Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
20 dengan demikian memberi harapan investasi terus berlanjut. Implikasi kebijakan
yang cukup kuat dari Model Lewis adalah : 1 Sektor industri harus di dorong khusus, mungkin merangsang ketertarikan
kapitalis asing yang ingin menginvestasikan modalnya karena adanya tingkat upah yang rendah. Sebagai alternative pemerintah dapat melakukan
intervensi untuk merangsang stimulate industri domestic yang pada awalnya dilindungi dari kompetisi import. Dengan kata lain, industri dapat
dimulai dengan industri substitusi impor import-substituting-
industrialization .
2 Tabungan yang tersedia untuk investasi bagi para pemodal capitalists, harus di dorong khusus. Rangsangan yang penting adalah menjamin suatu
tingkat keuntungan industri yang lebih tinggi dengan memastikan bahwa upah tentu saja tetap rendah, sampai pada akhirnya semua surplus tenaga
kerja dihabiskan. Pada garis besarnya hal ini dilakukan dengan perpajakan atau harga pangan yang murah dan mengalihaknnya ke industri.
3 Tingkat pertumbuhan populasi dan pertumbuhan angkatan kerja harus dikendalikan agar lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penyerapan tenaga
kerja employment yang diciptakan oleh perluasan industri. Jika tenaga kerja labor tumbuh lebih cepat dari penyerapan potensi nya ke dalam
industri, penentuan titik peningkatan upah atau pengurangan pengangguran tidak pernah dicapai.
Model Lewis dikritik karena berbagai kegagalan dalam pengalaman pembangunan di Negara berkembang. Kenyataannya upah industri terus
meningkat bahkan sebelum banyak surplus tenaga kerja pedesaan diserap. Sementara penciptaan lapangan kerja industri mengecewakan, tenaga kerja
migrasi dari pedesaan ke wilayah perkotaan terus berlanjut. Urbanisasi yang berlebihan ini telah mendorong suatu permasalah baru di Negara berkembang.
Suatu kritik yang lebih serius diarahkan pada model ini adalah implikasinya yang bias terhadap pertanian dan lebih menyokong industri. Kebijakan yang bias seperti
itu kelihatannya telah menekan pertumbuhan perekonomiana secara keseluruhan di banyak Negara berkembang. Model Lewis, juga mengabaikan kemungkinan
21 kemajuan teknologi dalam pertanian. Lewis tidak membayankan kesuksen yang
spektakuler seperti kesuksean Revolusi Hijau. Revolusi Hijau yang tak diduga di sekitar 1970an telah meningkatkan
produktivitas marjinal tenaga kerja pertanian seperti ditunjukkan pada Gambar-5. Peningkatan tingkat upah ini secara independent dari aktivitas industri. Teknologi
baru secara efektif mengurangi kendala lahan yang terbatas. Model Lewis telah mendorong suatu sikap yang pengabaian pertanian yang ramah benign. Bahkan
yang lebih buruk adalah mendorong kebijakan yang bias terhadap pertanian dengan mendorong perpajakan dari sektor ini dan terus mentransfer ke sektor
industri. Pelajaran baru dari revolusi hijau adalah bahwa pembangunan pertanian itu tidak bisa diabaikan. Keadaan pertanian yang tangguh nampaknya menjadi
suatu prasyarat penting untuk pembangunan industri.
Secara historis pertumbuhan industri menunjukkan bahwa setelah dua generasi dari pembangunan sektor ini belum secara signifikan menghabiskan
surplus tenaga kerja yang tersedia di Negara berkembang. Penduduk yang bermigrasi ke kota seperti disiratkan oleh model Lewis, tetapi tidak semua
tertampung pada pekerjaan industri di sana. Tingkat penyerapan tenaga kerja dalam aktivitas produksi lain tidak memadai bagi tenaga kerja yang dilepas dari
pertanian. Penyebab utamanya mungkin dari penggunaan metode teknologi yang hemat tenaga kerja labor saving karena berbagai alasan. Seperti pemerintah
Gambar 5. Model Lewis Dinamis Sumber : Kasliwal, 1995
22 yang bertujuan untuk mendorong industri, mereka sering melebih- lebihkan
insentif untuk investasi. Modal yang dibuat jadi murah artificially-cheapened telah merangsan perusahaan untuk menggunakan teknik padat modal yang
berlebihan. Lebih dari itu, industri tergantung pada teknologi import dari negara maju yang pada umumnya hemat tenaga kerja dan tidak sesuai bagi negara
berkembang dengan surplus tenaga kerja. Selain itu Model Lewis dianggap dapat memperburuk distribusi pendapatan
yang saat ini semakin dipandang sebagai suatu masalah serius untuk pembangunan di negara berkembang. Model Lewis mengasumsikan bahwa upah
industri akan dan perlu tetap sedikit lebih tinggi dibanding upah subsisten di pertanian. Perbedaan upah ini diperlukan untuk mengimbangi biaya hidup yang
lebih tinggi di perkotaan, terutama karena migrant kehilangan semua pekerjaan penyokong yang tersedia di pedesaan. Tetapi dalam kenyataan empiris,
kesenjangan upah telah bervariasi secara dramatis dari waktu ke waktu dan pada semua negara. Sepanjang tahun 1960an dan awal 1970an, upah industri
membumbung tinggi dalam hubungannya dengan upah pertanian pada sebagian besar negara berkembang, sehingga kesenjangan upah dilebarkan dengan baik
sebelum full employment dicapai.