antara kebebasan kehendak freewill dan determinisme sosial psikologis didalam kausa kejahatan.
2. Prinsip-Prinsip Restorative Justice
Restorative Justice berlandaskan pada prinsip due process of law. Istilah due process of law mempunyai konotasi bahwa segala sesuatu
harus dilakukan secara adil. Konsep due process of law sebenarnya terdapat dalam konsep hak-hak fundamental fundamental rights dan
konsep kemerdekaan atau kebebasaan yang tertib ordered liberty.
113
Konsep due process of law yang prosedural pada dasarnya didasari atas konsep hukum tentang keadilan yang fundamental fundamental
fairness. Perkembangan due process of law yang prosedural merupakan suatu proses atau prosedur formal yang adil, logis dan layak, yang harus
dijalankan oleh yang berwenang, misalnya dengan kewajiban membawa surat perintah yang sah, memberikan pemberitahuan yang pantas,
kesempatan yang layak untuk membela diri termasuk memakai tenaga ahli seperti pengacara bila diperlukan, menghadirkan saksi-saksi yang cukup,
memberikan ganti rugi yang layak dengan proses negosiasi atau musyawarah yang pantas, yang harus dilakukan jika berhadapan dengan
hal-hal yang dapat mengakibatkan pelanggaran terhadap hak-hak dasar manusia, seperti hak untuk hidup, hak untuk kemerdekaan atau kebebasan
liberty, hak atas kepemilikan benda, hak mengeluarkan pendapat, hak untuk beragama, hak untuk bekerja dan mencari penghidupan yang layak,
hak pilih, hak untuk berpergian, hak atas privasi, hak atas perlakuan yang
113 Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modern Rehctstaat ,Refika Aditama, Bandung 2009, hlm 46
sama equal protection dan hak-hak fundamental lainnya.
114
Sedangkan yang dimaksud dengan due process of law yang substansif adalah suatu
persyaratan yuridis yang menyatakan bahwa pembuatan suatu peraturan hukum tidak boleh berisikan hal-hal yang dapat mengakibatkan perlakuan
manusia secara tidak adil, tidak logis dan sewenang-wenang.
115
Susan Sharpe mengemukakan ada lima prinsip dalam restorative justice, yaitu
116
: a. Restorative justice mengandung partisipasi penuh dan konsensus.
Dalam hal ini korban dan pelaku harus dilibatkan secara aktif dalam perundingan untuk menemukan penyelesaian secara komprehensif.
Selain itu juga membuka kesempatan bagi masyarakat yang selama ini merasa terganggu keamanan dan ketertibannya oleh pelaku untuk ikut
duduk bersama memecah persoalan ini. b. Restorative justice mencari solusi untuk mengembalikan dan
menyembuhkan kerusakan atau kerugian akibat tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku. Hal ini termasuk juga upaya penyembuhan atau
pemulihan korban atas tindak pidana yang menimpanya. c. Restorative justice memberikan rasa tanggung jawab yang utuh bagi
pelaku untuk bertanggung jawab atas perbuatannya. Pelaku harus menunjukkan rasa penyelesaian dan mengakui semua kesalahan-
kesalahan serta
menyadari bahwa
perbuatannya tersebut
mendatangkan kerugian bagi orang lain.
114 Ibid, hlm 47 115 Munir Fuady, Loc.Cit
116 Susan Sharpe dikutip dalam Marlina, Hukum Penitensier, Refika Aditama, Bandung, 2011, hlm 74-75
d. Restorative justice berusaha menyatukan kembali pelaku sebagai warga masyarakat dengan masyarakatnya yang selama ini terpisah akibat
tindak pidana. Hal ini dilakukan dengan mengadakan rekonsiliasi antara korban dan pelaku serta mereintegrasikan kembali keduanya dalam
kehidupan masyarakat secara normal. Keduanya harus dibebaskan dari masa lalunya demi masa depan uang lebih cerah.
e. Restorative justice memberikan kekuatan bagi masyarakat unutk mencegah supaya tindak kejahatan tidak terulang kembali. Kejahatan
mendatangkan kerusakan dalam kehidupan masyarakat, tetapi kejahatan bisa menjadi pembelajaran bagi masyarakat untuk membuka
keadilan yang sebenarnya bagi semua masyarakat. Hal ini karena faktor korelatif kriminogen lebih cenderung berakar dari persoalan yang ada
dalam masyarakat itu sendiri, seperti faktor ekonomi, sosial, budaya, dan bukan bersumber dari dalam diri pelaku. Oleh karena itu korban dan
pelaku harus kembali ditempatkan untuk menjaga keutuhan masyarakat dan diposisikan sesuai dalam fungsinya dalam kehidupan masyarakat.
Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, pendekatan keadilan restoratif merupakan hal
wajib diutamakan. Apabila pendekatan keadilan restoratif tidak berhasil di tingkat penyidikan, maka pendekatan tersebut harus diupayakan pada
tingkat penututan dan apabila belum berhasil maka tetap wajib diupayakan di tingkat pengadilan.
117
117 Wagiati Soetedjo, Melani, Op.Cit, hlm 169
3. Program Restorative Justice