Indikator Parameter Pencemaran TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tumbuhan Air Sebagai Pengurai Limbah

23 dan padatan tersuspensi. Selanjutnya Environmental protection agency EPA, 1987 juga melaporkan bahwa 75 danau, 64 sungai, dan 19 estuaria juga telah tercemar oleh bahan pencemar yang berasal dari lahan pertanian. Dari hasil analisis kualitas air pada 11 sub-DAS Shenango di Pennnsylnania, telah terjadi degradasi kualitas air yang disebabkan bahan pencemar yang berasal dari daerah pertanian, seperti nitrogen-nitrat, fosfat, bakteri coli, dan oksigen-terlarut.

2.7. Indikator Parameter Pencemaran

Pengelolaan lingkungan perairan diperlukan sebagai suatu petunjuk untuk menilai lingkungan perairan apakah masih layak digunakan sesuai dengan peruntukannya. Hal ini dilakukan karena kebutuhan akan air tidak hanya menyangkut kuantitasnya, tetapi juga kualitas. Usaha pengendalian pencemaran air memerlukan informasi dan masukan mengenai tingkat pencemaran air. Ada tiga cara untuk mengevaluasi tingkat pencemaran air yaitu , 1 cara kriteria dan standar kualitas air , 2 cara uji hayati dan, 3 cara indeks kualitas air atau pencemaran Mahbud, 1990; Soemarwoto, 1991. Secara umum indeks mutu kualitas air merupakan alat yang dapat digunakan untuk memantau dan menyampaikan status kualitas air secara holistik dan kuantitatif yang didasarkan pada standar yang berlaku, dengan menggunakan indeks mutu lingkungan perairan berdasarkan National Sanitation Foundation Water Quality Index, pengambil kebijakan dapat melihat kondisi kualitas perairan di masa yang akan datang Husin dan Syaiful, 1991. Ada beberapa parameter yang dapat digunakan dalam melihat kualitas lingkungan perairan berdasarkan indeks mutu lingkungan seperti nilai pH, suhu, oksigen-terlarut, total padatan, fosfat, nitrat, BOD 5 , kekeruhan Ott, 1978 . Di antara karakteristik fisika, kimia perairan alamiah yang dianggap penting diperhatikan adalah konsentrasi padatan tersuspensi, suhu air, dan konsentrasi oksigen- terlarut dalam suatu sistem perairan. Padatan tersuspensi yang sebagian besar terdiri dari berbagai bahan, yang seringkali mempengaruhi kualitas air dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumberdaya air untuk kehidupan manusia dan kehidupan organisme akuatik lainnya. Beberapa karakteristik atau indikator disarankan untuk dikaji dalam analisis pemanfaatan sumberdaya air untuk berbagai keperluan, terutama untuk kualitas air antara lain parameter fisika, kimia dan biologi Effendi, 2003; Manik, 2003. 24

2.7.1. Parameter Fisika

Parameter fisika yang biasa digunakan untuk melihat kualitas suatu perairan meliputi, suhu, kecerahan dan kekeruhan, warna, konduktivitas atau daya hantar listrik, padatan tersuspensi. Parameter-parameter ini biasa saling berhubungan satu sama lainnya, seperti kecerahan yang mempengaruhi intensitas cahaya sebagai sumber energi utama dalam suatu ekosistem perairan, cahaya yang dapat mempengaruhi perubahan suhu, serta sangat berperan pada proses fotosintesis Jeffries dan Mill, 1996. Perubahan suhu perairan berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Peningkatan suhu juga dapat mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi, volatilitas, dan juga dapat menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air, seperti gas O 2 , CO 2 , N 2 , CH 4 , dan gas lainnya. Kenaikan suhu air dapat menyebabkan nilai oksigen-terlarut menurun, sehingga dapat menimbulkan bau tidak enak pada badan air, sebagai akibat terjadinya degradasi bahan organik secara anaerobik Haslam, 1995; Jeffries dan Mill, 1996. Kecerahan dan kekeruhan merupakan ukuran transparansi perairan, dan mempunyai hubungan yang positif dengan padatan tersuspensi. Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, nilai kekeruhan akan semakin tinggi. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan organisme aquatik. Dari segi estetika, meningkatnya kekeruhan dalam air, bisa disebabkan oleh adanya bahan pencemar yang berasal dari limbah cair dari berbagai aktivitas, seperti limbah domestik, industri, pertanian, dan kawasan hutan Fardiaz, 1992; Suriawiria, 2003. Konduktivitas atau daya hantar listrik, mengambarkan kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik, berhubungan erat dengan padatan terlarut total, dan padatan tersuspensi. Kadar padatan terlarut total pada suatu perairan sangat dipengaruhi oleh bahan yang berasal dari pelapukan batuan, limpasan air permukaan tanah, limbah pertanian, limbah domestik, dan limbah industri Effendi, 2003. 25

