10
Gambar 2. Proses fitoremediasi bahan pencemar Penanggulangan masalah pencemaran dengan
fitoremediasi dapat dilakukan melalui lima proses yang berbeda yaitu :1 fitostabilisasi proses remediasi diproduksinya
senyawa kimia tertentu untuk mengimobilisasi kontaminan di daerah rizosfer, 2 fitodegradasi proses metabolisme kontaminan di dalam jaringan tanaman, misalnya olah
enzim dehalogenase dan oksigenase, 3 fitovolatilisasi proses remediasi terjadi ketika tanaman menyerap kontaminan dan melepaskannya ke udara lewat daun, dan dapat pula
senyawa kontaminan mengalami degradasi sebelum dilepas lewat daun, 4 rizofiltrasi proses
remediasi memanfaatkan
kemampuan akar
tanaman untuk
menyerap, mengendapkan, dan mengakumulasikan logam dari aliran limbah, dan 5 fitoesktraksi
proses yang mencakup penyerapan kontaminan oleh akar tanaman dan translokasi atau akumulasi senyawa itu ke bagian tanaman seperti akar, daun atau batang Pilon-Smits,
2003.
2.2. Penguraian Limbah Dalam Rawa
Pelepasan oksigen oleh akar tumbuhan lahan rawa menyebabkan air atau tanah di sekitar rambut akar memiliki kadar oksigen yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
air atau tanah yang tidak ditumbuhi tumbuhan air dalam suatu lahan rawa, sehingga memungkinkan
mikroorganisme pengurai
seperti bakteri
aerob dapat
hidup. Diperkirakan oksigen yang dilepas oleh akar tumbuhan air di lahan rawa dalam satu hari
berkisar antara 5 hingga 45 mg untuk setiap satu meter persegi luas akar Reed et al., 1988.
Penyerapan unsur hara oleh tumbuhan air dilakukan melalui beberapa cara, seperti melalui akar rambut atau daun yang termodifikasi langsung dari lahan
atau
11 dengan akar yang menancap pada tanah. Kemampuan tumbuhan air mengurai bahan
pencemar tergantung pada ketersedian sumberdaya, keadaan lingkungan dan adaptasinya terhadap lingkungan. Kemampuan tumbuhan air pada lahan basah
untuk menyerap bahan pencemar tidaklah sama. Jika diurut berdasarkan kemampuan menyerap bahan
pencemar didapat bahwa tanaman timbul tanaman mengapung tanaman dalam air
Priyanto dan Prayitno, 2005. Berbagai tumbuhan lahan rawa alami telah mampu beradaptasi dan tumbuh
dengan baik di dalam air atau tanah yang jenuh air. Tumbuhan air telah mampu berkembang dan hidup di lingkungan yang didominasi oleh air melalui adaptasi struktur
dan fisiologinya. Tumbuhan air pada lahan basah berperan aktif memompa oksigen ke dalam sistem perairan. Hal ini dapat terjadi karena organ tumbuhan air mempunyai ruang
antar sel yang membentuk lubang-lubang saluran udara untuk menyimpan oksigen bebas. Daun, batang, dan akar pada tumbuhan air dapat mentransfer oksigen dari udara, yang
dibebaskan kembali ke akar atau rizosfer dan rizoma sehingga membentuk suasana aerob.
Mekanisme pergerakan senyawa kimia pada akar atau rizosfer tumbuhan air disajikan pada Gambar 3 Guntenspergen et al., 1989; Wetzel, 2001.
Gambar 3. Mekanisme pergerakan senyawa kimia pada akar tumbuhan air Suriawiria 2003 menyatakan bahwa banyak jenis tumbuhan khususnya yang
hidup di dalam habitat air, yang memiliki kelompok mikroba rizosfer yang dapat dimanfaatkan untuk pengolahan air limbah. Berdasarkan tempat hidupnya tumbuhan air
dikelompokkan menjadi, 1 kelompok tumbuhan mengambang atau mengapung floating
12 plants seperti enceng gondok Eichornia crassipes, kayambang Lemna minor, paku
air Azolla pinnata, ki apu Spirodella polyrrhira, 2 kelompok tumbuhan di dalam air submerged plants seperti Elodia, Ceratophyllum, Hydrilla, 3 kelompok tumbuhan
ampfibius amphibious plants seperti wawalingian Typha domingensis, mendong Fimbristylis globulosa, kangkung Ipomoea aquatica, genjer Limnocharis flava,
seladah air Nosturium officinale. Tindakan pemulihan remediasi limbah dan pencemaran lingkungan dengan menggunakan tumbuhan air dikenal sebagai teknologi
fitoremediasi, yaitu suatu konsep yang didefinisikan sebagai penggunaan tumbuhan untuk memindahkan, menstabilkan, atau menghancurkan bahan pencemar baik senyawa
organik maupun anorganik.
2.3. Penggunaan Zeolit dan Tanah Aluvial Sebagai Media Penyaring