karena adanya pemberian hak baru oleh Kantor Pertanahan Kota Semarang dengan melalui penyelenggaraan pendaftaran tanah secara sistematik yang
dilaksanakan oleh Panitia Ajudikasi, yang dalam pelaksanaannya didapati adanya pelanggaran
terhadap tugas
dan wewenang
Panitia Ajudikasiyaitu
ketidakcermatan dan ketidaktelitiannya dalam memeriksa dan meneliti data-data fisik dan data yuridis baik secara langsung di lapangan maupun dalam hal
penyelidikan riwayat tanah dan penilaian kebenaran alat bukti pemilikan atau penguasaan tanah melalui pengecekan warkah yang ada di Kantor Pertanahan
Kota Semarang. Perbedaan penelitian ini dengan ketiga penelitian terdahulu yang telah
diuraikan di atas adalah: 1 Fokus penelitian ini yaitu perlindungan hukum terhadap pemegang hak atas tanah bilamana terdapat penerbitan sertipikat ganda.
2 Studi penelitian dilakukan terhadap kasus sertipikat ganda dalam Putusan
Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang Nomor: 82G2009PTUN.Smg.
2.2 Tinjauan Umum Pendaftaran Tanah Di Indonesia
Tinjauan tentang pendafaran tanah di Indonesia dalam penelitian ini akan diuraikan tentang pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah, tujuan dan asas
pendaftaran tanah, sistem pendaftaran tanah, sistem publikasi dalam pendaftaran tanah dan pelaksanaan pendaftaran tanah.
2.2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Pendaftaran Tanah
Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria adalah sebuah undang-undang yang memuat dasar-dasar pokok agraria di
bidang agraria yang merupakan landasan bagi usaha pembaharuan hukum agraria
guna dapat diharapkan memberikan jaminan hukum bagi masyarakat dalam memanfaatkan fungsi bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya untuk kesejahteraan masyarakat bersama secara adil. Untuk mencapai kesejahteraan dimana masyarakat dapat secara aman
melaksanakan hak dan kewajiban yang diperolehnya sesuai dengan peraturan yang telah memberikan jaminan perlindungan terhadap hak dan kewajiban
tersebut Effendie, 2008: 15.
Dasar hukum pendaftaran tanah tercantum dalam Pasal 19 Undang- Undang Pokok Agraria UUPA. Inti dari ketentuan tersebut menentukan bahwa
pemerintah berkewajiban untuk mengatur dan menyelenggarakan pendaftaran tanah yang bersifat rechtskadaster di seluruh wilayah Indonesia yang diatur
pelaksanaannya dengan Peraturan Pemerintah. Untuk melaksanakan Pasal 19 ayat 1 Undang-Undang Pokok Agraria tersebut maka oleh Pemerintah dikeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.
Penyelenggaraan pendaftaran tanah tersebut diatur dalam Pasal 19 ayat 2 UUPA meliputi :
a. Pengukuran, perpetaan, dan pembukuan tanah b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut
c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.
Sesuai dengan tujuan pendaftaran tanah yaitu akan memberikan kepastian hukum maka pemerintah juga diwajibkan bagi pemegang hak yang bersangkutan
untuk mendaftarkan setiap ada peralihan, hapus dan pembebanan hak-hak atas tanah seperti yang diatur dalam Pasal 21 ayat 2, Pasal 32 ayat 2 dan Pasal 38
ayat 2 Undang-Undang Pokok Agraria. Pasal 19 ayat 1 UUPA telah menentukan bahwa untuk menjamin kepastian
hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah republik Indonesia menurut kententuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan
Pemerintah Effendie, 2008: 13. Pendaftaran tanah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data
fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti hanya
bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya, dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.
2.2.2 Tujuan Pendaftaran Tanah