Normalitas ... 33

4.3 Uji Homogenitas ... 37

4.4 Uji Hipotesis ... 39

4.4.1 Pengujian Hipotesis Sales Growth ... 40

4.4.2 Pengujian Hipotesis Earning Per Share ... 41

4.4.3 Pengujian Hipotesis Price Earning Ratio ... 42

4.4.4 Analisis Hasil dan Pembahasan Hasil Pengujian ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 46

6.2 Keterbatasan ... 47

6.3 Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 50


(9)

viii DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 14

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 19

Tabel 3.2 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ... 21

Tabel 3.3 Perusahaan yang Menjadi Sampel Peneltian ... 25

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif ... 28

Tabel 4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 35

Tabel 4.3 Hasil Uji K-S Transformasi Data EPS ... 36


(10)

ix DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 4.1 Histogram Sales Growth, EPS, dan PER ... 34 Gambar 4.2 Histogram Transformasi Data EPS ... 36


(11)

x DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ... 46 2 Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian ... 49 3 Jumlah Karyawan Perusahaan yang Menjadi Sampel

Penelitian ... 50 4 Sales Growth, Earning per Share, dan Price Earning Ratio

Tahun 2009-2011 ... 51 5 Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif ... 53 6 Hasil Uji Independent Sampel T-Test ... 54


(12)

iv ABSTRAK

Employee Stock Ownership Program (ESOP) atau kepemilikan saham oleh karyawan telah berkembang di Indonesia sejak tahun 1998 sebagai salah satu kebijakan pemberian penghargaan oleh perusahaan kepada manajemen atau karyawan berkinerja baik dengan harapan akan meningkatkan kinerja perusahaan. ESOP juga dipercaya dapat meminimalkan isu keagenan yang sering terjadi pada perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan. Dari sisi investasi, pengumuman ESOP menginformasikan bahwa perusahaan memiliki karyawan yang memiliki motivasi tinggi, namun melakukan analisis fundamental atas laporan keuangan penting untuk dilakukan sebelum membuat keputusan berinvestasi. Studi terdahulu menyimpulkan bahwa ESOP memiliki efek positif terhadap kinerja perusahaan, diantaranya membuktikan bahwa kinerja perusahaan yang menerapkan ESOP lebih berkualitas dibandingkan perusahaan yang tidak menerapkan ESOP.

Penelitian ini bertujuan mendapatkan bukti empiris bahwa sales growth,

earning per share (EPS) dan price earning ratio (PER) berbeda signifikan antara perusahaan yang mengadakan ESOP dan tidak mengadakan ESOP. Penelitian ini merupakan perbandingan dua rata-rata dari dua populasi yang independen, menggunakan data keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan metode non probability sampling.

Hipotesis penelitian diuji dengan melakukan uji statistik independent sample t-test. Hasil uji menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan tingkat nilai sales growth, EPS dan PER antara perusahaan yang mengadakan ESOP dan tidak mengadakan ESOP.

Kata Kunci: Employee Stock Ownership Program, sales growth, earning per share, price earning ratio


(13)

v ABSTRACT

Employee Stock Ownership Program (ESOP) has grown in Indonesia since 1998 as one of the reward policies by the company for managements or employees with well performs in hopes of improving corporate performance. ESOP is also believed to minimize the issue of agency that commonly occured in companies that separate the functions of management and ownership. In terms of investment, the ESOP announcement informs that the company has a highly motivated employees, but the fundamental analysis of financial statements is important to do before making any investment decision. Past studies have concluded that the ESOP has a positive effect on corporate performance, such as proving that the performance of the ESOP companies have higher quality than the companies that do not implement the ESOP.

This study aims to obtain empirical evidence that sales growth, earnings per share (EPS) and price earnings ratio (PER) were significantly different between the ESOP companies and the non-ESOP companies. This study is a comparison of two average from two independent populations, using financial data of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange with a non-probability sampling method.

The research hypothesis was tested by conducting a statistical test independent sample t-test. The test results showed no significant differences in the level of value sales growth, EPS and PER between the ESOP companies and the non-ESOP companies.

Keywords: Employee Stock Ownership Program, sales growth, earning per share, price earning ratio


(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Employee stock ownership program (ESOP) atau dikenal juga dengan program kepemilikan saham oleh karyawan dipercaya sebagai suatu motivator alternatif untuk mendorong peningkatan kinerja perusahaan. Hal ini berkaitan dengan adanya peningkatan kinerja karyawan setelah perusahaan mengadakan program ini. Penelitian Kruse et al (1996) menunjukkan adanya peningkatan produktivitas karyawan sesudah perusahaan mengadakan ESOP.

ESOP merupakan alat manajemen sumber daya yang sangat populer di luar negeri ditunjukkan oleh beragam asosiasi dan lembaga yang menyoroti perkembangan program ini, khususnya di Amerika. Dikenal dengan Employee Stock Ownership Plan, oleh ESOP Association pada tahun 2009 saja diperkirakan ada 11.400 perusahaan di Amerika yang mengadakan program ini (Miller, 2010). Sebagai salah satu bagian dari perekonomian di dunia, praktek manajemen pada suatu emiten atau perusahaan di Indonesia tentu saja tidak terlepas dari pengaruh praktek manajemen yang ada di luar negeri.

ESOP sedikit menyerupai rencana berbagi keuntungan (profit sharing) untuk menarik perhatian karyawan yang diharapkan dapat meningkatkan rasa kepemilikan (sense of belonging) karyawan terhadap perusahaan tempatnya bekerja. Setiap karyawan memiliki kesempatan berhak untuk memiliki saham di tempat ia bekerja, namun bonus berupa kepemilikan saham hanya diberikan perusahaan pada karyawan dengan kinerja baik atau berprestasi. Adanya


(15)

2 pemberian penghargaan berupa kepemilikan saham diharapkan menjadi pemicu timbulnya rasa kepemilikan karyawan terhadap perusahaan, sehingga tumbuh keinginan untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

Keinginan kuat karyawan untuk berkinerja baik akan berdampak pada peningkatan kinerja perusahaan. Hal ini diduga akan mendapatkan sinyal positif dari para investor.

Penelitian Freeman (2007) mengenai efek ESOP dan kepemilikan karyawan menyimpulkan bahwa ada hubungan antara kepemilikan karyawan dengan kinerja perusahaan. Penelitiannya menunjukkan bahwa mengkombinasikan kepemilikan karyawan dengan peningkatan partisipasi karyawan dapat menghasilkan tingkat pengembalian investasi yang diluar dugaan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Kruse et al (1996) atas studi selama periode 10 tahun menunjukkan hasil positif yang mengindikasikan bahwa ESOP tampaknya meningkatkan penjualan dan pekerjaan, serta perusahaan yang mengadakan ESOP lebih stabil dan menawarkan keuntungan pensiun yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang tidak mengadakan ESOP.

Isu teori keagenan sering dikaitkan sebagai salah satu faktor penyebab tinggi- rendahnya kinerja manajemen perusahaan. Perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan, sering kali menghadapi konflik kepentingan akibat pembuatan keputusan dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Sehingga kehadiran ESOP dianggap menjadi solusi ampuh untuk menghilangkan isu tersebut. Salah satu tujuan penerapan ESOP oleh Bapepam (2002) adalah untuk


(16)

3 menciptakan keselarasan kepentingan dan misi antara manajemen dan pemegang saham.

Modal, baik berupa modal pendanaan maupun modal sumber daya manusia atau human capital, merupakan hal penting yang dibutuhkan perusahaan untuk menjalankan usahanya. Sebuah perusahaan mendaftarkan diri di Bursa Efek dikarenakan adanya kebutuhan tambahan modal yang diperoleh dari invesetor.

Pengumuman ESOP memberikan informasi bahwa perusahaan memiliki karyawan yang memiliki motivasi tinggi dalam bekerja karena adanya penghargaan (reward) sehingga mendorong produktivitas karyawan dalam bekerja. Oleh karena itu, pengumuman ESOP memiliki kandungan informasi positif dan diterima sebagai berita baik oleh investor (Herdinata, 2012). Namun, para investor akan melakukan analisa fundamental dengan menganalisa laporan keuangan dan manajemen perusahaan sebelum mebuat keputusan investasi. Dalam investasi saham atau stock trading biasanya investor bukan mengharapkan perolehan dividen yang akan dibagikan perusahaan, melainkan capital gain.

Capital gain ini diperoleh bila harga saham naik.

Studi yang dilakukan dalam kaitan implikasi antara penerapan ESOP dan kinerja perusahaan yang terkait dengan profitabilitas, produktivitas, earning per share (EPS), price earning ratio (PER), dan sales growth menunjukkan bahwa ESOP dapat meningkatkan nilai rasio tersebut.


(17)

4 Menurut Mehran (1999) terdapat 382 perusahaan yang melaksanakan program ESOP memiliki ROA 2,7% lebih tinggi dibanding perusahaan yang tidak melakukan ESOP. Hal ini juga didukung oleh temuan Kruse et al (1996) yang menemukan bahwa perusahaan dengan kepemilikan saham karyawan menghasilkan peningkatan atas ROA selama sepuluh tahun lebih tinggi dibanding perusahaan tanpa ESOP. Selain itu, studi Coughlan (1997) menemukan bahwa ESOP dapat meningkatkan EPS.

Penelitian mengenai ESOP dan PER dilakukan oleh Kruse et al (1996), dimana hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat pertumbuhan atau peningkatan yang signifikan dari PER perusahaan yang melaksanakan ESOP (perusahaan skala kecil) dibanding perusahaan yang tidak melaksanakan ESOP.

