Berdasarkan ketiga pendapat di atas, penulis sependapat dengan pendapat Thobroni bahwa belajar adalah aktivitas manusia yang dilakukan secara terus
menerus selama manusia tersebut masih hidup, manusia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik atau diajar oleh manusia lainnya.
1.2 Teori-teori belajar
Teori adalah seperangkat konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang memberikan, menjelaskan, dan memprediksikan fenomena. Belajar
menurut Warsita 2008: 65 merupakan “kegiatan orang sehari-hari”. Belajar juga memiliki teori-teori antara lain sebagai berikut:
1.2.1. Teori belajar behaviorisme
Teori behaviorisme sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di dalam lingkungannya yang akan memberikan pengalaman-
pengalaman belajar. Seseorang dianggap telah belajar apabila mampu
menunjukkan perubahan
tingkah laku.
Teori behaviorisme ini sangat menekankan pada apa yang dapat dilihat
yaitu tingkah laku, tidak memperhatikan apa yang terjadi di dalam pikiran manusia. Dengan kata lain lebih menekankan pada laku
objektif, nyata dan dapat diamatai.
1.2.2. Teori belajar kognitivisme
Kelompok teori kognitif beranggapan bahwa belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan presepsi untuk
memperoleh pemahaman. Dalam model ini tingkah laku
seseorang ditentukan oleh presepsi dan pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan dan perubahan tingkah
laku sangat dipengaruhi oleh proses berpikir internal yang terjadi selama proses belajar.
1.2.3. Teori belajar konstruktivisme
Konstruktivisme mengajarkan kita ilmu tentang bagaimana anak manusia belajar. Mereka belajar mengonstruksikan membangun
pengetahuan, sikap, atau keterampilannya sendiri, tidak dengan memompakan pengetahuan itu ke dalam ootaknya. Warsita 2008:
77 menurut teori konstruktivisme pengetahuan bukan merupakan kumpulan fakta suatu kenyataan yang sedang dipelajari,
melainkan sebagai
kognitif seseorang
terhadap objek,
pengalaman, ataupun lingkungannya.
Berdasarkan beberapa pendapat teori belajar di atas, maka penulis menyimpulkan dalam penelitian ini menerapkan teori belajar
kognitivisme karena teori ini menekankan pada pengetahuan siswa dimana
proses pembelajaran siswa harus dapat mengesplor pengetahuan-pengetahuan yang mereka dapat sehingga berpengaruh
pula pada tingkah laku siswa.
1.3 Ciri-ciri Belajar
Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya banyak dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha
memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan dan menerimanya. Belajar menurut Siregar dan
Nara 2014: 5 memiliki beberapa ciri-ciri belajar sebagai berikut. 1 Adanya kemampuan baru atau perubahan, perubahan tingkah
laku bersifat kognitif, afektif dan psikomotor. 2 Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, melainkan atau
dapat disimpan. 3 Perubahan itu terjadi begitu saja, melainkan harus dengan
usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan. 4 Perubahan tidak semata-mata disebabkab oleh pertumbuhan
fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan.
1.4 Prinsip - prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar yang dapat dijadikan dasar atau acuan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran sesuai dengan pendapat Dimyati
dan Mudjiono dalam Warsita 2008: 64 adalah sebagai berikut: 1 Perhatian dan motivasi belajar peserta didik.
2 Keaktifan belajar dan keterlibatan langsungpengalaman dalam belajar.
3 Pengulangan belajar. 4 Tantangan semangat belajar.
5 Pemberian balikan dan penguatan belajar. 6 Adanya perbedaan individual dalam perilaku belajar.
2. Pembelajaran 2.1 Pengertian Pembelajaran
Kata pembelajaran merupakan terjemahan dari instruction. Istilah ini banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah
pembelajarn banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif holistik yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Ruhimat Dkk
2012: 128 pembelajaran adalah “suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang