6
1.3. Perumusan Masalah
Seperti telah diketahui bahwa pencemaran lingkungan perairan telah berlangsung selama bertahun-tahun. Pada awalnya, hal tersebut belum menjadi persoalan yang serius
karena kebutuhan air bersih masih belum begitu mendesak. Disamping itu ketersediaan air terutama penyebaran kuantitas air tahunan relatif masih merata. Dengan kata lain,
perbandingan debit harian pada musim kemarau dan musin hujan tidak terlalu mencolok. Namun demikian perlu disadari saat ini kebutuhan akan air bersih sudah menjadi
pembicaraan umum. Mencuatnya isu menurunnya kualitas air menjadi semakin kuat dengan semakin
banyaknya kegiatan industri yang membuang limbahnya ke perairan sekitarnya tanpa dilakukan pengolahan limbah atau kurang memadainya perlakuan yang seharusnya
dilakukan oleh industri pembuang limbah. Meningkatnya aktivitas pemanfaatan lahan di DAS, dapat meningkatkan jumlah komponen pencemar seperti bahan organik, anorganik
termasuk logam berat yang masuk ke dalam perairan sungai, dan pada gilirannya dapat menimbulkan dampak yang signifikan terhadap kualitas perairan Asdak, 2002.
Permasalahan umum di Sub-DAS Tapung Kiri adalah limbah cair dibuang ke perairan sungai tanpa pengolahan yang memadai, sehingga dikhawatirkan akan
mengakibatkan terjadinya degradasi kualitas air sungai serta penurunan derajat peruntukannya sampai pada tingkat terendah. Berhubung air merupakan sumberdaya
alam dan
komponen ekosistem,
serta merupakan
hak setiap
orang untuk
memanfaatkannya, maka kondisi kualitas air harus dilindungi dan dikelola serta dikendalikan agar tidak menjadi tercemar. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya
pengendalian limbah cair dari berbagai aktivitas di sepanjang DAS melalui pendekatan teknologi yang lebih mudah dilakukan dengan biaya yang lebih murah.
Aplikasi pemanfaatan lahan rawa sebagai media penyaring dan tumbuhan air merupakan suatu teknologi penanganan limbah cair dan pencemaran lingkungan. Konsep
ini dikenal dengan fitoremediasi. Penanganan limbah cair dapat dilakukan secara langsung di lapangan in situ maupun menggunakan kolam buatan ex situ. Teknologi
pemanfaatan lahan rawa sebagai media penyaring dan tumbuhan air ini merupakan alternatif pengolahan limbah yang mudah dan murah jika dibandingkan dengan
pengolahan limbah secara fisika, kimia, dan biologi Gray dan Biddlestone, 1995.
7 Kekurangan
fasilitas penampungan,
pengumpul, dan
penyaluran limbah,
menyebabkan orang memindahkan persoalan limbah cair yang dihasilkan dengan membuangnya secara langsung ke perairan. Pada DAS Tapung Kiri dalam kawasan
perkebunan sawit maupun karet biasanya banyak lahan rawa buatan, seperti parit yang ditumbuhi tumbuhan air yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk pengolah limbah
cair sebelum dibuang secara langsung ke perairan umum. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan terdahulu, maka dirumuskan beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana kualitas perairan sungai Tapung Kiri, akibat meningkatnya aktivitas
pembuangan limbah cair tanpa perlakuan yang memadai. 2. Bagaimana
kemampuan media
penyaring dan
tumbuhan air
setempat meningkatkan kualitas limbah cair dari sumber limbah sebelum dibuang ke
perairan sungai Tapung Kiri. 3. Bagaimana efisiensi media penyaring dan tumbuhan air setempat, dan
waktu yang dibutuhkan untuk menyerap bahan pencemar dari sumber limbah cair yang
dibuang ke perairan sungai Tapung Kiri.
1.4. Tujuan Penelitian