Studi yang dilakukan Quarrey dan Rosen (1987) menemukan bahwa perusahaan yang melakukan ESOP memiliki sales growth 3,4% lebih cepat dibanding perusahaan serupa yang tidak melaksanakan ESOP. Sebaliknya, Strecther et al (2006) menemukan bahwa perusahaan yang mengadakan ESOP memiliki sales growth -0,8%, artinya perusahaan yang memiliki kebijakan ESOP mengalami pertumbuhan penjualan yang menurun.

Earning per share (EPS) dan price earning ratio (PER) umumnya adalah rasio yang diperhatikan dalam investasi saham. Umumnya, bila net income

meningkat, maka EPS dan PER juga ikut meningkat, dan bila penjualan meningkat maka net income juga akan meningkat.


(18)

5 Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, penulis tertarik untuk meneliti dan mendapatkan bukti empiris perbandingan perbedaan tingkat nilai

sales growth, earning per share, dan price earning ratio perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang mengadakan ESOP dan tidak mengadakan ESOP.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan permasalahan dari penelitian ini adalah apakah ada perbedaan signifikan pada nilai sales growth, earning per share, dan price earning ratio perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang mengadakan ESOP dan tidak mengadakan ESOP.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris perbedaan sales growth, earning per share, dan price earning ratio perusahaan yang mengadakan ESOP dan tidak mengadakan ESOP.


(19)

6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi peneliti, melainkan juga kepada pihak-pihak lain yang terkait. Adapun, penelitian ini diharapkan dapat memberikan:

1. Bagi penulis, hasil penelitian ini akan memberikan wawasan pengetahuan tentang masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai kesesuaian fakta di lapangan dengan teori yang ada.

2. Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi sistem manajemen perusahaan dalam rangka meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan.

3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan rujukan atau referensi dan sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya.


(20)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

Pengadopsian ESOP di Indonesia sudah dilakukan sejak sebelum tahun 1998. Bapepam (2002) merangkum dua masa perkembangan ESOP di Indonesia, sebelum tahun 1998 dan setelah tahun 1998 sampai sekarang. Sebelum tahun 1998, pada awal perkembangannya berbentuk alokasi saham pada saat perusahaan

go public, sehingga dapat disimpulkan lebih merupakan sebuah stock allocation scheme dimana pada penawaran tersebut karyawan memperoleh subsidi ataupun pinjaman yang dijamin oleh perusahaan.

Periode kedua, yakni setelah tahun 1998 – sekarang. Perkembangan lebih lanjut mengenai kepemilikan saham oleh karyawan selain penjatahan tetap hasil penawaran umum 10%, kemudian lebih menyerupai suatu program opsi dimana sebelum melakukan penawaran umum (go public) karyawan diberi waran yang dapat dilaksanakan pembelian sahamnya dengan harga tertentu di masa yang akan datang yang telah ditentukan periode dan harganya.

Employee Stock Ownership Program (ESOP) merupakan program

kepemilikan saham oleh karyawan atas saham perusahaan dimana karyawan tersebut bekerja (Bapepam, 2002). Sebagai program kompensasi terhadap karyawan, ESOP memberikan kompensasi atau reward berupa saham kepada karyawan-karyawan yang terpilih atau yang mempunyai kinerja baik. Pemberian

reward ini dapat memotivasi karyawan untuk melakukan aksi yang dapat menguntungkan perusahaan (Oyer, 2005).


(21)

8 Beberapa studi mengenai ESOP dan hubungannya terhadap kinerja perusahaan maupun kinerja karyawan sudah banyak dilakukan. Penelitian Freeman (2007) menyimpulkan adanya hubungan antara kepemilikan karyawan dengan kinerja perusahaan. Studi Kruse et al (1996) menemukan bahwa ada peningkatan produktivitas karyawan dan peningkatan kinerja perusahaan sebelum dan sesudah pengadopsian ESOP. Studi tersebut juga meneliti perbandingan antara perusahaan ESOP dan perusahaan non-ESOP dan menyimpulkan bahwa kinerja perusahaan ESOP jauh lebih baik daripada perusahaan non-ESOP terkait profitabilitas dan produktivitasnya. Namun, Kruse et al (1996) menyatakan bahwa “there is clearly no automatic connection between employee ownership and performance, but where difference do exist, they tend to indicate better performance by EOFs (Employee Ownership Firms) than by non-EOFs.”

Kruse et al (2003) mengemukakan tiga hal penting yang dibutuhkan untuk memotivasi karyawan pada perusahaan ESOP agar tujuan diadakannya ESOP terhadap kinerja perusahaan berhasil, yakni “1) the incentives that ownership gives; 2) the participative mechanisms available to workers to act on those incentive; and 3) the corporate culture that battles against tendencies to free ride.

Teori keagenan sering muncul sebagai salah satu isu yang terkena dampak positif atas pengadopsian ESOP. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (principal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agent) yaitu manajemen, dalam bentuk kontrak kerja sama yang biasa disebut nexus of contract (perusahaan sebagai jaringan dari


(22)

9 suatu kontrak). Masalah utama yang muncul dalam hubungan ini adalah agen akan mengutamakan kepentingannya dan memilih perilaku yang menghasilkan kesejahteraan tertinggi baginya (Jensen dan Meckling, 1976).

Sebagai pihak yang menerima otorisasi, agen berusaha untuk memaksimumkan imbalan (reward) kontraktual yang diterimanya dan ini sangat bergantung pada tingkat upaya yang dilakukannya. Di sisi yang lain para prinsipal berusaha memaksimumkan return yang berasal dari pengelolaan sumber daya yang telah diserahkan kepada agen dan upaya ini bergantung pada imbal jasa yang dibayarkan kepada agen.

Jensen dan Meckling (1976) menganalisis perbandingan antara perilaku manajer yang mempunyai saham di perusahaan dengan perilaku manajer yang menjual sahamnya di perusahaannya kepada pihak luar. Manajer yang mempunyai saham di dalam perusahaannya akan membuat keputusan yang memaksimalkan apa yang ada. Hal ini tidak hanya mempengaruhi perilakunya atau keputusannya yang berkenaan dengan masalah keuangan saja, namun juga hal-hal yang tidak berkenaan dengan aspek keuangan, misalnya sikap yang ditunjukan di kantor, hubungan dengan staf, tingkat disiplin karyawan dan lain-lain.

Pada prinsipnya pengaturan ESOP dapat menurunkan masalah keagenan (agency

cost) dan meningkatkan kinerja dengan cara mengikat gaji pekerja lebih erat kepada

kinerja perusahaan dan melibatkan pekerja dalam pembuatan keputusan. Dampak positif ESOP dinyatakan dalam Long et al (2012), “Because it ties employee income and wealth

to company performance, employee ownership is viewed as a means to improve

productivity and performance by decreasing labour-management conflicts and


(23)

10

Sales growth, earning per share, dan price earning ratio merupakan beberapa komponen rasio untuk melihat kinerja perusahaan. Sales growth atau pertumbuhan penjualan dapat menjadi indikator untuk membuktikan teori bahwa ada peningkatan produktivitas karyawan. Peningkatan penjualan akan berpengaruh pada peningkatan laba bersih yang juga akan mempengaruhi peningkatan atau penurunan laba per lembar saham atau earning per share.

Earning per share (EPS) memberikan informasi besarnya laba bersih perusahaan yang siap untuk dibagikan kepada semua pemegang saham perusahaan. Jika laba bersih naik, EPS juga akan naik, dan bila laba bersih turun maka EPS juga akan turun. Namun, EPS juga dipengaruhi dengan banyaknya saham yang diterbitkan oleh perusahaan, sehingga belum tentu EPS naik walaupun laba bersih naik, namun EPS akan turun jika laba bersih mengalami penurunan. Selain laba bersih, penurunan dan peningkatan EPS juga dipengaruhi oleh banyaknya lembar saham yang beredar. Peningkatan EPS diharapkan mampu meningkatkan minat investor. Naiknya permintaan akan saham, akan menjadikan harga saham meningkat.

Price earning ratio (PER) atau rasio harga terhadap laba bersih per saham adalah harga suatu saham dibagi EPS. PER suatu saham dapat naik atau turun tergantung pada persepsi pasar terhadap perusahaan tersebut. PER yang tinggi menunjukkan bahwa investor berpikir perusahaan memiliki peluang pertumbuhan yang baik. Akan tetapi, perusahaan bisa memiliki PER yang tinggi bukan karena harganya tinggi, melainkan laba untuk sementara tertekan. Dalam praktik pasar modal, disarankan untuk berinvestasi pada perusahaan yang memiliki PER 15,


(24)

11 angka tersebut menjadi patokan apakan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) sudah overvalued apa belum.

Jika kinerja perusahaan ESOP lebih baik dari perusahaan non-ESOP, maka maka penurunan atau peningkatan ketiga rasio tersebut juga akan terpengaruh.

2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu

2.2.1 Lisa F. Borstadt dan Thomas J. Zwirlein (1995)

Penelitian yang dilakukan oleh Borstadt dan Zwirlein (1995) berjudul “ESOP in Publicly Held Companies: Evidence on Productivity and Firm Performance” meneliti 85 perusahaan publik yang mengadakan kebijakan ESOP antara tahun 1986 untuk menentukan efek pengadopsian ESOP terhadap produktivitas dan kinerja perusahaan, serta membandingkannya dengan sejumlah perusahaan non-ESOP yang dicocokkan berdasarkan jenis industri dan ukuran perusahaan.