2.7.2. Parameter Kimia

Pencemaran perairan oleh senyawa dan unsur kimia merupakan masalah bangsa, baik secara regional maupun lingkungan global. Hal ini sangat berhubungan dengan penggunaan lahan, serta pencemaran udara. Sumber bahan pencemar ini akan selalu berbeda-beda tergantung dari aktivitas yang ada dalam wilayah tersebut. Air merupakan pelarut yang sangat baik, oleh karena itu badan-badan air banyak mengandung bahan kimia, seperti bahan organik, anorganik, dan mikroorganisme Darmono, 2001; Achmad, 2004 . Pencemaran oleh bahan organik seperti limbah industri, minyak, pestisida, pupuk, dan sumber bahan organik yang terdapat dalam bentuk karbohidrat, protein, lemak, yang membentuk organisme hidup, dan senyawa-senyawa lainnya, bila mengalami perombakan atau terurai, akan mempengaruhi nilai parameter kimia perairan seperti, oksigen-terlarut, pH, BOD 5 , COD, padatan terlarut, total padatan terlarut, konduktivitas atau DHL, salinitas, nitrit, nitrat, amonia, fosfat, CO 2. Sedangkan bahan pencemar kimia dalam bentuk anorganik di perairan umumnya dalam bentuk logam berat yang bersifat toksik seperti, arsen As, kadmium Cd, merkuri Hg, timbal Pb, krom Cr, nikel Ni, besi Fe, dan mangan Mn, unsur atau senyawa anorganik ini berasal dari limbah industri, limbah domestik, dan limpasan air perkotaan Davis dan Cornwell, 1991; Connel dan Miller, 1995; Kusnoputranto, 1995. Banyak logam berat yang bersifat toksik maupun yang esensial terlarut dalam air, dan mencemari air tawar maupun air laut yang bersumber dari pertambangan, peleburan logam, industri, dan juga berasal dari lahan pertanian Darmono, 2001; Setyorini et al., 2002. Di dalam air biasanya logam berikatan dalam bentuk senyawa kimia atau dalam bentuk ion logam, tergantung pada kompartemen tempat logam itu berada. Logam berat biasanya ditemukan sangat sedikit dalam air secara alamiah. Konsentrasi logam toksik seperti, Cd, Pb, Hg dan As dalam lingkungan perairan secara alamiah biasanya sangat kecil.

2.7.3. Parameter Biologi

Mikroorganisme yang terdapat dalam air berasal dari berbagai sumber seperti, udara, tanah pertanian, sampah, lumpur, tanaman hidup atau mati, hewan hidup atau mati, kotoran manusia, kotoran hewan dan bahan organik. Bakteri yang umum digunakan 26 sebagai indikator telah tercemarnya suatu badan air, adalah bakteri yang tergolong Escherichia coli, yang merupakan salah satu bakteri yang tergolong koliform dan hidup secara normal di dalam kotoran manusia dan hewan. Oleh karena itu, disebut koliform fekal Abel, 1989; Fardiaz, 1992. Analisis mikroba di dalam air, didasarkan pada kebutuhannya untuk mengetahui ada tidaknya jenis yang berbahaya sebagai penyebab penyakit, dan pencemaran air. Jasad-jasad hidup yang mungkin ditemukan dalam sumber-sumber air, seperti bakteri, ganggang, cacing, dan plankton. Kehadiran bentuk-bentuk kehidupan ini selalu ditemukan dalam badan air. Keberadaan berbagai mikroorganisme ini dapat menimbulkan dampak seperti penyebab penyakit, menimbulkan rasa dan bau yang tidak menyenangkan, dan dari segi estetika air tersebut tidak disukai, serta perubahan pada warna air Suriawiria, 2003. 27

III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan bulan Agustus 2005 sampai Juni 2006 dan dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap pertama meliputi persiapan, survai identifikasi lokasi titik pengambilan sampel air limbah, inventarisasi jenis tumbuhan air yang ada di lokasi pengambilan sampel, dan pengumpulan data sekunder. Tahap kedua, pengambilan sampel air limbah dan analisis karakteristik sifat kimia, fisika, dan biologi, budidaya tumbuhan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lancang Kuning, seleksi tumbuhan terhadap air limbah. Tahap ketiga pelaksanaan percobaan utama, yang meliputi persiapan peralatan sebagai wadah untuk percobaan, media penyaring tanah aluvial dan zeolit, limbah cair buangan akhir pabrik kelapa sawit, dan tumbuhan air yang digunakan.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam menunjang penelitian dan percobaan ini meliputi : pH meter, thermometer, botol pengambil sampel, Global Positioning System GPS, timbangan, botol plastik untuk sampel, jerigen, Water Quality Checker WQC, karung plastik, alat tulis, komputer dan printer, kalkulator, kran plastik, pipa paralon, drum plastik untuk wadah percobaan dengan ukuran diameter 60 cm x tinggi 45 cm. Bahan- bahan yang digunakan adalah limbah cair buangan akhir pabrik kelapa sawit, aqua destilata, asam sulfat pekat, asam nitrat pekat, es, kertas tissue, tanah aluvial, zeolit no 1, kerikil dan tumbuhan air : wlingen, melati air, genjer, dan kiapu. 3.3. Pelaksanaan Penelitian 3.3.1. Tahap Persiapan Tahap persiapan meliputi survai identifikasi lokasi titik pengambilan sampel limbah cair yang akan diseleksi sebagai sumber limbah cair untuk prapenelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2005, dalam wilayah Sub-DAS Tapung Kiri. Dari hasil pengamatan di lapangan ditetapkan enam lokasi tempat pengambilan limbah cair untuk dilakukan analisis karakteristik sifat fisisk, kimia, dan bilogi. Lokasi pengambilan sampel tersebut disajikan pada Tabel 5, dan lokasi pengambilan sampel disajikan pada Gambar Lampiran 1. Adapun pertimbangan penetapan titik-titik pengambilan sampel air limbah