lebih tinggi yang berwenang, mandiri dan adil atau oleh badan pengadilan menurut hukum;
vi Mendapat bantuan seorang penerjemah dengan cuma-cuma kalau anak itu tidak dapat mengerti atau
berbicara dengan bahasa yang digunakan; vii Kerahasiaannya dihormati dengan sepenuhnya pada
semua tingkat persidangan. 3 Negara-negara
Pihak harus
berusaha meningkatkan
pembuatan undang-undang,
prosedur-prosedur, para
penguasa dan lembaga-lembaga yang berlaku secara khusus pada anak-anak yang dinyatakan sebagai, dituduh, atau
diakui melanggar hukum pidana, terutama: a Pembentukan umur minimum; di mana di bawah umur itu
anak-anak dianggap tidak mempunyai kemampuan untuk melanggar hukum pidana;
b Setiap waktu yang tepat dan diinginkan, langkah-langkah untuk menangani anak-anak semacam itu tanpa
menggunakan jalan lain pada persidangan pengadilan, dengan syarat bahwa hak-hak asasi manusia dan
perlindungan hukum dihormati sepenuhnya;
4 Berbagai pengaturan, seperti perawatan, bimbingan dan pengawasan, perintah, penyuluhan, percobaan, pengasuhan
anak angkat, pendidikan dan program-program pelatihan kejuruan
dan pilihan-pilihan
lain untuk
perawatan kelembagaan harus tersedia untuk menjamin bahwa anak-
anak ditangani dalam suatu cara yang sesuai dengan kesejahteraan mereka dan sepadan dengan keadaan-
keadaan mereka maupun pelanggaran itu.
2. Proses Peradilan Pidana Anak
a. Penyidikan Pasal 1 butir 2 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
menjelaskan bahwa penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang terjadi dan guna menemukan tersangka.
130
Pengaturan mengenai penyidikan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak terdapat pada
130 Wagiati Soetedjo, Op.Cit, hlm 150
Bab III Acara Peradilan Anak, Bagian Kedua Penyidikan, Pasal 26 sampai dengan Pasal 29.
Pasal 26 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, mengatur mengenai penyidik anak, isi Pasal
tersebut adalah; 1 Penyidikan terhadap perkara Anak dilakukan oleh
Penyidik yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia atau
pejabat lain yang ditunjuk oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2 Pemeriksaan terhadap Anak Korban atau Anak Saksi dilakukan oleh Penyidik sebagaimana dimaksud pada
ayat 1. 3 Syarat untuk dapat ditetapkan sebagai Penyidik
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: a.telah berpengalaman sebagai penyidik;
b.mempunyai minat,
perhatian, dedikasi,
dan memahami masalah Anak; dan
c.telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan Anak.
4 Dalam hal belum terdapat Penyidik yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat 3,
tugas penyidikan dilaksanakan oleh penyidik yang melakukan tugas penyidikan tindak pidana yang
dilakukan oleh orang dewasa.
Pasal 27 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, mengatur mengenai pertimbangan atau saran
dalam penyidikan, isi Pasal tersebut adalah: 1 Dalam melakukan penyidikan terhadap perkara Anak,
Penyidik wajib meminta pertimbangan atau saran dari Pembimbing Kemasyarakatan setelah tindak pidana
dilaporkan atau diadukan. 2 Dalam hal dianggap perlu, Penyidik dapat meminta
pertimbangan atau saran dari ahli pendidikan, psikolog, psikiater, tokoh agama, Pekerja Sosial
Profesional atau Tenaga Kesejahteraan Sosial, dan tenaga ahli lainnya.
3 Dalam hal melakukan pemeriksaan terhadap Anak Korban dan Anak Saksi, Penyidik wajib meminta
laporan sosial dari Pekerja Sosial Profesional atau
Tenaga Kesejahteraan Sosial setelah tindak pidana dilaporkan atau diadukan.
Ketentuan penangkapan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum sama dengan penangkapan orang dewasa menurut Kitab
Undang-Undnag Hukum Pidana, dan jangka waktu penangkapan adalah sama dengan orang dewasa, yaitu paling lama 1 satu hari, hal tersebut
diatur dalam Pasal 43 Undang-Undang Pengadilan Anak dan Pasal 30 ayat 1 Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak.
131
Pengaturan mengenai penahanan di tingkat penyidikan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak mengalami kemajuan yang signifikan bila dibandingkan dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan
Anak, guna melindungi hak anak yang merupakan hak asasi manusia, yaitu sebagaimana bunyi Pasal 32 dan Pasal 33 Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak sebagai berikut
132
: Pasal 32 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak: 1 Penahanan terhadap Anak tidak boleh dilakukan dalam
hal Anak memperoleh jaminan dari orang tuaWali danatau lembaga bahwa Anak tidak akan melarikan
diri, tidak akan menghilangkan atau merusak barang bukti, danatau tidak akan mengulangi tindak pidana.
2 Penahanan terhadap Anak hanya dapat dilakukan dengan syarat sebagai berikut:
a. Anak telah berumur 14 empat belas tahun atau lebih; dan
131 Ibid, hlm 152-153 132 Ibid, hlm 153-154
b. diduga melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana penjara 7 tujuh tahun atau lebih.