Penelitian ini menggunakan variabel produktivitas yang diukur menggunakan rasio sales per employee, cash flow per employee, total asset turnover. Variabel

profitabilitas diukur menggunakan rasio cash flow, cash flow per sales, return on

assets, dan net profit margin.

Hasil penelitian tidak menyediakan bukti adanya peningkatan produktivitas ataupun peningkatan kinerja pada perusahaan yang mengadopsi ESOP. Proposisi yang menyatakan bahwa karyawan yang memperoleh saham ekuitas akan lebih produktif dan meningkatkan kinerja perusahaan menjadi tidak terbukti.


(25)

12 2.2.2 Douglas Kruse, Joseph Blasi dan Michael Conte (1996)

Penelitian yang dilakukan Kruse et al (1996) berjudul “Employee Stock Ownership and Corporate Performance Among Public Companies” meneliti perbandingan kinerja perusahaan ESOP dan perusahaan non-ESOP. Data yang dianalisis adalah data pada tahun 1990 dan perubahan yang terjadi sejak tahun 1980 sampai tahun 1990. Penelitian ini menggunakan delapan variabel, yakni empat variabel untuk menilai profitabilitas (return on equity, return on total earning assets,

price earning ratio, dan profit margin), dua penilaian produktivitas (sales per

emlpoyee dan value-add per employee, keduanya dalam logaritma natural),

kompensasi tiap karyawan, dan perubahan harga saham.

Hasil perhitungan menunjukkan kinerja perusahaan ESOP lebih baik dari penilaian profitabilitas, produktivitas, dan kompensasi. Adanya pertumbuhan yang lebih tinggi atas ROA, ROE, dan profit margin pada level kepemilikan 5%.

Penelitian ini juga menemukan bahwa kepemilikan karyawan pada level yang rendah memiliki pertumbuhan PER yang unggul.

2.2.3 Robert Stretcher, Steve Henry dan Joseph Kavanaugh (2006) Penelitian yang dilakukan oleh Stretcher et al (2006) ini berjudul “The ESOP Performance Puzzle in Public Companies” meneliti 196 perusahaan publik US yang mengadakan ESOP dari tahun 1998 sampai tahun 2004. Setiap perusahaan ESOP dicocokkan dengan perusahaan non-ESOP yang sebanding. Penelitian ini dilakukan dengan metode matched-pair technique dan

menemukan perbedaan signifikan pada operating performance bahwa perusahaan


(26)

13 Namun, sales growth memiliki nilai negatif yang artinya pertumbuhan penjualan

non-ESOP lebih baik daripada perusahaan ESOP.

Stretcher et al menyimpulkan perusahaan ESOP secara umum memiliki risiko

yang lebih rendah, pertumbuhan perusahaan dikelola secara lebih konservatif, dan memiliki ROA yang lebih tinggi dibanding perusahaan non-ESOP.

2.2.4 Zimmy Damaswara (2012)

Penelitian yang dilakukan oleh Damaswara (2012) berjudul “Analysis of Employee tock Ownership Plans (ESOP) on Earning Per Share (EPS) and Its Impact to Stock Price (Case Study in PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk” Damaswara meneliti pengaruh ESOP terhadap EPS, serta pengaruh ESOP dan EPS terhadap harga saham secara parsial dan simultan dengan menggunakan ESOP dan EPS sebagai variabel independen dan harga saham sebagai variabel dependen.

Hasil penelitian Damaswara menunjukkan bahwa ESOP berpengaruh tidak signifikan terhadap EPS. ESOP juga tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham, tetapi EPS berpengaruh signifikan terhadap saham. Damaswara menyimpulkan bahwa setiap perubahan ESOP dan EPS berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

Uraian atas tinjauan peneliti terdahulu yang telah dijelaskan dapat dirangkum dalam bentuk tabel sebagai berikut:


(27)

14 Tabel 2.1

Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu No Peneliti

(Tahun)

Judul penelitian Variabel yang Diteliti

Hasil Penelitian 1. Borstadt &

Zwirlein (1995)

ESOP in Publicly Held Companies: Evidence on Productivity and Firm Performance

Sales per

employee

Cash flow per

employee

• TATO • cash flow

cash flow per

sales

• ROA •NPM

Penyelenggaraan

ESOP tidak memperlihatkan

perbedaan signifikan atas produktivitas

dan kinerja perusahaan

1. Kruse et al

(1996) Employee Stock Ownership and Corporate Performance Among Public Companies

• ROA • ROE • PER • NPM

Sales per

employee

Value-add per employee

• Kompensasi • Harga saham

Profitabilitas, produktivitas, dan kompensasi perusahaan ESOP lebih baik. Perusahaan ESOP memperoleh harga saham yang lebih tinggi

2. Stretcher et al (2006)

The ESOP Performance

Puzzle in Public Companies

• NPM

• ROA

• ROE

Operating cash flow to assets

Sales growth

Market to book ratio

Debt ratio

Operating cash flow to sales

Operating cash flow per employee

Perusahaan ESOP memiliki kualitas yang lebih baik.

Sales growth dan

debt ratio

perusahaan ESOP memiliki nilai lebih rendah dibanding perusahaan non -ESOP.


(28)

15 3. Damaswara

(2006)

Analysis of

Employee Stock

Ownership Plans

(ESOP) on Earning Per Share (EPS)

and Its Impact to Stock Price (Case Study in PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk

• ESOP

• EPS

• Harga saham

ESOP berpengaruh tidak signifikan terhadap EPS, dan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Secara simultan ESOP dan EPS mempengaruhi harga saham.

Penelitian penulis merupakan replikasi dari penelitian Kruse et al (1996) dan Stretcher et al (2006) dengan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sebagai populasi penelitian, periode penelitian selama tiga tahun dari tahun 2009 sampai tahun 2011, menggunakan rasio sales growth, earning per share, dan

price earning ratio, serta menggunakan metode penelitian yang berbeda.

2.3 Kerangka Konseptual

Penelitian ini mencoba mendapatkan bukti empiris berdasarkan studi-studi terdahulu yang menyimpulkan bahwa ada perubahan yang lebih baik setelah perusahaan mengadopsi ESOP dan bahwa perusahaan yang mengadopsi ESOP memiliki kinerja perusahaan yang lebih baik dibanding perusahaan yang tidak mengadopsi ESOP. Kesimpulan-kesimpulan studi terdahulu menunjukkan bahwa ada pengaruh ESOP terhadap kinerja perusahaan, dalam penelitian ini diproksikan oleh rasio sales growth, earning per share, dan price earning ratio.


(29)

16 Penelitian ini dilakukan dengan membagi populasi (perusahaan manufaktur) menjadi dua grup, yakni perusahaan manufaktur yang mengadakan ESOP dan perusahaan manufaktur yang tidak mengadakan ESOP. Kedua grup ini dicocokkan berdasarkan jumlah karyawan yang sebanding sebagai ukuran perusahaan (matching by number of employment). Selanjutnya, dilakukan perbandingan nilai rasio sales growth, earning per share, dan price earning ratio

antara perusahaan yang mengadakan ESOP dengan yang tidak mengadakan ESOP.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Erlina (2008) adalah “proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris”. Proposisi adalah pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena.

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini antara lain:

H1: sales growth berbeda signifikan antara perusahaan yang mengadakan ESOP dan tidak mengadakan ESOP

H2: earning per share (EPS) berbeda signifikan antara perusahaan yang mengadakan ESOP dan tidak mengadakan ESOP

H3: price earning ratio (PER) berbeda signifikan antara perusahaan yang mengadakan ESOP dan tidak mengadakan ESOP


(30)

17 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Erlina (2008) menyatakan bahwa ”desain penelitian merupakan rencana induk yang berisi metode dan prosedur untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi yang dibutuhkan, menetapkan sumber-sumber informasi, teknik yang digunakan, metode sampling sampai dengan analisis dan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan”. Penelitian ini menggunakan desain perbandingan dua rata-rata dari dua populasi yang independen.

3.2 Definisi Operasional dan Skala Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari tiga variabel independen, yakni sales growth, earning per share, dan price earning ratio.

1. Sales Growth

Rasio sales growth adalah rasio untuk menghitung pertumbuhan penjualan perusahaan dengan mengukur nilai penjualan pada satu periode. Secara matematis sales growth dapat dihitung dengan:

Sales growth (%) = – – –


(31)

18 2. Earning per Share (EPS)

Earning Per Share atau laba bersih per saham adalah laba bersih dari perusahaan dibagi dengan jumlah saham yang diterbitkan perusahaan tersebut. EPS digunakan untuk menilai profitabilitas investasi oleh pemegang saham biasa. Jika yang beredar adalah saham preferen dan saham biasa, maka pertama kali laba bersih dikurangkan dengan jumlah deviden saham preferen. EPS dapat dicari menggunakan rumus:

EPS = –

3. Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio atau rasio harga terhadap laba bersih per saham adalah harga suatu saham dibagi dengan laba bersih per saham . PER merupakan angka yang menginformasikan harga suatu saham berapa kali dari laba bersih per saham dalam suatu tahun buku. PER digunakan untuk menunjukkan prospek laba di masa depan berdasarkan hubungan antara nilai pasar saham dan laba, dapat dirumuskan sebagai berikut:


(32)

19 Variabel-variabel tersebut beserta definisi operasionalnya akan dijelaskan secara ringkas dalam tabel berikut :

Tabel 3.1 Definisi Operasional Jenis

Variabel

Nama

Variabel Definisi Pengukuran Skala

Indepen-den

Sales Growth

Rasio sales growth adalah rasio untuk menghitung pertumbuhan penjualan perusahaan dengan mengukur nilai penjualan pada satu periode

SG (%) = – –

– Rasio Indepen-den Earning Per Share EPS adalah

laba bersih dari perusahaan dibagi dengan jumlah saham yang diterbitkan EPS = – Rasio Indepen-den Price Earning Ratio PER adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan PER = Rasio


(33)

20 3.3 Jenis dan Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui website www.idx.co.id dan Indonesia Capital Market Directory (ICMD).

