EFEK MODEL SCIENTIFIC INQUIRY BERORIENTASI KOLABORATIF MENGGUNAKANMACROMEDIA FLASHDAN MOTIVASI TERHADAP PENGETAHUAN ILMIAH FISIKA SMA.

(1)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN SCIENTIFIC INQUIRY BERORIENTASI KOLABORATIF MENGGUNAKAN MEDIA MACROMEDIA FLASH

DAN MOTIVA SI TERHA DAP PENGETAHU AN ILMIAH FISIKA SMA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

FINE EIRENE SIAHAAN NIM : 8146175010

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Fine EireneSiahaan (NIM. 8146175010), Efek Model Scientific Inquiry

Berorientasi Kolaboratif menggunakanMacromedia Flashdan Motivasi Terhadap Pengetahuan Ilmiah Fisika SMA.Program PascasarjanaUniversitasNegeri Medan 2016.

Penelitian ini adalah sebuah studi tentang“efek model scientific inquiry

berorientasi kolaboratif menggunakan macromedia flashdan motivasi terhadap pengetahuan ilmiah fisika SMA”. Penelitian bertujuan untuk mengetahui interaksi antara model scientific inquiry berorientasi kolaboratif menggunakan

macromedia flash dan motivasi terhadap pengetahuan ilmiah fisika siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain two group pretest posttest. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 4 Pematangsiantar. Sampel untuk penelitian ini dilakukan secara Cluster Random Sampling yang dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen pengetahuan ilmiah fisika dalam bentuk essai sebanyak 5 soal dan instrumen motivasi bentuk angket sebanyak 20 soal yang telah dinyatakan valid dan reliabel. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pengetahuan ilmiah fisika siswa yang menerapkan model scientific inquiry berorientasi kolaboratif menggunakan macromedia flash lebih baik dari pada pengetahuan ilmiah fisika dengan model pembelajaran direct instruction. Pengetahuan ilmiah fisika siswa yang memiliki motivasi tinggi lebih baik dari pada pengetahuan ilmiah fisika siswa yang memiliki motivasi rendah. Model scientific inquiry berorientasi kolaboratif menggunakan macromedia flash dan model pembelajaran Direct Instruction dengan motivasi berinteraksi dalam mempengaruhi pengetahuan ilmiah fisika siswa.


(6)

ABSTRACT

Fine EireneSiahaan (NIM 8146175010), The Effect of Scientific Inquiry Based on Colloboration Model, Using Macro Media Flash, and Motivation Model to the Scientific Knowledge in SMA. Post Graduate School of The State University of Medan 2016.

This research was to investigate the effect of Scientific Inquiry Based on Colloboration Model Using Macromedia Flash and Motivation to the Scientific Knowledge in SMA. The aim of this study is to find out the interaction between the scientific Inquiry Based on Colloboration Using Macromedia Flash Model and motivation to the Scientific Knowledge on physics of students. It was a quasy experiment with a pretest and post design. It was a research which includes the whole population of grade XI science students in SMA Negeri 4 Pematangsiantar. Cluster random sampling technique wasused to get a group of sample which is assigned into an experimet group and a control group. A valid and reliable essay test containing 5 items and a valid and reliable motivation questionaire containing 20 questions are used as instruments in this research. The findings of this research indicate that the scientific knowledge on physics effected by the Scientific Inquiry Based on Colloboration Using Macroflashmedia Model is better than the effect of teaching by Direct Instruction. The scientific knowledge on physics of the students having higher motivation is better than the one of the students having lower motivation. The interaction between Scientific Inquiry Based on Colloboration Using Macroflashmedia and Direct Instruction Based with Motivation can significanly effect the scientific knowledge on physic of the students.


(7)

KATA PENGANTAR

Pertama penulis mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya tesis yang berjudul “Efek Model Scientific Inquiry Beorientasi Kolaboratif Menggunakan Media Macromedia Flash dan Motivasi terhadap Pengetahuan Ilmiah Fisika Siswa SMA dapat terselesaikan dengan segala keterbatasannya yang bertujuan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Fisika Sekolah Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya tesis ini berkat adanya bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh Karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih atas andil dan bantuan kepada berbagai pihak, terutama kepada :

1. Dr. Ridwan Sani, M.Si sebagai pembimbing I

2. Prof. Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si sebagai pembimbing II 3. Prof. Dr. Sahyar, M.S, M.M sebagai, sebagai narasumber I 4. Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si sebagai narasumber II

