Simulasi Kebijakan dan Dampaknya Terhadap Pasar Tenaga Kerja,

71 ini, terutama di dorong oleh pertumbuhan sektor industri pengolahan yang mengalami perkembangan pesat yakni tumbuh sekitar 15.22 persen pertahun. Gambaran ini menunjukkan bahwa, strategi industrialisasi di Indonesia yang diawali pada pertengahan tahun 1980-an, berhasil menciptakan ”loncatan” pertumbuhan sektor industri pengolahan di Sulawesi Selatan Periode krisis ekonomi 1998-2000, pada periode ini, walaupun perekonomian Sulawesi Selatan mengalami guncangan hebat, sehingga tumbuh lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi KTI, akan tetapi dibandingkan dengan perekonomian nasional, maka perekonomian Sulawesi Selatan memiliki resistensi yang lebih tinggi dibandingkan perekonomian nasional dari guncangan perekonomian global. Resistensinya perekonomian Sulawesi Selatan dari guncangan ekonomi global dibandingkan perekonomian nasional, terkait dengan corak perekonomian Sulawesi Selatan yang masih didominasi oleh sektor pertanian, dengan berbagai komoditi dari sektor ini terutama sub sektor perkebunan memiliki peningkatan daya saing dalam pasaran ekspor di era ini, sementara corak perekonomian nasional sudah bertransforma si ke dominasi sektor industri sejak tahun tahun 1991. Periode pasca krisis 2001-2004. Kinerja pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan pada periode ini juga memperlihatkan kinerja yang tidak buruk, karena kinerja pertumbuhan ekonominya melampaui kinerja pertumbuhan ekonomi nasional dan KTI yang masing- masing memiliki tingkat rata-rata pertumbuhan sebesar 4.55 persen pertahun untuk nasional dan 3.73 persen pertahun untuk wilayah KTI , sedangkan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan mencapai 4.91 dalam periode yang sama. Kinerja perekonomian Sulawesi Selatan, dilihat dari aspek kestabilan pertumbuhan--diukur berdasarkan standar deviasi pertumbuhan selama tahun 1986-2004 --, seperti terlihat pada Tabel 2, bahwa selama periode 1986-2004 pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan ternyata juga lebih stabil dibandingkan stabilitas pertumbuhan ekonomi nasional. Akan tetapi kurang stabil bila dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi di wilayah KTI. Gambaran ini ditunjukkan oleh nilai standar deviasi pertumbuhan ekonomi masing- masing