Menurut waktu pengumpulannya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pooling data. Menurut Jogiyanto (2004) “Panel data atau pooling data

adalah gabungan dari data yang melibatkan satu waktu tertentu (cross sectional) dan data yang melibatkan urutan waktu (time series)”.

3.4 Populasi dan Sampel

Menurut Erlina (2008) “Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu”. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi (Erlina, 2008). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan cara purposive sampling


(34)

21 Pertimbangan atau kriteria yang ditentukan oleh peneliti dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 – 2011.

2. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan secara berturut di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 – 2011.

3. Perusahaan manufaktur yang mengadopsi ESOP, dan / atau yang tidak mengadopsi ESOP yang dipilih adalah perusahaan yang memiliki jumlah karyawan yang sebanding dengan perusahaan yang mengadopsi ESOP yang telah menjadi sampel.

Berdasarkan kriteria yang dikemukakan di atas, maka perusahaan manufaktur yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah12 perusahaan dari total 135 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2009 sampai dengan 2011.

Tabel 3.2

Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

No Kode Populasi Penelitian Kriteria Sampel 1 2 3

1 ADES PT. Akasha Wira International Tbk. √ √ x 2 AKRA PT. AKR Corporindo Tbk. √ √ √ S1 3 ALKA PT. Alaska Industrindo Tbk. √ x x 4 ALDO PT. Alkindo Naratama Tbk. √ √ x 5 AKKU PT. Alam Karya Unggul Tbk. √ √ x 6 ASII PT. Astra International Tbk. √ √ x 7 MYTX PT. Apac Citra Centertex Tbk. √ x x 8 AUTO PT. Astra Otoparts Tbk. x x X 9 AKPI PT. Argha Karya Prima Industry Tbk. √ x √ 10 AMFG PT. Asahimas Flat Glass Tbk. √ √ x 11 APLI PT. Asiaplast Industries Tbk. √ x √ 12 ARNA PT. Arwana Citramulia Tbk. √ √ x


(35)

22 13 ARGO PT. Argo Pantes Tbk. √ √ x

14 BRPT PT. Barito Pasific Tbk. √ √ x 15 RMBA PT. Bentoel International Investama Tbk. √ √ x 16 BUDI PT. Budi Acid Jaya Tbk. √ √ x 17 BTON PT. Betonjaya Manunggal Tbk. √ √ x 18 SQBI PT.Taisho Pharmautical Indonesia Tbk. √ √ x

19 BRNA PT. Berlina Tbk. √ √ x

20 IGAR PT. Champion Pasific IndonesiaTbk. √ x x 21 CNTX PT. Century Textille Industry (CENTEX) Tbk. √ √ x 22 CPIN PT. Charoen Pokphand IndonesiaTbk. √ x x 23 CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk. √ √ x 24 CTBN PT. Citra Tubindo Tbk. √ √ x 25 DVLA PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk. √ √ x 26 DPNS PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk. √ √ x 27 DAVO PT. Davomas Abadi Tbk. √ x x 28 DLTA PT. Delta Djakarta Tbk. x x x 29 EKAD PT. Ekadharma International Tbk. √ √ x 30 ESTI PT. Ever Shine Textille Industry Tbk. √ √ x 31 ETWA PT. Eterindo Wahanatama Tbk. √ x x 32 ERTX PT. Eratex Djaja Tbk. √ x x 33 GDST PT. Gunawan Dianjaya Steel Tbk. √ √ x 34 ICBP PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. √ √ x

35 FASW PT. Fajar Surya Wisesa Tbk. √ √ √ S2

36 GGRM PT. Gudang Garam Tbk. √ √ √ S3

37 GDYR PT. Goodyear Indonesia Tbk. √ √ x

38 GJTL PT. Gajah Tunggal Tbk. √ √ √ S4

39 SMCB PT. Holcim Indonesia Tbk. √ √ x 40 IPOL PT. Indopoly Swakarsa Industri Tbk. √ x x 41 MYRX PT. Hanson International Tbk. √ √ x 42 HMSP PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. √ √ x

43 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. √ √ √ S5 44 IMAS PT. Indomobil Sukses International Tbk. √ x x

45 INCI PT. Intanjaya International Tbk. √ √ x 46 INDR PT. Indorama Syntetics Tbk. √ √ x 47 SRSN PT. Indo Acidatama Tbk. √ √ x 48 BRAM PT. Indo Kordsa Tbk. √ √ x

49 INDS PT. Indospring Tbk. √ √ x

50 INTA PT. Intraco Penta Tbk. √ √ x

51 INTP PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk. √ √ x S6 52 INAI PT. Indal Aluminium Industry Tbk. √ √ x

53 ITMA PT. Itamarya Gold Industry Tbk. √ x x 54 INKP PT. Indah Kiat Pulp Tbk. √ x x 55 INAF PT. Indofarma (Persero) Tbk. √ √ x 56 JPFA PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. √ √ x 57 IKAI PT. Inti keramik Alamasri Industry Tbk. √ √ x 58 JKSW PT. Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. √ √ x 59 JPRS PT. Jaya Pari Steel Tbk. √ √ x 60 JECC PT. Jembo Cable Company Tbk. √ x x


(36)

23 61 KDSI PT. Kedaung Setia Industrial Tbk. √ √ x

62 KBRI PT. Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk. √ √ x 63 KAEF PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. x x x 64 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk. √ √ x 65 KARW PT. Karwell Indonesia Tbk. √ √ x 66 KBLI PT. KMI Wire and Cable Tbk. √ x x 67 KBLM PT. Kabelindo Murni Tbk. √ √ x 68 KRAS PT. Krakatau Steel Tbk. √ √ x 69 KIAS PT. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk. √ √ x 70 IGAR PT. Kageo Igar Jaya Tbk. √ √ x 71 LMPI PT. Langgeng Makmur Industry Tbk. √ √ x 72 LTLS PT. Lautan Luas Tbk. √ √ x 73 LION PT. Lion Metal Works Tbk. √ √ x 74 LMSH PT. Lionmesh Prima Tbk. √ √ x 75 MBTO PT. Martina Berto Tbk. √ x x 76 MRAT PT. Mustika Ratu Tbk. √ √ x 77 LPIN PT. Multi Prima Sejahtera Tbk. √ √ x 78 MASA PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. √ √ x

79 TCID PT. Mandom Indonesia Tbk. √ √ x

80 MAIN PT. Malindo Feedmill Tbk. √ √ x

81 MTDL PT. Metrodata Electronic Tbk. √ √ √ S7 82 ROTI PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. √ √ x

83 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. √ x x 84 MYOR PT. Mayora Indah Tbk. √ √ x

85 MERK PT. Merck Tbk. √ √ x

86 UNIT PT. Nusantara Inti Corpora Tbk. √ √ x 87 MLIA PT. Mulia Industrindo Tbk. √ √ x

88 NIPS PT. Nipress Tbk. √ √ x

89 BIMA PT. Pimarindo Asia Infrastructure Tbk. √ √ x 90 PBRX PT. Pan Brothers Tex Tbk. √ √ x 91 ADMG PT. Polychem Indonesia Tbk. √ √ x 92 PRAS PT. Prima Alloy Steel Tbk. √ √ x 93 POLY PT. Polysindo Eka Perkasa Tbk. √ √ x 94 PSDN PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. √ √ x 95 NIKL PT. Pelat Timah Nusantara Tbk. √ √ x 96 PICO PT. Pelangi Indah Canindo Tbk. √ x x 97 TKIM PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. √ √ x 98 PYFA PT. Pyridam Firma Tbk. √ √ x 99 HDTX PT. Panasia Indosyntec Tbk. √ √ x 100 PAFI PT. Panasia Filament Inti Tbk √ √ x 101 RICY PT. Ricky Putra Globalindo Tbk. √ √ x 102 SMGR PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. x x x

103 SPMA PT. Suparma Tbk. √ √ x

104 SIMM PT. Surya Intrindo Makmur Tbk. √ √ x 105 SMSM PT. Selamat Sempurna Tbk. √ √ x 106 SCCO PT. Supreme Cable Manufacturing & Commerce

Tbk.

√ x x 107 PTSN PT. Sat Nusapersada Tbk. √ √ x


(37)

24 108 SIAP PT. Sekawan Inti Pratama Tbk. √ √ x

109 SIPD PT. Sierad Produce Tbk. √ √ x

110 SKLT PT. Sekar Laut Tbk. √ √ x

111 STTP PT. Siantar Top Tbk. √ x x 112 SULI PT. Sumalindo Lestari Jaya. Tbk. √ x x 113 SUIK PT. Sumi Indo Kabel Tbk. √ √ x 114 SAIP PT. Surabaya Agung Industry Pulp & Kertas

Tbk.