5. Dr. Karya Sinulingga, M.Si sebagai narasumber III 6. Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si sebagai notulen

7. Prof. Dr. Bornok Sinaga,M.Pd sebagai direktur Pascasarjana Unimed 8. Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Si sebagai Rektor Unimed

9. Dr. Rahmatsya, M.Si sebagai ketua prodi studi pendidikan fisika Pascasarjana Unimed

10.Bapak Rudol Barmen Manurung, M.PD Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Pematangsiantar

11.Ibu Bonaria Pamong dalam penelitian yang telah mengizinkan dan membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian di kelas beliau. 12.Teman Kompak di group A Pascasarjana 2014 Tionar M Malau,

Ismadi Sihombing, Fadillah, Arini yang telah sama-sama berjuang dan bekerja sama dalam mengolah data, serta teman-teman seperjuangan DIKFIS A yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.


(8)

Ucapan terimakasih yang teristimewa penulis ucapkan kepada kedua orang tua, Ayahanda bapak Dr. Sanggam Siahaan, M.Hum dan Ibunda Diana Lumbangaol yang tak pernah berhenti untuk memberikan dukungan baik spritual maupun materi, memberikan doa, memberikan kasih sayang dan membiayai penulis dalam studi Magister Pendidikan yang sekarang.

Akhirnya penulis menyadari bahwa selaku manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan ke-hilafan, begitu juga dalam penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Juli 2016 Penulis,

Fine Eirene Siahaan NIM. 8146175010


(9)

ii DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah...14

1.3. Batasan Masalah ... 15

1.4. Rumusan Masalah ... 15

1.5. Tujuan Penelitian ... 16

1.6. Manfaat Penelitian ... 17

1.7. Defenisi Operasional ... 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis ... 19

2.1.1. Hakikat Model Pembelajar ... 19

2.1.2. Model Pembelajaran Scientific Inquiry...20

2.1.3. Tahap Pembelajaran Scientific Inquiry...27

2.1.4. Model Pembelajaran Direct Instruction ... 30

2.1.5. Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran ... 32

2.1.5.1. Teori Belajar Piaget ... 33

2.1.5.2. Teori Belajar Bruner ... 34

2.1.5.3. Teori Belajar Vygotsky ... 34

2.2. Pembelajaran Berorientasi Kolaborasi ... 35

2.3. Macromedia Flash ... 45

2.4. MotivasiBelajar ... 46

2.4.1. Jenis-Jenis Motivasi ... 49


(10)

2.5. Pengetahuan Ilmiah pada Fisika ... 58

2.6. Penelitian yang Relevan………...….64

2.7. Kerangka Konseptual...66

2.7.1. Pengetahuan ilmiah pada fisika siswa SMA yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Scientific Inquiry berorientasi kolaboratif menggunakan media Macromedia Flash lebih baik dari model pembelajaran Direct Instruction...66

2.7.2. Pengetahuan ilmiah pada fisika siswa SMA yang memiliki tingkat motivasi diatas rata-rata lebihbaik dari kelompok siswa yang memiliki tingkat motivasi dibawah rata-rata...68

2.7.3. Interaksi Antara Model Pembelajaran Scientific Inquiry Berorientasi Kolaboratif Menggunakan Media Macromedia Flash Dan Model Direct Instruction Dengan Motivasi Terhadap Pengetahuan Imiah pada Fisika Siswa SMA...70

2.8. Hipotesis ... 72

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 74

3.2. Populasi dan Sampel ... 74

3.2.1. Populasi Sampel ... 74

3.2.2. Sampel Penelitian... 74

3.3. Variabel Penelitian... 75

3.3.1. Variabel Bebas ... 75

3.3.2. Variabel Moderator ... 75

3.3.3. VariabelTerikat ... 75

3.4. Jenis dan Desain Penelitian ... 75

3.4.1. Jenis Penelitian... 75

3.4.2. Desain Penelitian ... 75

3.5. Prosedur Penelitian ... 78

3.5.1. Tahap Persiapan ... 78

3.5.2. Tahap Persiapan ... 78

3.5.3. Tahap Analisis Data ... 79

3.6. Instrumen Penelitian ... 80


(11)

