Pemeriksaan Tingkat Banding Faktor Pemabatalan Putusan Pengadilan Agama

d. semua memori, kontra memori, dan relaas pemberitahuan dilampirkan disatukan dalam berkas perkara. 10 Satu bulan sejak dari tanggal permohonan banding berkas perkara harus sudah dikirim ke Pengadilan Tinggi. Ketentuan ini siatur dalam pasal 11 ayat 2 UU No. 20 Tahun 1947. Ketentuan ini bersifat imperatif dalam arti perintah, karena dalam pasal terdapat kata-kata: “harus dikirim kepada panitera Pengadilam Tinggi selambat-lambatnya satu bulan setelah menerima permintaan banding”.

B. Pemeriksaan Tingkat Banding

6 Secara garis besar, pemeriksaan tingkat banding dengan pemeriksaan tingkat pertama terdapat perbedaan, perbedaan pertama terletak pada tata cara pemeriksaan. Proses pemeriksaaan perkara pada peradilan tingkat pertama bersifat “hubungan langsung” atau levend contact life contact antara hakim dengan pihak-pihak yang berperkara dan saksi-saksi. Lain halnya dengan tingkat banding, sesuai degnan ketentuan Pasal II Lembaran Negara No. 36 Tahun 1955, pemeriksaan perkara: 1 Dilakukan berdasarkan berkas perkara. Pada prinsipnya pemeriksaan perkara pada tingkat banding tidak bersifat hubungna langsung antara hakim dengan para pihak dan saksi-saksi, dilakukan melalui berita acara pemeriksaan pengadilan tingkat pertama. Itu sebabnya dikatakan, pemeriksaan persidangan tingkat banding “berdasar berkas perkara”. 2 Apabila dianggap perlu dapat melakukan “pemeriksaan tambahan”. Apabila Pengadilan Tinggi berpendapat ada hal-hal yang memerlukan kejelasan atau unutk menambah kesempurnaan pembuktian, pemeriksaan setempat, pemeriksaan saksi ahli, dan sebagainya, Pengadilan Tinggi dapat memerintahkan pemeriksaan tambahan melalui proses: a. Pemeriksaan tambahan berdasarkan putusan sela b. Pemeriksaan tambahan dapat dilaksanakan sendiri oleh pengadilan tinggi c. Pelaksanaan pemeriksaan tamabhan diperintahakan kepada pengadilan yang memeriksa dan memutus pada tingkat pertama 6 Ibid., hlm. 339. 3 Pemeriksaan Tingkat Banding Dilakukan Dengan Majelis. Demikian penegasan yang disebut dalam Pasal II ayat 1 Lembar Negara No. 36 Tahun 1955. Ketentuan ini kemudian dipertegas lagi dalam Pasal 15 UU No. 14 Tahun 1970.

C. Faktor Pemabatalan Putusan Pengadilan Agama

Berdasarkan keterangan dan penjelasan dari bagian-bagian pertimbangan konsideran putusan banding di atas, dapat diidentifikasikan bahwa ternyata faktor yang menjadi alasan bagi Pengadilan Tinggi Agama antara lain adalah karena hakim tingkat pertama sering terjadi kesalahan dalam menerapkan hukum dan kurangnya penguasaan hakim tingkat pertama mengenai Hukum Acara. Ada pun beberapa faktor kelemahan putusan Pengadilan Agama, di antaranya: 7 1 Faktor kelemahan gugatan a. Gugatan kabur obscuur libel b. Gugatan premature c. Putusan melebihi tuntutan d. Gugatan salah mengenai orang error in persona 2 Faktor kelemahan pemeriksaan dan acara. 3 Faktor kelemahan putusan karena format putusan hakim pertama tidak benar dan kurang sempurna. 4 Faktor para pihak rukun kembali a. Dalam perkara cerai talak ada indikasi harapan rumak tangga tetap utuh karena antara pemohon dan termohon tetap melakukan hubungan mesra. b. Dalam perkara cerai gugat kedua pihak ternyata telah hidup rukun kembali seperti dinyatakan keduanya dalam sidang Pengadilan Tinggi Agama. Dasar-dasar pertimbangan hukum yang dijadikan alasan oleh Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama dalam membatalkan putusan-putusan Pengadilan Agama menyebut dan menunjuk serta menyoroti sisi kekurangan dan kelemahan yan gterjadi terhadap format dan isi putusan, tuntutan asal konvensi, persyaratan formal, aturan acara, pertimbangan hukum dan penerapannya. 8 7 Ibid., hlm. 196. 8 Aris Bintania. Hukum Acara Peradilan Agama: Dalam Kerangka Fiqh al- Qadha, Jakarta: Rajawali Pers, 2012. Hlm. 200.

C. Upaya Hukum Kasasi