√ √ x

115 SCPI PT. Schering-Plough Indonesia Tbk. √ √ x 116 SIMA PT. Siwani Makmur Tbk. √ x x 117 TOTO PT. Surya Toto Indonesia Tbk. √ √ x 118 SSTM PT. Sunson Textile Manufacture Tbk. √ x x

119 SOBI PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk. √ √ √ S8 120 TSPC PT. Tempo Scan Pacific Tbk. √ √ x

121 TPIA PT. Tri Polyta Indonesia Tbk. √ √ x 122 AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk. √ √ x 123 TIRT PT. Tirta Mahakam Resources Tbk. √ x x 124 TBMS PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk. √ x x

125 TIRA PT. Tira Austenite Tbk. √ √ √ S9 126 TOBA PT. Toba Pulp Lestari Tbk. √ √ x

127 TIKN PT. Titan Kimia Nusantara Tbk. √ √ x 128 TRST PT. Trias Sentosa Tbk. √ √ x

129 UNTX PT. Unitex Tbk. √ √ x

130 UNIC PT. Unggul Indah Cahaya Tbk. √ √ √ S10 131 UNTR PT. United Tractor Tbk. √ √ √ S11 132 UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk. √ x √

133 ULTJ PT. Ultra Jaya Milk Tbk. √ √ √ S12 134 VOKS PT. Voksel Electric Tbk. √ x x

135 YPAS PT. Yanaprima Hastapersada Tbk. √ √ x


(38)

25 Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut, maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian

No Kode Sampel penelitian Keterangan

1 AKRA PT. AKR Corporindo Tbk. ESOP

2 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. ESOP 3 MTDL PT. Metrodata Electronic Tbk. ESOP 4 SOBI PT. Sorini Agro Asia Corporindo tbk. ESOP

5 TIRA PT. Tira Austenite Tbk. ESOP

6 UNTR PT. United Tractor Tbk. ESOP

7 ULTJ PT. Ultra Jaya Milk Tbk. NON ESOP

8 INTP PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk. NON ESOP 9 UNIC PT. Unggul Indah Cahaya Tbk. NON ESOP

10 GJTL PT. Gajah Tunggal Tbk. NON ESOP

11 GGRM PT. Gudang Garam Tbk. NON ESOP

12 FASW PT. Fajar Surya Wisesa Tbk. NON ESOP

Sumber : Tabel 3.2

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi yaitu pengumpulan data-data dengan cara mengumpulkan, mengklasifikasi, dan menganalisis data yang berhubungan dengan masalah penelitian yang diperoleh dengan cara mengunduh dari Bursa Efek Indonesia. Data yang diambil berupa laporan keuangan tahunan tahun 2009, 2010 dan 2011. Untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut mengadopsi ESOP atau tidak, keterangan tersebut dapat dilihat pada Catatan Atas Laporan Keuangan perusahaan-perusahaan yang akan diteliti.


(39)

26 3.6 Metode Analisis Data

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan uji beda dua rata-rata (independent sample t-test) karena penelitian ini merupakan peneltian perbandingan dari dua grup populasi, yakni perusahaan yang mengadakan ESOP dan tidak mengadakan ESOP. Pada pengujian jenis ini uji asumsi klasik yang diperlukan hanyalah uji normalitas untuk memastikan distribusi data telah normal. Pada penelitian ini hanya uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan

Lavene’s Test. Uji ini dimaksudkan hanya untuk melihat kesamaan varians, jika ternyata variansnya berbeda antara kedua kelompok populasi maka akan digunakan asumsi varians yang berbeda (equal variance not assumed) pada uji hipotesis.

Asumsi dasar pada independent sample t-test menurut Field (2009) adalah:

1. Both the independent sample t-test and the dependent t-test are parametric test based on the normal distribution

2. Data are measured at least at the interval level 3. Variance in the populations are roughly equal 4. Scores are independent

3.6.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005). Pengujian ini diperlukan karena pengujian dengan menggunakan independent sample t-test mensyaratkan bahwa nilai residual memiliki distribusi normal. “Jika sumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi, maka uji statistik menjadi tidak valid untuk sampel kecil” (Erlina, 2008). Pengujian normalitas ini dapat


(40)

27 dilakukan melalui dua cara yaitu analisis grafik dan analisis statistik (Ghozali, 2005).

1) Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot

2) Analisis Statistik

yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan plotnya data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Pedoman pengambilan keputusan tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat dari nilai Sig. atau signifikan. Apabila nilai Sig. atau signifikan > 0,05, maka data residual berdistribusi normal. Uji K-S dilakukan dengan hipotesis: Ha : data residual berdistribusi normal


(41)

28 Jika data tidak normal ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal menurut Jogiyanto (2004), yaitu:

1) dengan melakukan transformasi data ke bentuk lain, yaitu logaritma natural, akar kuadrat,

2) lakukan trimming, yaitu mengubah observasi yang bersifat

outlier,

3) lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai-nilai data outlier

menjadi nilai-nilai minimum atau maksimum yang diizinkan supaya distribusinya menjadi normal.

Grafik histogram digunakan untuk menentukan teknis transformasi data yang sesuai. Berikut ini bentuk transformasi yang dapat dilakukan sesuai dengan grafik histogram (Ghozali, 2005).

Tabel 3.4

Bentuk Transformasi Data

Bentuk Grafik Histogram Bentuk Transformasi

Moderate positive skewness SQRT(x) atau akar kuadrat

Substantial positive skewness LG 10(x) atau log 10 atau log natural

Sever positive skewness dengan bentuk L

I/x atau inverse

Moderate negative skewness SQRT (k – x)

Subtantial negative skewness LG 10(k – x)

Sever negative skewness dengan bentuk J

I/(k –x)

Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan menggunakan grafik histogram dan uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S).


(42)

29 3.6.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk melihat adanya kesamaan varians atau tidak dalam dua grup atau populasi. Uji ini diperlukan untuk menentukan alat statistik yang dilakukan dengan asumsi populasi yang sama atau berbeda pada uji hipotesis. Proses uji homogenitas data dilakukan dengan menggunakan uji Lavene’s Test. Data dikatakan homogen jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Jika Fhitung > Ftabel

b) Jika Fhitung < Ftabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas > level of

significant sebesar 0,05, maka dikatakan kedua populasi memiliki varians yang sama, dan untuk uji hipotesis juga akan digunakan asumsi varians populasi yang sama (equal variance assumed).

, pada α = 5% dan nilai probabilitas < level of significant sebesar 0,05 maka dikatakan kedua populasi memiliki varians yang berbeda, dan untuk uji hipotesis akan digunakan asumsi varians populasi yang berbeda (equal variance not assumed).

3.6.3 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji beda t-test. Uji ini digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda.

Tujuan uji beda t-test adalah membandingkan rata-rata (mean,


(43)

30 Hipotesis statistik yang diajukan adalah :

Ha : µ1≠ µ2 : ada perbedaan.

Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis adalah :

a) Ha diterima atau H0 ditolak apabila –ttabel > thitung > +ttabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas < level of significant sebesar 0,05.

b) Ha ditolak atau H0 diterima apabila –ttabel < thitung < +ttabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas > level of significant sebesar 0,05.

Dengan

Ha : ada perbedaan signifikan H0 : tidak ada perbedaan signifikan


(44)

31 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Satistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran data yang akan dianalisis dalam penelitian ini. Data cross section yang digunakan berjumlah 12 perusahaan dengan time series selama 3 tahun pengamatan, sehingga diperoleh sampel sebanyak 36. Adapun statistik deskriptif penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.1

Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif Group Statistic

Prinsip N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Sales

Growth ESOP 18 -48,96 42,92 -7,1383 21,00987 4,95207

NON

ESOP 18 -62,24 119,55 5,3822 36,17305 8,52607 EPS ESOP 18 5,00 1555,00 437,89 642,427 151,421

NON

ESOP 18 21,00 2659,00 599,50 793,109 186,938 PER ESOP 18 3,59 46,45 17,9922 10,52615 2,48104

NON

ESOP 18 1,64 41,30 18,1311 8,89950 2,09763


(45)

32 Penjelasan atas tabel tersebut adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa perusahaan yang mengadakan ESOP memiliki nilai minimum -48,96 dan nilai maksimum 42,92. Perusahaan ESOP mengalami penurunan penjualan terendah sebesar 48,96%, angka ini masih lebih tinggi dibanding perusahaan non-ESOP yang mengalami penurunan penjualan sampai 62,24% yang ditunjukkan dengan nilai minimum -62,24. Namun, perusahaan non-ESOP memiliki nilai maksimum 119,55 yang berarti mengalami peningkatan penjualan tertinggi sebesar 119,55%, lebih tinggi dibanding perusahaan ESOP yang hanya mampu mengalami peningkatan penjualan tertinggi sebesar 42,92%. Rata-rata (mean)

Sales Growth perusahaan yang mengadakan ESOP adalah sebesar -7,1383. Nilai ini lebih kecil dibandingkan mean Sales Growth perusahaan yang tidak mengadakan ESOP sebesar 5,3822. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang tidak mengadakan ESOP mengalami rata-rata pertumbuhan penjualan yang terus meningkat selama periode 2009-2011 dibandingkan perusahaan yang mengadakan ESOP yang justru mengalami penurunan. Variabel Sales Growth memiliki nilai rata-rata yang lebih kecil dari standar deviasinya yang berarti bahwa penyimpangan datanya besar dan tersebar.

2. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai minimum dan maksimum perusahaan ESOP sebesat 5,00 dan 1555,00, angka ini lebih rendah jika dibandingkan perusahaan non-ESOP yang memiliki nilai minimum dan maksimum sebesar 21,00 dan 2659,00. Perusahaan non-ESOP memiliki laba atas saham yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan ESOP. Pada tabel


(46)

33 tersebut juga terlihat bahwa rata-rata (mean) EPS perusahaan yang mengadakan ESOP sebesar 437,89, lebih rendah 161,61 bila dibandingkan perusahaan yang tidak mengadakan ESOP sebesar 599,50. Nilai rata-rata variabel EPS lebih besar daripada standar deviasinya yang berarti bahwa penyimpangan data kecil sehingga data tidak tersebar.

