b. Pemisahan sebagian atau beberapa bagian dari bidang tanah.
c. Penggabungan dua atau lebih bidang tanah.
2.3 Tinjauan Umum Tentang Sertipikat Hak Atas Tanah
Selama ini ada kesan pada masyarakat kita bahwa untuk dapat memperoleh sertipikat hak atas tanah cukup sulit, memerlukan waktu yang cukup lama dan
biaya yang cukup mahal terutama bagi masyarakat biasa dan berada di pedesaan, yang relatif pendidikanya masih rendah dan keadaan ekonominya masih tertinggal
dan pas-pasan karena sebagian dari mereka adalah petani. Padahal sertipikat sangat penting bagi kepemilikan hak atas tanah guna menjamin kepastian hukum
terhadap pemegang hak atas tanah tersebut Mudjiono, 1992: 69. Hal ini disebutkan dalam pasal 19 Undang-undang Pokok Agraria yang
berbunyi : 1
Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan
yang diatur dalam peraturan pemerintah. 2
Pendaftaran tanah dalam ayat 1 pasal ini meliputi : a.
Pengukuran, perpetaan, dan pembukuan tanah. b.
Pedaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut.
c.
Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat bukti yang kuat.
2.3.1 Pengertian Sertipikat Hak Atas Tanah.
Sertipikat hak atas tanah merupakan surat tanda bukti kepemilikan sah hak atas tanah yang ditentukan oleh Undang-undang. Dengan melihat ketentuan Pasal
19 UUPA diketahui bahwa hasil dari pendaftaran tanah yaitu dengan diterbitkannya sertipikat hak atas tanah yang berfungsi sebagai alat bukti
kepemilikan hak yang kuat. Menurut Boedi Harsono dalam bukunya Hukum Agraria Indonesia,
sertipikat hak atas tanah terdiri atas salinan buku tanah dan surat ukur yang dijilid menjadi satu dalam sampul dokumen Harsono, 2008: 78. Sehubung dengan hal
tersebut diatas dapat diketahui bahwa sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis termuat di dalamnya, sehingga data
fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan.
Sertipikat sebagai tanda bukti yang kuat mengandung arti bahwa selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya data fisik dan data yuridis yang tercantum di
dalamnya harus diterima sebagai data yang benar, sebagaimana juga dapat dibuktikan dari data yang tercantum dalam buku tanah dan surat ukurnya.
K ata “kuat” dalam hubunganya dengan sistem negatif adalah berarti “tidak
muthlak” yang berarti bahwa sertipikat tanah tersebut masih mungkin di gugurkan sepanjang ada pembuktian sebaliknya yang menyatakan ketidak absahan sertipikat
tanah tersebut. Dengan demikian sertipikat tanah bukanlah satu-satunya surat bukti pemegangan hak atas tanah dan oleh karena itu masih ada lagi bukti-bukti
lain tentang pemegang hak atas tanah antara lain surat bukti jual beli tanah adat atau surat keterangan hak milik adat Effendie, 2008: 77.
Sesuai dengan sistem negatif yang dianut dalam pendaftaran tanah di Indonesia, maka berarti bahwa sertipikat tanah yang diterbitkan itu bukanlah alat
bukti yang mutlak yang tidak bisa diganggu gugat, justru berarti bahwa sertipikat tanah itu bisa dicabut atau dibatalkan. Oleh karena itu adalah tidak benar bila ada
anggapan bahwa dengan memegang sertipikat tanah berarti pemegang sertipikat tersebut adalah mutlah pemilik tanah dan ia pasti akan menang dalam suatu
perkara, karena sertipikat tanah adalah alat bukti satu-satunya yang tidak tergoyahkan.
2.3.2 Fungsi Sertipikat Hak Atas Tanah