Tingkat Tutur Bahasa Jawa

17 Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi formal seperti pidato kenegaraan, rapat-rapat dinas, buku pelajaran dan lain sebagainya. Ragam usaha atau konsultatif adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak terlalu resmi atau formal dan tidak terlalu santai. Misalnya dalam pembicaraan di sekolah, rapat-rapat biasa atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil produksi. Ragam santai atau kausal adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi santai seperti pada pembicaraan antara kawan, keluarga pada waktu istirahat, berolahraga, berekreasi dan sebagainya. Ragam santai ditandai dengan adanya pemakaian bahasa yang sering tidak normatif, kosa katanya banyak dipengaruhi bahasa daerah dan unsur leksikal dialek. Ragam akrab atau intim adalah varaiasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab. Ragam akrab ditandai dengan penggunaan bahasa yang tidak lengkap, pendek, dan dengan artikulasi yang seringkali tidak jelas.

2.2.7 Tingkat Tutur Bahasa Jawa

Tingkat tutur merupakan sistem kode dalam suatu masyarakat tutur khususnya pada masyarakat tutur bilingual dan diglosik Rahardi, 2001: 52. Dalam sebuah bahasa terdapat cara-cara tertentu untuk menentukan perbedaan sikap hubungan penutur dan mitra tutur dalam bertutur. Sikap hubungan tersebut secara garis besar dibedakan sebagai bentuksikap hormat dan bentuk sikap tidak hormat atau biasa. Manakala seorang penutur ingin bersikap hormat pada mitra tuturnya, penutur tersebut akan menggunakan kode tutur yang menunjukkan sikap hormat. Demikian 18 pula jika seorang penutur merasa tidak perlu bersikap hormat pada mitra tuturnya, penutur tersebut tidak akan menggunakan kode tutur yang menunjukkan sikap hormat Tingkat tutur bahasa Jawa memiliki dua macam ragam pemakaian , yaitu ragam ngoko dan ragam krama. Hardyanto dan Utami, 2001:47. Ragam Ngoko terdiri dari ngoko lugu dan ngoko alus. Ragam krama terdiri dari krama lugu dan krama alus. ngoko lugu adalah ragam bahasa Jawa yang seluruhnya dibentuk dengan kosa kata ngoko. Digunakan oleh peserta tutur yang mempunyai hubungan akrab, dan tidak ada usaha untuk saling menghormati. Ngoko alus adalah pemakaian bahasa Jawa yang memiliki dasar ragam ngoko ditambah adanya penggunaan kosakata krama inggil. Digunakan oleh peserta tutur yang akrab dan ada usaha untuk saling menghormati. Ragam krama lugu adalah pemakaian bahasa Jawa yang seluruhnya menggunakan kosakata krama. Digunakan oleh peserta tutur yang belum akrab atau tidak akrab. Ragam krama alus adalah pemakaian bahasa Jawa yang memiliki dasar krama lugu ditambah adanya penggunaan kosakata krama inggil. Digunakan oleh peserta tutur yang memiliki hubungan kurang akrab dan terdapat usaha untuk saling menghormati. Sebuah kalimat diidentifikasikan sebagai ragam ngoko dan krama ditentukan oleh pilihan dan pemakaian leksikon di dalam kalimat itu secara tepat Sasangka, 1993:10. Artinya bahwa tujuan pilihan leksikon tersebut sesuai dengan peruntukannya, yaitu ada tidaknya usaha untuk menghormati lawan bicara atau orang ketiga. Leksikon ngoko digunakan pada kalimat ngoko, sedangkan leksikon krama 19 digunakan dalam kalimat krama. Bahasa Jawa memiliki tiga besar leksikon, yaitu leksikon ngoko, krama, dan krama inggil. Leksikon ngoko digunakan sebagai dasar pembentukan leksikon krama dan krama Inggil, meskipun demikian leksikon ngoko tidak selalu memiliki padanan pada leksikon krama dan krama inggil, bahkan ada beberapa leksikon ngoko yang tidak memiliki padanannya sama sekali. Leksikon ngoko yang demikian itu disebut sebagai leksikon netral. Penggunaan leksikon netral dapat dilakukan pada semua bentuk tingkat tutur, tanpa mengurangi nilai bentuk tingkat tuturnya. Berikut contoh leksikon dalam bahasa Jawa. No. Ngoko Krama Krama Inggil Bahasa Indonesia 1. abang abrit - merah 2. abot awrat - berat 3. adhi - rayi adik 4. akeh kathah - banyak 5. anggo angge agem pakai 6. arep ajeng kersa akan 7. ayu - - cantik 8. pelem - - mangga 9. sapu - - sapu

2.2.8 Pilihan Bahasa