3. Berdasarkan tabel 4.1 tersebut dapat dilihat bahwa nilai minimum dan maksimum yang dimiliki oleh perusahaan ESOP sebesar 3,59 dan 46, 45, lebih tinggi bila dibandingkan perusahaan non-ESOP yang memiliki nilai minimum dan maksimum sebesar 1,64 dan 41,30. Rata-rata (mean) perusahaan yang mengadakan ESOP lebih kecil sebesar 17,9922 dibandingkan perusahaan yang tidak mengadakan ESOP sebesar 18,1311, namun perbedaan ini tidak terpaut jauh. Variabel PER memiliki rata-rata yang lebih besar daripada standar deviasinya yang berarti bahwa penyimpangan data kecil sehingga data tersebar.

4.2 Uji Normalitas

Pengujian ini diperlukan karena pengujian dengan menggunakan independent sample t-test mensyaratkan bahwa nilai residual memiliki distribusi normal. Oleh sebab itu, sebelum melakukan perbandingan terlebih dahulu dilihat apakah distribusi data setiap variabel normal atau tidak. Bila terdapat data yang tidak normal, maka akan dilakukan transformasi data, trimming, atau winsorizing.


(47)

34 Berikut ini adalah tampilan histogram variabel sales growth, earning per share, dan price earning ratio.

Sales Growth 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 -20,0 -40,0 -60,0 16 14 12 10 8 6 4 2 0

Std. Dev = 29,84 Mean = -,9 N = 36,00

EPS 2600 ,0 2400 ,0 2200 ,0 2000 ,0 1800 ,0 1600 ,0 1400 ,0 1200 ,0 1000 ,0 800, 0 600, 0 400, 0 200, 0 0, 0 16 14 12 10 8 6 4 2 0

Std. Dev = 659,72 Mean = 488,1 N = 36,00

PER 45,0 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 12 10 8 6 4 2 0

Std. Dev = 9,61 Mean = 18,1 N = 36,00

Sumber: Output SPSS diolah Penulis, 2013

Gambar 4.1


(48)

35 Berdasarkan histogram tersebut, terlihat bahwa Sales Growth danPER berdistribusi

normal, namun histogram EPS tidak berdistribusi normal terlihat dari grafik yang menceng ke kiri berbentuk moderate positive skewness. Histogram dapat menunjukkan normal atau tidaknya distibusi residual, tetapi gambar grafik terkadang dapat menyesatkan karena kelihatannya normal namun secara statistik sebenarnya tidak normal.

Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.2 menunjukkan hasil yang menguatkan analisis berdasarkan grafik histogram.

Tabel 4.2

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Sales Growth EPS PER

N 36 36 36

Normal Parametersa,b Mean -,8592 488,1389 18,0617 Std. Deviation 29,83786 659,71570 9,60683 Most Extreme

Differences

Absolute

,151 ,283 ,097

Positive ,151 ,283 ,097

Negative -,120 -,232 -,070

Kolmogorov-Smirnov Z ,905 1,696 ,582

Asymp. Sig. (2-tailed) ,386 ,006 ,887

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Sumber: Output SPSS diolah Penulis, 2013

Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa probabilitas signifikansi variabel Sales Growth

dan PER adalah 0,386 dan 0,887 lebih besar dari α (0,386 > 0,05 dan 0,887 > 0,05). Hal

ini berarti Ha diterima dan H0 ditolak atau variabel Sales Growth dan PER terdistribusi


(49)

36 diterima atau variabel EPS tidak terdistribusi secara normal. Oleh karena itu, transformasi data SQRT(x) atau akar kuadrat untuk variabel EPS harus dilakukan.

Tabel 4.3

Hasil Uji K-S Tranformasi Data EPS One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

EPS

N 36

Normal Parametersa,b Mean 17,9195

Std.

Deviation 13,10731 Most Extreme Differences Absolute ,196

Positive ,196

Negative -,116

Kolmogorov-Smirnov Z 1,179

Asymp. Sig. (2-tailed) ,124

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Sumber: Output SPSS diolah Penulis, 2013

SQRTEPS 50,0 45,0 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 12 10 8 6 4 2 0

Std. Dev = 13,11 Mean = 17,9 N = 36,00

Sumber: Output SPSS diolah Penulis, 2013

Gambar 4.2


(50)

37 Uji statistik Kolmogorov-Smirnov dilakukan kembali setelah transformasi data dilakukan dan menunjukkan signifikansi variabel EPS sekarang 0,124 > 0,05. Dan bentuk histogram variabel EPS juga telah normal.

4.3 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk melihat adanya kesamaan varians atau tidak dalam dua grup atau populasi. Uji ini diperlukan untuk menentukan alat statistik yang dilakukan dengan asumsi populasi yang sama atau berbeda pada uji hipotesis. Proses uji homogenitas data dilakukan dengan menggunakan uji

Lavene’s Test. Data dikatakan homogen jika memenuhi kriteria sebagai berikut: a) Jika Fhitung > Ftabel

b) Jika Fhitung < Ftabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas > level of significant

sebesar 0,05, maka dikatakan kedua populasi memiliki varians yang sama, dan untuk uji hipotesis juga akan digunakan asumsi varians populasi yang sama (equal variance assumed).

, pada α = 5% dan nilai probabilitas < level of significant

sebesar 0,05 maka dikatakan kedua populasi memiliki varians yang berbeda, dan untuk uji hipotesis akan digunakan asumsi varians populasi yang berbeda (equal variance not assumed).

Tabel berikut menunjukkan statistik deskriptif yang berubah dikarenakan adanya transformasi data serta menunjukkan hasil uji homogenitas dan uji hipotesis dengan menggunakan metode independent sample t-test.


(51)

38 Tabel 4.4

Hasil Uji Independent Sample T-Test Group Statistic

Prinsip N Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

Sales Growth ESOP 18 -7,1383 21,00987 4,95207

NON ESOP 18 5,4200 36,16708 8,52466 Trans_EPS ESOP 18 15,7195 11,71762 2,76187 NON ESOP 18 20,1195 14,35817 3,38425 PER ESOP 18 17,9922 10,52615 2,48104 NON ESOP 18 18,1311 8,89950 2,09763

Independent Samples Test Levene’s

Test for Equality of

variance

t-test for Equality of Means

F Sig. t Df

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Differen ce 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Sales Growth

Equal variance assumed

1,532 ,224 -1,274 34 ,211 -12,5583 9,85865 -32,59351 7,47685

Equal variance not assumed

-1,274 27,301 ,213 -12,5583 9,85865 -32,77619 7,65952

EPS

Equal variance assumed

,849 ,363 -1,007 34 ,321 -4,4000 4,36819 -13,27726 4,47720

Equal variance not assumed

-1,007 32,686 ,321 -4,4000 4,36819 -13,29042 4,49036

PER

Equal variance assumed

,138 ,713 -,043 34 ,966 -,1389 3,24894 -6,74153 6,46375

Equal variance not assumed

-,043 33,085 ,966 -,1389 3,24894 -6,74826 6,47049


(52)

39 Berdasarkan tabel 4.4 hasil pengujian homogenitas setiap variabel antara dua populasi yaitu perusahaan yang mengadakan ESOP dan tidak mengadakan ESOP yang tertera pada hasil uji independent sample t-test, didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Variabel Sales Growth memiliki Fhitung sebesar 1,532 dengan nilai signifikansi 0,224. Ftabel pada penelitian ini adalah 3,280. Dikarenakan nilai Fhitung < Ftabel (1,532 < 3,280) dan tingkat signifikansinya lebih besar dari α (0,224 > 0,05), maka dikatakan kedua populasi memiliki varians yang sama dan menggunakan equal variance assumed untuk uji hipotesis.

2. Variabel EPS memiliki nilai Fhitung sebesar 0,849 dengan signifikansi 0,363. Karena Fhitung < Ftabel (0,849 < 3,280) dan nilai signifikansinya lebih besar dari

α (0,363 > 0,05), maka dikatakan kedua populasi memiliki varians yang sama, dan untuk uji hipotesis menggunakan equal variance assumed.

3. Variabel PER memiliki Fhitung sebesar 0,138 lebih kecil daripada Ftabel (0,138 < 3,280), serta memiliki nilai signifikasi lebih besar dari α (0,713 > 0,05). Maka, variabel PER dikatakan kedua populasi memiliki varians yang sama, dan untuk uji hipotesis menggunakan equal variance assumed.

4.4 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji beda t-test. Uji ini digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda.


(53)

40 Tujuan uji beda t-test adalah membandingkan rata-rata (mean) yang sama atau tidak sama secara signifikan. Hipotesis statistik yang diajukan adalah :

Ha : µ1 ≠ µ2 : ada perbedaan.

Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis adalah : a) Ha diterima atau H0 ditolak apabila –ttabel > thitung > +ttabel, pada α = 5% dan

nilai probabilitas < level of significant sebesar 0,05.

b) Ha ditolak atau H0 diterima apabila –ttabel < thitung < +ttabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas > level of significant sebesar 0,05.

4.4.1 Pengujian Hipotesis Sales Growth

Berdasarkan uji homogenitas, variabel Sales Growth antara kedua populasi memiliki varians yang sama. Oleh karena itu, untuk membandingkan rata-rata populasi atau equality of means test digunakan t-test dengan dasar

equal variance assumed (diasumsikan kedua varians populasi sama).

