Tata Cara Permohonan Banding

Kewenangan Pengadilan Tinggi Agama memeriksa dan mengadili perkara yang telah diputus oleh Pengadilan Agama tidak bersifat otomatis, pemeriksaan baru bisa dilaksanakan apabila salah satu pihak atau para pihak yang berperkara mengajukan permohonan banding, tanpa adanya permohonan banding Pengadilan Tinggi Agama tidak berwenang meminta Pengadilan Agama untuk memeriksakan perkara dalam tingkat bading, adanya permohonana banding membuka kewenangan pemeriksaan oleh Pengadilan Tinggi Agama.

A. Tata Cara Permohonan Banding

5 Berpedoman kepada ketentuan yang ditetapkan dalam UU No. 20 Tahun 1947 sebagaimana yang diatur dalam Pasal 7 sampai Pasal 15, menurut ketentuan Pasal 7 tata cara permohonan banding: 1 Tenggang waktu permohonan banding: a. 14 hari setelah putusan diucapkan, apabila waktu putusan diucapkan pihak pemohon banding hadir sendiri di persidangan b. 14 hari sejak putusan diberitahuakan, apabila pemohon banding tidak hadir pada saat putusan diucapkan di persidangna c. Jika perkara prodeo, terhitung 14 hari dari tanggal pemberitahuan putusan prodeo dari Pengadilan Tinggi kepada pemohon banding Pasal 7 ayat 3. 2 Pengajuan permohonan banding disampaikan kepada panitera pengadilan yang memutus perkara yang hendak dibanding. 3 Yang berhak mengajukan perrmohonan banding: a. Pihak yang berperkara in person, atau b. Kuasanya, dengan syarat terlebih dulu mendapat surat kuasa khusus untuk itu. 4 Bentuk permintaan banding, bisa dengna lisan atau pun dengan tulisan. 5 Pembayaran ongkos atau biaya banding, pembayaran biaya banding merupakan syarat formal permintaan banding. Biaya banding dibebankan kepada pemohon banding, bukan kepada pihak penggugat. 6 Kalau syarat formal dipenuhi yakni permohonan tidak melampaui tenggang 14 hari dan biaya banding telah dibayar, panitera: a. Meregistrasi permohonan, dan 5 M. Yahya Harahap, S.H. Kedudukan Kewenangan Dan Acara Peradilan Agama, Jakarta: Sinar Grafika, 2009. Hlm. 337. b. Sekaligus membuat akta banding, serta c. Melampirkan akta banding dalam berkas perkara sebagai akta atau bukti bagi pengadilan Tinggi tentang adanya permohonan baning, serta sebagai alat penguji apakah permohonana melampaui tenggang atau tidak. 7 Juru sita menyampaikan pemberitahuan permohonan banding kepada pihak lawan berperkara: bentuk pemberitahuan berupa akta relaas pemberitahuan banding, kemudian melampirkan relaas tersebut dalam berkas perkara. 8 Menyampaikan pemberitahuan inzage. Maksud inzage ialah kesempatan mempelajari berkas perkara, pemebritahuan inzage dilakukan oleh juru sita: a. selambat-lambatnya dalm tempo 14 hari dari tanggal permohonan banding, dan b. pemberitahuan inzzage disamapaikan kepada kedua belah pihak yang berperkara: A. tenggang waktu mempergunaakan hak inzage hanya 14 hari terhitung dari tanggal pemberitahuan inzage, dan B. hak memepergunaakan inzage: a. Bukan syarat formal permohonan banding, b. Boleh dipergunkana atau boleh tidak dipergunakan pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, pengiriman berkas ke Pengadilan Tinggi tidak boleh ditangguhkan atas alasan para pihak belum melakukan inzage. Asal sudah lewat tenggang inzage, tidak ada keharusan bagi panitera untuk melayaninya. 9 Penyampaian Memori dan Kontra Memori Banding. Penyampaian memori banding adalah hak bukan kewajiban hukum bagi pemohon banding. Tanpa memori banding permohonana banding tetap sah, hal ini sesuai dengna karakter pemeriksaan banding adalah pemeriksaan ulang perkara secara keseluruhan. Seperti yang telah ditegaskan, misalnya dalm putusan Mahkamah Agung tanggal 14 Agustus 1957 No. 143 KSip1956, menurut tafsiran yang lazim hakim banding tidak diharuskan untuk meninjau segala-galanya yang tercantum dalam memori banding. a. Tenggang waktu mengajukan memori banding tidak terbatas, b. harus memberitahu dengan relaas memori banding kepada pihak lawan c. harus memberitahu dengan relaas adanya kontra memori banding kepada pemohon banding, d. semua memori, kontra memori, dan relaas pemberitahuan dilampirkan disatukan dalam berkas perkara. 10 Satu bulan sejak dari tanggal permohonan banding berkas perkara harus sudah dikirim ke Pengadilan Tinggi. Ketentuan ini siatur dalam pasal 11 ayat 2 UU No. 20 Tahun 1947. Ketentuan ini bersifat imperatif dalam arti perintah, karena dalam pasal terdapat kata-kata: “harus dikirim kepada panitera Pengadilam Tinggi selambat-lambatnya satu bulan setelah menerima permintaan banding”.

B. Pemeriksaan Tingkat Banding