3 Syarat penahanan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 harus dinyatakan secara tegas dalam surat
perintah penahanan. 4 Selama Anak ditahan, kebutuhan jasmani, rohani, dan
sosial Anak harus tetap dipenuhi. 5 Untuk melindungi keamanan Anak, dapat dilakukan
penempatan Anak di LPKS. ”
Pasal 33 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak:
1 Penahanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 untuk kepentingan penyidikan dilakukan paling lama 7
tujuh hari. 2 Jangka waktu penahanan sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 atas permintaan Penyidik dapat diperpanjang oleh Penuntut Umum paling lama 8 delapan hari.
3 Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 2 telah berakhir, Anak wajib dikeluarkan demi
hukum. 4 Penahanan terhadap Anak dilaksanakan di LPAS.
5 Dalam hal tidak terdapat LPAS, penahanan dapat dilakukan di LPKS setempat.
b. Penuntutan Penuntut Umum Anak diatur dalam Pasal 41 Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, bunyi pasal ini tidak jauh berbeda dengan bunyi Pasal 53 Undag-Undang
Nomor 3 Tahun 1997. Perbedaannya hanya sedikit, yaitu tambahan dalam syarat Penuntut Umum Anak, adalah berupa telah mengikuti
pelatihan teknis tentang peradilan anak.
133
Penuntutan menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak lebih memperhatikan
perlindungan dan kepentingan terbaik bagi anak, yaitu penuntut Umum
133 Ibid, hlm 155
wajib mengupayakan diversi paling lama 7 hari setelah menerima berkas perkara dari penyidik dan diversi dilaksanakan paling lama 30
hari.
134
Masa penahanan ditingkat penuntutan jauh lebih singkat dibandingkan dengan masa penahanan ditingkat penuntutan dalam
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, yaitu paling lama 5 hari dan dapat diperpanjang oleh Hakim Pengadilan
Negeri paling lama 5 hari.
135
Adanya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak maka penghentian penuntutan dapat terjadi
diluar yang diatur Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yaitu apabila upaya diversi berhasil.
136
c. Pemeriksaan di Muka Sidang Hakim Anak yang diatur dalam Pasal 43 Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, hampir sama dengan Hakim Anak yang diatur dalam Pasal 9 dan 10 Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, perbedaannya dalam Pasal 43 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak, syarat Hakim Anak ditambah, telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan anak, kemajuan lainnya yang terdapat
dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, yaitu terdapat dalam Pasal 52 yang berbunyi;
134 Wagiati Soetedjo, Loc.Cit 135 Wagiati Soetedjo, Loc.Cit
136 Ibid, hlm 156
“1 Ketua pengadilan wajib menetapkan Hakim atau majelis hakim untuk menangani perkara Anak paling
lama 3 tiga hari setelah menerima berkas perkara dari Penuntut Umum.
2 Hakim wajib mengupayakan Diversi paling lama 7 tujuh hari setelah ditetapkan oleh ketua pengadilan
negeri sebagai Hakim. 3 Diversi sebagaimana dimaksud pada ayat 2
dilaksanakan paling lama 30 tiga puluh hari. 4 Proses Diversi dapat dilaksanakan di ruang mediasi
pengadilan negeri. 5 Dalam hal proses Diversi berhasil mencapai
kesepakatan, Hakim menyampaikan berita acara Diversi beserta kesepakatan Diversi kepada ketua
pengadilan negeri untuk dibuat penetapan. 6 Dalam hal Diversi tidak berhasil dilaksanakan, perkara
dilanjutkan ke tahap persidangan. ”
Pasal 53 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak;
“1 Anak disidangkan dalam ruang sidang khusus Anak. 2 Ruang tunggu sidang Anak dipisahkan dari ruang
tunggu sidang orang dewasa. 3 Waktu sidang Anak didahulukan dari waktu sidang
orang dewasa. ”
Ancaman sidang batal demi hukum dimuat dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak Pasal 55, yaitu; “1 Dalam sidang Anak, Hakim wajib memerintahkan
orang tuaWali atau pendamping, Advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya, dan Pembimbing
Kemasyarakatan untuk mendampingi Anak. 2 Dalam hal orang tuaWali danatau pendamping tidak
hadir, sidang tetap dilanjutkan dengan didampingi Advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya
danatau Pembimbing Kemasyarakatan. 3 Dalam hal Hakim tidak melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat 2, sidang Anak batal demi hukum.
”
d. Pembinaan di Lapas Anak yang dijatuhi pidana penjara di tempatkan di Lembaga
Pembinaan Khusus Anak LPKA, anak yang ditempatkan di LPKA berhak
memperoleh pembinaan,
pembimbingan, pengawasan,
pendampingan, pendidikan, dan pelatihan, serta hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Anak didik yang belum selesai menjalani pidana di LPKA dan telah menjapai umur 18 tahun dipindahkan ke lembaga pemasyarakatan
pemuda. Dalam hal tidak ada lembaga pemasyarakatan pemuda berdasarkan rekomendasi penelitian kemasyarakatan kepala LPKA
dapat memidahkan ke Lembaga Pemasyarakatan Dewasa. Dalam hal Anak Didik Pemasyarakatan yang dibina di Lembaga Pemasyarakatan
pemuda telah mencapai umur 21 tahun tetapi belum selesai menjalani pidana, maka dipindahkan ke lembaga pemasyarakatan dewasa dengan
memperhatikan kesinambungan pembinaan anak, anak yang berstatus Klien Pemasyarakatan menjadi tanggung jawab Bapas.
137
Skema Restorative Justice dan Diversi berdasarkan Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak:
137 Ibid, hlm 181-182
Grafik 2.2 Kejaksaan
Grafik 2.1 Kepolisian
Pengadilan
Grakfi 2.3
3. Peraturan-Peraturan Internasional