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa thitung untuk Sales Growth dengan equal variance not assumed adalah -1,274 dengan probabilitas 0,211. ttabel dalam penelitian ini adalah 1,69236. Oleh karena nilai -ttabel < thitung (1,69236 < -1,274) dan tingkat signifikansinya lebih besar dari α (0,213 > 0,05), maka Ha ditolak atau H0 diterima. Tanda negatif dari nilai thitung menunjukkan bahwa nilai mean populasi pertama lebih rendah dibandingkan populasi kedua. Berdasarkan hasil statistik tidak menunjukkan bahwa kedua rata-rata (mean)

Sales Growth perusahaan yang mengadakan ESOP dengan perusahaan yang tidak mengadakan ESOP berbeda. Artinya tidak terbukti bahwa tingkat nilai


(54)

41

Sales Growth perusahaan yang mengadakan ESOP dan tidak mengadakan ESOP terdapat perbedaan yang signifikan.

4.4.2 Pengujian Hipotesis Earning Per Share

Berdasarkan uji homogenitas, variabel Earning Per Share antara kedua populasi memiliki varians yang sama. Oleh karena itu, untuk membandingkan rata-rata populasi atau equality of means test menggunakan t-test dengan dasar equal variance assumed (diasumsikan kedua varians populasi sama).

Tabel 4.4 menunjukkan thitung untuk EPS dengan equal variance

assumed adalah sebesar -1,007 dengan probabilitas 0,321. Oleh karena nilai – ttabel < thitung (-1,69236 < -1,007) dan tingkat signifikansinya lebih besar dari α (0,321 > 0,05), maka Ha ditolak atau H0 diterima. Tanda negatif dari nilai thitung menunjukkan bahwa nilai mean populasi pertama lebih rendah dibandingkan populasi kedua. Berdasarkan hasil statistik tidak dapat dibuktikan bahwa kedua rata-rata (mean) Earning Per Share perusahaan yang mengadakan ESOP dengan perusahaan yang tidak mengadakan ESOP berbeda. Artinya tidak terbukti bahwa tingkat nilai Earning Per Share perusahaan yang mengadakan ESOP dan tidak mengadakan ESOP terdapat perbedaan yang signifikan.


(55)

42 4.4.3 Pengujian Hipotesis Price Earning Ratio

Berdasarkan uji homogenitas, variabel Price Earning Ratio antara kedua populasi memiliki varians yang sama. Oleh karena itu, untuk membandingkan rata-rata populasi atau equality of means test menggunakan

t-test dengan dasar equal variance assumed (diasumsikan kedua varians populasi sama).

Tabel 4.4 menunjukkan thitung untuk PER dengan equal variance

assumed adalah sebesar -0,043 dengan probabilitas 0,966. Oleh karena nilai – ttabel < thitung (-1,69236 < -0,043) dan tingkat signifikansinya lebih besar dari α (0,966 > 0,05), maka Ha ditolak atau H0 diterima. Tanda negatif dari nilai thitung menunjukkan bahwa nilai mean populasi pertama lebih rendah dibandingkan populasi kedua. Berdasarkan hasil statistik kedua rata-rata (mean) PER perusahaan yang mengadakan ESOP dengan perusahaan yang tidak mengadakan ESOP tidak berbeda. Artinya tidak terbukti bahwa tingkat nilai Price Earning Ratio perusahaan yang mengadakan ESOP dan tidak mengadakan ESOP terdapat perbedaan yang signifikan.

4.5 Analisis Hasil dan Pembahasan Hasil Pengujian

Penelitian yang telah dilakukan pada 12 perusahaan manufaktur yang mengadakan ESOP dan tidak mengadakan ESOP periode 2009-2011 dengan menggunakan variabel Sales Growth, Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER) menunjukkan hasil bahwa variabel-variabel tidak berbeda secara signifikan ketika dilakukan pengujian.


(56)

43 Hal yang menarik pada penelitian ini adalah hasil statistik menunjukkan bahwa perusahaan yang mengadakan ESOP tidak lebih baik daripada perusahaan yang tidak mengadakan ESOP dalam perbandingan tingkat nilai sales growth, EPS dan PER yang ditunjukkan dengan tanda negatif pada thitung yang memiliki arti bahwa mean perusahaan ESOP lebih rendah dibanding perusahaan non-ESOP. Penelitian Blasi dan Kruse (1995), Kruse et al (1996), Stretcher et al (2006) secara umum menyimpulkan bahwa perusahaan ESOP menunjukkan kualitas kinerja perusahaan yang lebih baik.

Sales Growth tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang mengadakan ESOP dan tidak mengadakan ESOP. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi Sales Growth sebesar 0,211 (0,211 > 0,05) setelah dilakukan uji t. Namun, perusahaan yang tidak mengadakan ESOP memiliki rata-rata (mean) tingkat pertumbuhan penjualan yang lebih baik dibandingkan dengan yang mengadakan ESOP.

Pada penelitian ini pertumbuhan penjualan perusahaan yang mengadakan ESOP cenderung menurun selama tiga tahun penelitian. Rata-rata pertumbuhan penjualan pada perusahaan ESOP adalah -7,13%, tanda negatif menginformasikan penurunan sementara perusahaan non-ESOP mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 5,42% selama tiga tahun. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Quarrey dan Rosen (1987) yang menemukan adanya peningkatan Sales Growth, namun senada dengan hasil penelitian Stretcher et al (2006) yang menemukan bahwa Sales Growth perusahan yang mengadakan ESOP lebih rendah daripada yang tidak mengadakan ESOP. Penurunan penjualan bisa


(57)

44 disebabkan oleh pengurangan cost, penurunan persediaan, atau kebijakan lainnya. Namun, penurunan penjualan dapat menurunkan laba bersih yang diperoleh perusahaan.

Terkait dengan produktivitas, produktivitas karyawan yang meningkat seharusnya mampu mendongkrak pertumbuhan penjualan. Namun, fenomena ini dapat dijelaskan oleh Joseph Blasi dan Douglas Kruse (1995) yang mengatakan

employee ownership may have positive effects if employees value ownership in itself or perceive that it brings greater income, job security,or control over jobs and the workplace. On the other hand, it may have neglible or even negative effects if employees perceive no difference in their worklives, dislike the extra risk to their income or wealth, or have raised expectations that are not fulfilled.

Earning Per Share (EPS) tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara kedua populasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi EPS yaitu sebesar 0,321 (0,321 > 0,05) setelah uji t. EPS perusahaan yang mengadakan ESOP lebih rendah 4,4 daripada perusahaan yang tidak mengadakan ESOP. Hal ini dapat menjadi sinyal bahwa perusahaan yang mengadakan ESOP memiliki profitabilitas investasi yang rendah bagi investor, sebab besar-kecilnya nilai EPS menunjukkan besar-kecilnya kemungkinan perusahaan akan membagikan dividen. Beberapa kemungkinan yang menyebabkan turunnya EPS antara lain dikarenakan turunnya jumlah laba bersih dan bertambahnya jumlah saham yang beredar.

Price Earning Ratio (PER) tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang mengadakan ESOP dengan perusahaan yang tidak mengadakan ESOP. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi PER sebesar 0,966 (0,966 > 0,05) setelah dilakukan uji t. Rata-rata PER perusahaan yang mengadakan ESOP lebih rendah memiliki arti bahwa prospek laba di masa depan lebih rendah


(58)

45 dibanding perusahaan yang tidak mengadakan ESOP. Tetapi, PER kedua jenis perusahaan ini dianggap baik karena berada di atas angka 15, karena PER sebesar 15 kali dianggap sebagai patokan untuk menentukan apakah IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) sudah overvalued apa belum.

Penurunan tingkat penjualan akan berdampak pada penurunan net income

atau laba bersih yang diterima perusahaan. Sejalan dengan ini, EPS dan PER juga akan mengalamai penurunan. Penurunan laba yang dilaporkan kemudian akan berpengaruh terhadap turunnya harga saham. Turunnya harga saham, belum tentu akan meningkatkan antusias investor untuk membeli saham perusahan yang mengadakan ESOP, Herdinata (2012) menyatakan “investor akan memprediksi adanya dillution effect atau pengurangan laba per lembar saham karena jumlah saham yang beredar semakin bertambah, dan program ESOP yang dilakukan dalam bentuk stock option plan akan mengaitkan imbalan masa mendatang yang memiliki risiko”.

Employee Stock Ownership Program juga mendorong eksekutif perusahaan berperilaku menyimpang dari tujuan program opsi saham, yakni dengan cara menurunkan jumlah laba yang dilaporkan melalui manajemen laba. Tujuannya adalah untuk mendapatkan harga pengambilan hak beli atas saham perusahaan yang rendah (Astika, 2006).


(59)

46 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis, serta analisis di atas dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab empat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan secara

signifikan tingkat nilai Sales Growth antara perusahaan yang mengadakan ESOP dengan yang tidak mengadakan ESOP setelah uji statistik dengan metode independent sample t-test. Menurut hasil uji statistik, perusahaan yang tidak mengadakan ESOP memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang lebih baik daripada perusahaan yang mengadakan ESOP. Penurunan penjualan bisa disebabkan oleh pengurangan cost, penurunan persediaan, atau kebijakan lainnya. Penurunan ini akan menurunkan besarnya laba bersih yang diterima perusahaan yang akan berdampak pada besarnya EPS.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan secara signifikan tingkat nilai Earning Per Share (EPS) antara perusahaan yang mengadakan ESOP dan yang tidak mengadakan ESOP. Berdasarkan hasil uji statistik, perusahaan yang mengadakan ESOP memiliki tingkat EPS yang lebih rendah dibanding perusahaan yang tidak mengadakan ESOP. Rendahnya EPS dapat disebabkan oleh turunnya laba bersih yang diterima perusahaan dan bertambahnya jumlah saham yang beredar.


