Peradilan Agama. Panggilan ke dua kali dalam perkara verstek merupakan panggilan toleransi. Sebagai penutup, bahwa sebagaimana Surat Edaran
Mahkamah Agung RI Nomor 9 Tahun 1964 tersebut, “hari ini ” dapat berarti tidak saja hari sidang ke–1 akan tetapi juga hari sidang ke-2 dan sebagainya.
3
B. Pengertian Upaya Hukum Banding
4
Upaya hukum merupakan upaya setiap orang yang merasa dirugikan hak atau kepentingannya untuk memperoleh keadilan dan perlindungan atau kepastian
hukum dengan cara-cara yang telah ditetapkan oleh undang-undang. Upaya hukum bagi pihak yang merasa haknya dirugikan orang lain atau untuk suatu
kepentingan hukum dilakukan dengan mengajukan perkara ke pengadilan. Di samping itu ada lagi upaya hukum yang dilakukan ketika suatu sengketa
sedang berada dalam proses di pengadilan, upaya hukum tersebut bisa berupa berbentuk melawan suatu gugatan seperti mengajukan eksepsi, rekonvesi, upaya
hukum melawan sita, upaya hukum melawan eksekusi, upaya hukum untuk melawan proses atau intervensi voeging, tunssenkomst, dan vrijwaring, dan
termasuk upaya hukum pembuktian dengan menghadirkan saksi, surat, persangkaan, pengakuan, sumpah, dan lain-lain bukti yang sah.
Upaya hukum, bisa juga dilakukan untuk melawan suatu putusan yang sudah dihasilkan oleh pengadilan pada tingkat tertentu, seperti upaya verzet terhadap
putusan verstek, upaya banding, dan upaya kasasi yang merupakan upaya hukum biasa terhadap putusan yang belum memiliki kekuatan hukum tetap in kracht,
mengajukan peninjauan kembali request civil dan derden verzet sebagai upaya hukum luar biasa dari pihak ketiga terhadap putusan yang sudah memiliki
kekuatan hukum tetap. Upaya hukum untuk melawan suatu putusan merupakan “hak” bagi mereka
yang menjadi pihak dalam perkara, setiap oran gyang menjadi pihak dalam suatu
3 M. Fauzan. Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan
Mahkamah Syar’iyah Di Indonesia 4 Aris Bintania.
Hukum Acara Peradilan Agama: Dalam Kerangka Fiqh al- Qadha, Jakarta: Rajawali Pers, 2012. Hlm. 165.
perkara baik dalam perkara gugat permohonan volunter ataupun contentiosa tuntutan sama-sama berhak mengajukan upaya hukum, baik upaya hukum biasa
maupun upaya hukum luar biasa. Upaya hukum biasa yang pertama terhadap putusan atau penetapan
Pengadilan Agama adalah upaya banding, yaitu permintaan atua permohonan salah satu pihak yang berperkara agar penetapan atau putusan yang dihjatuhkan
Pengadilan Agama diperiksa ulang dalam pemeriksaan tingkat banding oleh Pengadilan Tinggi Agama. Apabila salah satu atau kedua belah pihak dalam suatu
perkara tidak menerima putusan pengadilan tingkat pertama karena merasa haknya terganggu dengan adanya putusan itu atau menganggap putusan tersebut
tidak benar dan belum adil, maka ia dapat mengajukan banding. Upaya hukum banding adalah hukum agar perkara yang telah diputuskan oleh pengadilan tingkat
pertama diperiksa ulang oleh pengadilan yang lebih tinggi karena pihak yang mengajukan belum puas dan tidak menerima keputusan pengadilan tingkat
pertama. Berdasarkan Pasal 61 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989, atas penetapan
dan putusan pengadilan agama dapat dimintakan banding oleh pihak yang berperkara kecuali apabila undang-undang menetukan lain. Pengadilan Agama
dan Pengadilan Tinggi Agama merupaakn pengadilan judex factie yaitu pengadilan yang memeriksa duduknya perkara, sehingga Pengadilan Tinggi
Agama sebagai pengadilan tingkat banding merupakan pengadilan ulangan yang memeriksa ulang perkara yang sudah diputus di tingkat pertama. Kata peradilan
ulangan menunjukan diulanginya semua segi pemeriksaan baik mengenai duduk perkara maupun mengenai penerapan hukumnay. Dalam peristilahan perundang-
undangan pemeriksaan banding atau ulangan sering juga disebut pemeriksaan tingkat terakhir, yaitu pemeriksaan oleh pengadilan judec factie yang terakhir.
Segala fakta yang sudah ditetapkan oleh Pengadilan Banding akan tetapa dianggap benar untuk seterusnya dan sudah tidak bisa diubah lagi.
Kewenangan Pengadilan Tinggi Agama memeriksa dan mengadili perkara yang telah diputus oleh Pengadilan Agama tidak bersifat otomatis, pemeriksaan
baru bisa dilaksanakan apabila salah satu pihak atau para pihak yang berperkara mengajukan permohonan banding, tanpa adanya permohonan banding Pengadilan
Tinggi Agama tidak berwenang meminta Pengadilan Agama untuk memeriksakan perkara dalam tingkat bading, adanya permohonana banding membuka
kewenangan pemeriksaan oleh Pengadilan Tinggi Agama.
A. Tata Cara Permohonan Banding