iv

3.6.2. Angket Motivasi ... 82

3.7. Teknik Analisis Tes ... 83

3.7.1. Validitas Isi ... 83

3.7.2. Validitas Butir Soal ... 83

3.7.3. Realibilitas Tes ... 86

3.8. Teknik Analisis Data ... 87

3.8.1. Analisis Secara Deskriptif ... 87

3.8.2. Analisis Secara Inferensi ... 87

3.8.2.1. Menghitung Nilai Rata-Rata danSimpangan Baku ... 87

3.8.2.2. Uji Normalitas ... 88

3.8.2.3. Uji Homogenitas ... 89

3.8.2.4. Perhitungan Anova 2x2... 90

3.9. Pengujian Hipotsis ... 92

BABIVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 95

4.1.1.Analisis Data Pretes ... 95

4.1.1.1.Uji Normalitas ... 96

4.1.1.2.Uji Homogenitas ... 97

4.1.1.3.Uji Kesamaan Rata-Rata Data Pretes ... 98

4.1.2. Hasil Instrumen Motivasi Belajar ... 98

4.1.3. Tahap perlakuan ... 100

4.1.4. Analisis Data Postes ... 101

4.1.4.1. Uji Normalitas ... 102

4.1.5. Deskripsi Pengetahuan Ilmiah Berdasarkan Motivasi Belajar Siswa ... 103

4.1.6. Pengujian Hipotesis ... 105

4.2. Pembahasan ... 109

4.2.1. Pengetahuan Ilmiah Fisika dengan Mode Pembelajaran Scientific Inquiry Berorientasi Kolaboratif Menggunakan Macromedia Flash Lebih Baik daripada Model Pembelajaran Direct Instruction ... 109


(12)

4.2.2. Pengetahuan Ilmiah Fisika Siswa yang Memiliki motivasi BelajarAwal diatas Rata-Rata lebbih baik dari pada Siswa yang Memiliki Motivasi

Belajar dibawah Rata-Rata ... 112

4.2.3. Interaksi antara Model Pembelajaran Scientific Inquiry Berorientasi Kolaboratif Menggunakan Macromedia Flash dan Motivasi Belajar dalam Mempengaruhi Pengetahuan Ilmiah ... 113

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 117

5.2. Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 119


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Scientific Inquiry... 22

Tabel 2.2 Tahap Scientific Inquiry ... 29

Tabel 2.3 Sintaks Model Direct Instruction ... 32

Tabel 2.4 Penelitian yang Relevan ... 64

Tabel 3.1 Kontrol Group Pretest – Postest Design ... 76

Tabel 3.2 Desain Penelitian (ANAVA 2x2) ... 76

Tabel 3.3 RublikTesPengetahuanIlmiah ... 81

Tabel 3.4 KategoriPenilaianInstrumen... 82

Tabel 3.5 Kisi-Kisi AngketMotivasiBelajarSiswa ... 82

Tabel 3.6 KategoriButirSoal ... 84

Tabel 3.7 Hubungan/ InteraksitiapSoal ... 85

Tabel 3.8 RingkasanAnovaDuaJalur ... 91

Tabel 4.1 Data PreteskelasKontroldanKelasEksperien ... 95

Tabel 4.2 UjiNormalitas Data Pretes ... 96

Tabel 4.3 UjiHomogenitasNilaiPretes ... 97

Tabel 4.4 UjiKesamaan Data PretesKelasEksdanKontrol ... 98

Tabel 4.5 Data MotivasiBelajarSiswaGabunganKelasEksdanKontrol ... 99

Tabel 4.6Data MotivasiBelajarSiswadiatas Rata-Rata dandibawah Rata-Rata padaKelasEksdanKontrol ... 99

Tabel 4.7 Data PostesKelasEksdanKelasKontrol ... 101

Tabel 4.8 UjiNormalitas Data PostesKelasKontroldanKelasEks... 102

Tabel 4.9 PengetahuanIlmiahBerdasarkanMotivasiBelajarSiswa ... 103

Tabel 4.10 PengetahuanIlmiahBerdasarkanMotivasiBelajarSiswadiatas Rata-Rata dandibawah Rata-Rata Masing-MasingKelas ... 104

Tabel 4.11 Hasilanava ... 105

Tabel 4.12 Data HasilPerhitunganAnavaDuaJalur ... 105


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Efek Model Scientific Inquiry ... 24

Gambar 2.2Skema Pemikiran Proses dan Hasil Pertumbuhan PI ... 64

Gambar 3.1.Bagan Alur Pelaksanaan Penelitian... 79

Gambar 4.1.Uji Normalitas Data Pretes ... 97

Gambar 4.2.Uji Normalitas Data Postes ... 93

Gambar 4.3.Pengetahuan Ilmiah pada S Kelas Eksperimen dan Kontrol……...…110

Gambar 4.3.Motivasi siswa diatas Rata-Rata dan dibawah Rata-Rata Kelas Eksperimen dan Kontrol…...…….110