(60)

47 3. Hasil penelitian menunjukkan adanya tidak perbedaan secara signifikan

tingkat nilai Price Earning Ratio (PER) antara perusahaan yang mengadakan ESOP dengan yang tidak mengadakan ESOP. Berdasarkan hasil uji statistik, PER perusahaan yang mengadakan ESOP lebih rendah dibanding perusahaan yang tidak mengadakan ESOP. Namun, PER kedua populasi dinilai baik dan cukup tinggi. PER pada perusahaan yang mengadakan ESOP lebih rendah dapat disebabkan oleh rendahnya EPS. Bila pasar memiliki minat yang rendah, maka harga saham akan turun.

4. ESOP memiliki dampak psikologis positif ataupun negatif pada diri karyawan yang bisa menjadi pendorong peningkatan kinerja perusahaan ataupun sebaliknya.

5. Tujuan ESOP akan tercapai bila karyawan menilai bahwa ESOP akan menambah pendapatan atau keamanan di tempat kerja, dan control atas pekerjaan. Namun, bila karyawan menilai adanya ESOP tidak mengubah lingkungan kerja, tidak menyukai risiko ekstra atas pendapatan, atau meningkatkan ekspektasi yang tidak terpenuhi, maka tujuan pengadopsian ESOP untuk meningkatkan kinerja perusahaan tidak akan tercapai.


(61)

48 5.2 Keterbatasan

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:

1. Peneliti hanya menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai populasi dan sampel yang diperoleh hanya berjumlah 12 perusahaan, sehingga belum dapat mewakili keseluruhan perusahaan yang terdaftar di BEI.

2. Peneliti melakukan pengamatan dan analisis hanya menggunakan variabel

Sales Growth, Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER) sebagai alat pengamatan dan analisis.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mencoba memberikan beberapa saran bagi pihak-pihak berikut ini:

1. Bagi Perusahaan yang Mengadakan ESOP

Secara umum perusahaan yang mengadakan ESOP memiliki rata-rata sales growth, EPS, dan PER yang lebih rendah dari perusahaan yang tidak mengadakan ESOP. Bila harga saham lebih rendah dari EPS, tentu akan menarik minat investor bila digandengkan dengan nilai PER yang cukup tinggi. Namun, bila EPS perusahaan ditemukan tidak bertumbuh, maka profitabilitas investasi dipandang tidak menguntungkan. Oleh karena itu, perusahaan tetap harus mendorong peningkatan laba bersih dengan meningkatkan penjualan, memperhatikan tingkat motivasi dan risiko dari sisi


(62)

49 karyawan, dan bila perlu meninjau ulang kembali efektivitas program ESOP yang diadakan.

2. Bagi Perusahaan yang Tidak Mengadakan ESOP

Secara umum penelitian ini menyimpulkan bahwa rata-rata sales growth, EPS, dan PER perusahaan yang tidak mengadakan ESOP lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang mengadakan ESOP. Namun, perusahaan tetap harus menilai dan menjaga dan memperhatikan kinerja perusahaan melalui variabel kinerja keuangan yang lain agar diperoleh kinerja perusahaan yang memuaskan di masa mendatang. Perusahaan juga harus menjaga dan meningkatkan motivasi karyawan agar lebih produktif.

3. Bagi Peneliti yang akan Datang

Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel dalam mengukur kinerja perusahaan dengan desain penelitian uji beda untuk menemukan bukti empiris, oleh sebab itu peneliti yang akan datang sebaiknya memperbanyak variabel dan sampel yang digunakan agar hasil penelitian lebih tergeneralisasi dan menggunakan desain penelitian yang berbeda agar hasil penelitian lebih bermanfaat. Peneliti selanjutnya juga disarankan menggunakan data kualitatif agar hasil penelitian dapat menggambarkan kondisi yang lebih luas.


(1)

60

LAMPIRAN 5

Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif

Group Statistik

Prinsip

N

Minimum Maximum

Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

Mean

Sales

Growth

ESOP

18

-48,96

42,92 -7,1383 21,00987 4,95207

NON

ESOP

18

-62,24

119,55

5,3822 36,17305 8,52607

EPS

ESOP

18

5,00

1555,00

437,89

642,427 151,421

NON

ESOP

18

21,00

2659,00

599,50

793,109 186,938

PER

ESOP

18

3,59

46,45 17,9922 10,52615 2,48104

NON


(2)

61

LAMPIRAN 6

Output SPSS atas Uji Normalitas

1.

Histogram

Sales Growth

,

Earning Per Share

, dan

Price Earning Ratio

Sales Growth 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 -20,0 -40,0 -60,0 16 14 12 10 8 6 4 2 0

Std. Dev = 29,84 Mean = -,9 N = 36,00

EPS 2600 ,0 2400 ,0 2200 ,0 2000 ,0 1800 ,0 1600 ,0 1400 ,0 1200 ,0 1000 ,0 800, 0 600, 0 400, 0 200, 0 0, 0 16 14 12 10 8 6 4 2 0

Std. Dev = 659,72 Mean = 488,1 N = 36,00


(3)

62

PER

45,0 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 12

10

8

6

4

2

0

Std. Dev = 9,61 Mean = 18,1 N = 36,00

2.

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Sales Growth EPS PER

N 36 36 36

Normal Parametersa,b Mean -,8592 488,1389 18,0617

Std. Deviation 29,83786 659,71570 9,60683

Most Extreme Differences

Absolute

,151 ,283 ,097

Positive ,151 ,283 ,097

Negative -,120 -,232 -,070

Kolmogorov-Smirnov Z ,905 1,696 ,582

Asymp. Sig. (2-tailed) ,386 ,006 ,887

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.


(4)

63

3.

Histogram EPS setelah Transformasi Data

SQRTEPS

50,0 45,0 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 12

10

8

6

4

2

0

Std. Dev = 13,11 Mean = 17,9 N = 36,00

4.

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov EPS setelah Transformasi Data

5. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

EPS

N 36

Normal Parametersa,b Mean 17,9195

Std.

Deviation 13,10731 Most Extreme Differences Absolute ,196

Positive ,196

Negative -,116

Kolmogorov-Smirnov Z 1,179

Asymp. Sig. (2-tailed) ,124

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.


(5)

64

LAMPIRAN 7

Hasil Uji

Independent Sample T-Test

1.

Statistik Deskriptif

Group Statistic

Prinsip N Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

Sales Growth ESOP 18 -7,1383 21,00987 4,95207

NON ESOP 18 5,4200 36,16708 8,52466 Trans_EPS ESOP 18 15,7195 11,71762 2,76187 NON ESOP 18 20,1195 14,35817 3,38425 PER ESOP 18 17,9922 10,52615 2,48104 NON ESOP 18 18,1311 8,89950 2,09763


(6)

65

2. Lavene’s Test dan Independent Sample t-test

Independent Samples Test

Levene’s Test for Equality of

variance

t-test for Equality of Means

F Sig. t Df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Differen

ce

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Sales Growth

Equal variance assumed

1,532 ,224 -1,274 34 ,211 -12,5583 9,85865 -32,59351 7,47685

Equal variance not assumed

-1,274 27,301 ,213 -12,5583 9,85865 -32,77619 7,65952

EPS

Equal variance assumed

,849 ,363 -1,007 34 ,321 -4,4000 4,36819 -13,27726 4,47720

Equal variance not assumed

-1,007 32,686 ,321 -4,4000 4,36819 -13,29042 4,49036

PER

Equal variance assumed

,138 ,713 -,043 34 ,966 -,1389 3,24894 -6,74153 6,46375

Equal variance not assumed


Dokumen yang terkait

Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio terhadap Nilai Perusahaan Sektor Otomotif dan Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010 - 2012

8 159 67

Analisis Relevansi Dividend Yield dan Earning Per Share Terhadap Penilaian Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

2 67 127

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Momentum dan Price Earning Ratio Terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 37 85

Pengaruh Dividen Payout Ratio (DPR) Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

12 156 59

Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan Yang Mengadakan Employee Stock Ownership Program (ESOP) Dengan Perusahaan Yang Tidak Mengadakan ESOP (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI)

17 88 88

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH MENGADAKAN EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PROGRAM ( ESOP ) DENGAN PERUSAHAAN YANG TIDAK MENGADAKAN ESOP

2 15 112

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH MENGADAKAN EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Mengadakan Employee Stock Ownership Program ( Esop ) ( Studi Kasus Pada Perusahaan-Perusahaan Ya

2 16 14

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH MENGADAKAN EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Mengadakan Employee Stock Ownership Program ( Esop ) ( Studi Kasus Pada Perusahaan-Perusahaan Ya

0 5 13

Analisis Perbandingan Tingkat Nilai Sales Growth, Earning Per Share, Price Earning Ratio Perusahaan Yang Mengadakan Employee Stock Ownership Program (Esop) Dan Tidak Mengadakan Esop: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

0 1 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis - Analisis Perbandingan Tingkat Nilai Sales Growth, Earning Per Share, Price Earning Ratio Perusahaan Yang Mengadakan Employee Stock Ownership Program (Esop) Dan Tidak Mengadakan Esop: Studi Empiris Pada Perus

0 0 10