Melalui tema tersebut sebenarnya pengarang ingin menyapaikan pesan- pesannya. Dal cerita Pandhu Suwarga ini, pengarang banyak menggunakan
kritikan-kritikan untuk menunjukkan penolakannya. Penolakan tersebut merupakan wujud pesan yang ingin disampaikan pengarang. Seperti dalam
cuplikan di atas, pengarang menggunakan UUD, yang bukan berarti Undang Undang Dasar melainkan Ujung-Ujungnya Duit. Hal itu merupakan kritikan
sekaligus pesan untuk lebih memperbaiki sistem dan tatanan kinerja yang lebih mementingkan uang daripada kewajiban.
4.1.6 Resi Brongsong dalam Majalah Jaya Baya
Cerita wayang gombal “Resi Brongsong” ini mengisahkan tentang
penyamaran Arjuna untuk melindungi Sembadra dan putranya Abimanyu. Arjuna yang menyamar sebagai Resi Brongsong menemui Sembadra di Dwarawati. Resi
Brongsong yang mengaku sebagi murid Arjuna mengabarkan kepada Sembadra bahwa suaminya Arjuna telah meninggal. Ia ditugaskan untuk melindungi dirinya
dan Abimanyu. Ketika kabar janda Sembadra sampai ditelinga Burisrawa seketika merengek kepada Duryudan untuk dilamarkan Sembadra. Akan tetapi lamaran
tersebut ditolak oleh Resi Brongsong selaku Lamperjan Lembaga Perlindungan Janda. Pendhita Durna turun tangan dengan mantra jarak jauhnya Sembadra
dibuatnya takhluk dan menuruti keinginannya. Resi Brongsong diusir kemudian dirinya mau menerima lamaran Burisrawa lihat Lampiran 1.
Dalam cerita Mahabarata tidak terdapat episode yang mengisahkan hal tersebut. Pengarang menggunakan nama-nama tokoh dan tempat dalam cerita
Mahabarata. Pengarang menggunakan tokoh Arjuna sebagai tokoh utama dalam cerita tersebut. Arjuna yang menyamar sebagai Resi Brongsong memiliki watak
sopan, bisa dipercaya dan sakti. Hal tersebut dapat dilihat dari ucapan dan tindakan yang dilakukan Resi Brongsong dalam cerita. Berikut cuplikan ceritanya:
“Panjenengan sarujuk napa suwala, sumangga kemawon. Kula namung sadermi nindhakake amanat…” tembunge Resi Brongsong ora ninggal
trapsila.
Resi Brongsong dalam Jaya Baya No. 9 Minggu V Oktober 2010 data 32 „Anda setuju atau tidak, silahkan saja. Saya hanya menjalankan amanat…”
kalimat Resi Brongsong tanpa meninggalkan tata krama.‟ Terjemahan dalam bahasa Indonesia
Kalimat „Kula namung sadermi nindhakake amanat‟, menunjukkan bahwa dirinya mengemban amanat yang telah dilimpahkan kepadanya, dan berusaha
untuk tetap dapat menjaga amanat tersebut dengan baik. Dari perkataan dan tindakannya yang halus dalam cuplikan diatas, yang menunjukkan Ressi
Brongsong memiliki sifat sopan dan dapat dipercaya. Pengarang juga menggambarkan watak tokoh Pendhita Durna yang licik melalui perbuatannya.
Berikut cuplikan teksnya: “Resi Durna minangka nujum Ngastina, enggal tumandang. Liwat japa
mantrane jarak jauh, dadakan Sembadra sengit kepati karo Resi Brongsong. Malah yen dituduhi keris Pulanggeni sing ndemenake iku,
saiki dadi histeris kamigilan. Jan kipa-kipa kae. ”
Resi Brongsong dalam Jaya Baya No. 9 Minggu V Oktober 2010 data 33 „Resi Durna sebagai pengikut setia Ngastina, segera bertindak. Melalui
mantra jarak jauhnya, mendadak Sembadra benci kepada Resi Brongsong. Malah jika ditunjukkan keris Pulanggeni yang menarik tersebut, sekarang
menjadi histeris ketakutan. Benar- benar tidak mau.‟
Terjemahan dalam bahasa Indonesia
Merasa tersinggung dengan penolakan Resi Brongsong, Pendhita Durna segera mengabil tindakan dengan cara mengguna-gunai Sembadra agar menjauhi
Resi Brongsong dan mau menerima lamaran Burisrawa. Hal tersebut menunjukkan bahwa sifat Pendhita Durna licik.
Pengarang juga menggunakan kerajaan milik Prabu Kresna yaitu Dwarawati sebagai setting tempatnya. Selama menunggu kabar dari suaminya,
Sembadra dan Abimanyu tinggal bersama kakaknya Prabu Kresna di Dwarawati. Berikut cuplikan teksnya:
“Wis seminggu Sembadra ana Dwarawati. Sawijining sore ana wong lanang rambut gondrong, nganggo jubah kaya Sang Hyang Yamadipati...
” Resi Brongsong dalam Jaya Baya No. 9 Minggu V Oktober 2010 data 34
„Sudah seminggu Sebadra berada di Dwarawati. Suatu hari ada seorang laki-laki berambut gondrong, memakai jubah seperti Sang Hyang
Yamadipati…‟ Terjemahan dalam bahasa Indonesia
Sama seperti cerita-cerita sebelumnya, cerita “Resi Brongsong” ini juga
menggunakan tema politik. Pengarang banyak menggunakan istilah-istilah dalam dunia perpolitikan. Pengarang menggunakan istilah Fit and Propertest dalam
cerita ini untuk menguji kelayakan Resi Brongsong menjadi ketua Lamperjan. Hal tersebut dapat dilihat pada cuplikan dibawah ini:
“Aku setuju banget Kakang Resi. Ning prosedur dadi Ketua Lembaga Perlindungan Janda Lamperjan kuwi nganggo fit and proper test
dhisik. ”
Resi Brongsong dalam Jaya Baya No. 9 Minggu V Oktober 2010 data 35 „Aku setuju sekali Kakang Resi. Akan tetapi prosedur menjadi Ketua
Lembaga Perlindungan Janda Lamperjan harus melalui fit and proper test dulu.‟
Terjemahan dalam bahasa Indonesia
Selain itu pengarang juga menggunakan istilah hak prerogratif. Hak yang dimiliki ketua Lamperjan untuk menentukan menerima atau menolak Burisrawa
segai suami Sembadra. Berikut cuplikan teksnya: “… Awit Prabu Kresna mung mangsa borong marang Sembadra sing
bakal nglakoni. Jarene, saiki iku hak prerogratif-e Resi Brongsong ketua Lamperjan.
” Resi Brongsong dalam Jaya Baya No. 9 Minggu V Oktober 2010 data 36
„… Sekarang Prabu Kresna menyerahkan semuanya kepada Sembadra yang akan menjalani. Katanya sekarang itu sudah menjadi hak
prerogratinya Resi Brongsong,‟ Terjemahan dalam bahasa Indonesia
Dalam cerita tersebut pengarang menyampaikan pesan melalui sindiran- sindiran terhadap masalah yang sering dialami masyarakat. Seperti kasus suap
yang sering terjadi. Banyak hak-hak rakyat kecil yang terbengkalai karena kalah dengan tumpukan uang. Melalui cerita
“Resi Brongsong” ini, pengarang membuat cerita dengan menganggap kejujuran sebagai panglima. Pengarang
berusaha menegakkan kejujuran demi masyarakat banyak dan bukan demi kepentingan pribadi.
4.1.7 Resi Mayangkara dalam Majalah Jaya Baya