Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kajian pustaka

yang terjadi dalam masyarakat. Dari cerita wayang sebagai karya sastra dapat diberikan sumbangan yang besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Penulisan skripsi ini juga merupakan salah satu langkah untuk mengembangkan budaya Jawa.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini bermuara pada pokok permasalahan yakni: 1 Bagaimana unsur pembangun cerita wayang gombal? 2 Bagaimanakah hubungan antara teks-teks cerita wayang gombal yang ada pada majalah Jaya Baya dengan teks Babon Cerita Wayang? Hubungan tersebut dilihat dari ekspansi perluasan, koversi pemutarbalikan, modifikasi pengubahan, dan ekserpnya penyadapan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu: 1 Mengetahui unsure pembangun cerita wayang gombal. 2 Menemukan hubungan antara teks-teks cerita wayang gombal yang ada pada majalah Jaya Baya dengan teks Babon Cerita Wayang dilihat dari ekspansi perluasan, koversi pemutarbalikan, modifikasi pengubahan, dan ekserpnya penyadapan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari skripsi ini adalah: 1 Manfaat praktis a. Skripsi ini diharapkan memberikan gambaran tentang kehidupan sosial dalam sebuah cerita wayang gombal. b. Pembaca dapat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan yang direfleksikan oleh cerita wayang gombal tersebut. c. Mereka juga dapat mengambil sikap terhadap realitas kehidupan yang diungkapkan melalui kritik sosial yang ada di dalamnya. 2 Manfaat teoritis a. Skripsi ini diharapkan memberikan referensi bagi pengembangan penelitian intertekstualitas selanjutnya. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kajian pustaka

Penelitian terhadap intertekstualitas cerita wayang sudah banyak dilakukan. Penelitian tersebut antara lain pernah dilakukan oleh Karyanto 2004. Karyanto menulis skripsi yang berjudul Karakter Semar dalam Cerita-cerita Wayang dan dalam Tiga Teks Sastra Indonesia Kontemporer Semar Mencari Raga, Semar Gugat, dan Perang Kajian Intertekstualitas. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran karakter tokoh Semar dalam cerita-cerita wayang di antaranya Semar Mencari Raga, Semar Gugat, dan Perang. Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah mengenai hubungan intertekstualitas antara Semar dalam teks cerita wayang dengan teks Semar dalam teks cerita Semar Mencari Raga, Semar Gugat, dan Perang; serta menemukan makna perbedaan dan persamaan karakter Semar pada teks cerita wayang dan Semar pada teks cerita wayang Semar Mencari Raga, Semar Gugat, dan Perang. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk membantu usaha memberikan penjelasan kepada publik wayang bahwa perubahan dalam karakterisasi tokoh- tokoh wayang terutama yang terlanjur dimitoskan, bukanlah sesuatu yang tabu dalam perspektif sastra. Penelitian ini juga dapat dimanfaatkan sebagai usaha untuk menempatkan teks-teks sastra kontemporer dalam deretan karya-karya yang sejajar, yang dapat dilihat sebagai bagian dari peristiwa perkembangan sejarah 8 pemikiran. Dengan memahami fungsi dan makna dari perubahan karakter yang dilakukan pengarang masa kini, penelitian ini akan bermanfaat pula bagi usaha- usaha mengaktualisasikan kembali teks-teks lama sesuai dengan tantangan dan selera zaman yang dihadapinya. Penelitian lain yang mengkaji tentang cerita wayang juga pernah dilakukan Supriyanto 2011. Supriyanto memiliki skripsi yang berjudul Intertekstualitas Lakon Wayang dalam Cerita Cerkak. Dalam skripsinya tersebut, Supriyanto mencari hubungan intertekstualitas antara cerita cekak wayang yang ada pada majalah berbahasa Jawa dengan cerita lakon wayang Ramayana. Yang menjadi hipogramnya cerita lakon wayang Ramayana, sedangkan yang menjadi teks transformasinya cerita cerkak wayang yang ada majalah berbahasa Jawa. Disamping mencari hubungan intertekstualitas, skripsi tersebut juga membahas tentang wacana sosial yang termuat dalam cerita cekak wayang tersebut. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa cerita cerkak yang diperoleh mempunyai hubungan dengan teks-teks lain atau yang disebut intertekstualitas. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya penyadapan dalam tiap-tiap cerita cekak. Selain penyadapan, pada delapan cerita cerkak yang ditelitinya tersebut juga terdapat pengubahan cerita, pemutarbalikan cerita, serta perluasan cerita. Hal itulah yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan intertekstual lakon wayang dalam cerita cekak. Penelitian serupa yang menggunakan kajian intertekstual juga pernah dilakukan oleh Widodo 2000 pada Serat Suluk Resi Driya dan Serat Gatholoco. Pada tesisnya yang berjudul Hubungan Kawula dengan Gusti dalam Serat Suluk Resi Driya dan Serat Gatholoco, Widodo membahas tentang hubungan „kawula‟ dengan „Gusti‟ dalam Serat Gatholoco dan Serat Suluk Resi Driya. Simbolisme hubungan dalang dengan wayang menggambarkan hubungan kawula Gusti, antara manusia dengan Tuhan, antara ciptaan dengan Penciptanya. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa antara Serat Suluk Resi Driya dan Serat Gatholoco memiliki kesamaan, yaitu menggunakan simbol dalang dan wayang dalam menjabarkan konsep ajaran sangkan paraning dumadi. Antara Serat Suluk Resi Driya dan Serat Gatholoco memiliki perbedaan-perbedaan, karena Serat Gatholoco telah mengalami ekspansi dan modifikasi dari hipogramnya, yaitu Serat Suluk Resi Driya. Berdasarkan hubungan tersebut dapat diketahui bahwa penggubah Serat Gatholoco telah meresepsi Serat Suluk Resi Driya secara aktif dan aktual, sehingga Serat Gatholoco menjadi berbeda dengan Serat Suluk Resi Driya pada detail-detailnya, meskipun secara garis besar sama. Hal itu dapat dimengerti, karena penyalin mempunyai kebebasan untuk menggubah suatu karya sastra yang menjadi sumber acuannya hipogram sesuai dengan selera penyalin beserta latar belakang budayanya. Selain penelitian-penelitian diatas, masih banyak penelitian yang mengkaji tentang intertekstualitas cerita wayang. Akan tetapi, permasalahan yang dikaji dari setiap penelitian berbeda-beda. Penelitian yang mengkaji tentang intertekstualitas cerita wayang gombal belum banyak dilakukan. Ceritanya yang menarik dan kekinian membuat cerita wayang gombal selalu up to date. Wayang gombal termasuk ke dalam ragam lakon wayang gubahan. Ceritanya berbeda dengan cerita wayang pada umumnya. Ceritanya dikemas sedemikian rupa, bahasanya pun menggunakan bahasa santai, bahasa yang kita pergunakan sehari-hari, bahkan juga menggunakan bahasa “gaul”. Dari sinilah peneliti tertarik untuk mencoba mengkaji tentang cerita wayang gombal.

2.2 Landasan Teori