mengisahkan tentang pengalaman hidup pengarang, melalui sifat tokoh yang seakan-akan mempunyai pikiran dan perasaan.
Dengan demikian istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh. Penokohan sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan
pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. Oleh karena itu, dalam kajian ini harus dapat menentukan unsur-unsur penokohan melalui teks cerita untuk dapat
mengungkap karakteristik tokoh.
2.2.1.3 Latar Setting
Latar disebut juga setting yaitu tempat atau waktu terjadinya cerita. Suatu cerita hakikatnya tidak lain ialah lukisan peristiwa atau kejadian yang menimpa
atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu di suatu tempat Suharianto 2002:22.
Abrams dalam Nurgiyantoro 2002:216 mengungkapkan latar atau setting disebut juga dengan landasan tumpu, yang menyaran pada pengertian tempat,
hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar atau landas tumpu setting cerita adalah lingkungan
tempat peristiwa terjadi. Cerita merupakan lukisan peristiwa yang dialami oleh satu atau beberapa
orang pada suatu waktu di suatu tempat dan dalam suasana tertentu. Waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita disebut latar atau setting.
Latar meliputi segala keterangan, petunjuk, pengcuan, yang berkaitan dengan
tempat, waktu, dan lingkungan terjadinya peristiwa dalam cerita Haryati 2007:27.
Ragam latar menurut Hudson dalam Haryati 2007:27 dibagi menjadi dua yakni latar fisik dan latar spiritual atas. Latar fisik, disebut juga dengan istilah
latar tempat, yaitu latar dalam wujud fisiknya, yaitu bangunan daerah dan sebagainya. Latar spiritual atas, yaitu nilai-nilai yang melingkupi dan dimiliki
oleh latar fisik. Menggambarkan keadaan masyarakat. Kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, dan lain-lain yang melatari peristiwa.
Unsur latar menurut Nurgiyantoro 2002:227-236 dapat dibedakan menjadi tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur yaitu:
1 Latar tempat, yaitu menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. 2
Latar waktu, yaitu latar yang berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang dicetakan dalam sebuah karya fiksi.
3 Latar sosial yaitu menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan pelaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Kegunaan latar bukan semata-mata sebagai petunjuk kapan dan dimana terjadinya, melainkan juga sebagai tempat pengambilan nilai-nilai yang ingin
diungkapkan pengarang melalui ceritanya tersebut Suharianto 2005:22. Sudjiman 1988-45-47 jika dalam cerita yang diutamakan tokoh atau
alurnya. Sering kali pelukisan latar sekedar melengkapi cerita. Dalam latar
semacam itu tidak dipentingkan kekhususan waktu dan tempat. Maka alur itu disebut dengan istilah alur netral. Dalam cerita dikenal pula istilah latar fisik yang
menimbulkan dugaan atau tautan pikiran tertentu ini disebut latar spiritual. Latar yang terperinci mencegah timbulnya tautan yang sterotip, yaitu mencegah
pembaca terlalu mudah dan terlalu cepat menautkan latar tertentu dengan konotasi tertentu. Latar memiliki fungsi, yaitu 1 memberikan informasi situasi ruang dan
tempat sebagaimana adanya, 2 sebagai proyek keadaan batin para tokoh, 3 latar menjadi metafor dari keadaan emosional dan spiritual tokoh. Namun tidak
selamanya latar itu serasi dengan peristiwa yang dilatarinya. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latar
dapat disebut landas tumpu, yaitu hal yang menyaran pada keadaan tempat, waktu dan lingkungan sosial untuk mendeteksi peristiwa- peristiwa dalam cerita.
2.2.1.4 Tema