(15)

viii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 124

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 01 ... 129

Lampiran 3 Bahan Ajar 01 ... 143

Lampiran 4 Lembar Kerja 01 ... 146

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 02 ... 150

Lampiran 6 Bahan Ajar 02 ... 163

Lampiran 7 Lembar Kerja 02 ... 169

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 03 ... 172

Lampiran 9 Bahan Ajar 03 ... 184

Lampiran 10 Lembar Kerja 03 ... 186

Lampiran 11 Lembar Validitas Tes Pengetahuan Ilmiah ... 189

Lampiran 12 Tes Pengetahuan Ilmiah (Pretes) ... 191

Lampiran 13 Tes Pengetahuan Ilmiah (Postes) ... 193

Lampiran 14 Rubrik Tes Pengetahuan Ilmiah…………..……..…….……...195

Lampiran 15 Tabel Kisi-Kisi Soal ... 196

Lampiran 16 Lembar Validitas Angket Motivasi Belajar ... 203

Lampiran 17 Angket Motivasi Belajar Siswa ... 205

Lampiran 18 Hasil Analisis Validitas Instrumen Tes Pengetahuan Ilmiah ... 208

Lampiran 19 Taraf Kesukaran ... 211

Lampiran 20 Daya Pembeda Soal ... 213

Lampiran 21 Data Pretes Kelas Kontrol dan Eks... 215

Lampiran 22 Data Postes Kelas Kontrol dan Eks ... 217

Lampiran 23 Distribusi Nilairtable Signifikan 5% dan 1% ... 221


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Mengingat kebhineka budaya, keragaman latar belakang dan karakterisrik siswa, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan motivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik, serta psikologi siswa (Rusman, 2012).

Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (dalam Rusman, 2012) tentang Standart Nasional Pendidikan, salah satu standart yang harus dikembangkan adalah standart proses. Standart proses adalah standart nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standart proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Repulblik Indonesia. Standart proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester. Standart proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pelaksanaan, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efesien.


(17)

2

Banyak hal yang sudah dilakukan pemerintah untuk memajukan sektor pendidikan. Terbukti dengan adanya (1) perubahan-perubahan kurikulum yang dilakukan untuk meningkatkan pendidikan yang ada. Mulai dari tahun 1947 hingga 2013 dilakukan pergantian kurikulum sebanyak 9 kali, dan saat ini dipakai yaitu kurikulum 2013 yang memiliki pendekatan saintifik dan balik lagi ke kurikulum KTSP karena kurikulum 2013 dianggap sangat rumit bagi siswa dan guru, (2) memberi pelatihan kepada guru-guru di Indonesia yang dikenal dengan sertifikasi atau pendidikan dan latihan profesional guru (PLPG), (3) melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam melakukan proses pembelajaran seperti: ruang belajar yang dibuat lebih layak, penyediaan buku-buku pelajaran, pemberian alat-alat laboratorium dan lainnya. Setelah sekian banyak perubahan yang dilakukan terhadap sistem pembelajaran begitu pun fasilitas pembelajaran dengan harapan bahwa pendidikan itu semakin baik, namun hasil yang diperoleh tetap kurang memuaskan (Lederman, dkk, 2013).

Usaha-usaha yang sudah banyak dilakukan oleh pemerintah untuk memajukan pendidikan di Indonesia ini ternyata hasil pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal dengan negara-negara lain khususnya pada pelajaran sains (IPA). Hal ini dapat didukung oleh data hasil The Trends in Internasional Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011 bahwa 42 negara yang

ikut mengambil bagian Indonesia berada pada posisi ke-40 dengan skor 406 (IEA, 2011). Begitu juga dengan hasil The Programme for Internnasional Student Assessment (PISA) yang dilaksanakan pada tahun 2009 menyatakan bahwa


(18)

3

yang mengikutinya. Bahkan pada tahun 2012 Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara yang mengikutinya. Inilah yang menunjukkan bahwa prestasi Indonesia sangat jauh dari apa yang telah diharapkan pemerintah (Kemdikbud, 2013).

Secara umumnya faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia itu antara lain masalah efektivitas, efesiensi dan standarisasi pengajaran. Dimana efektivitas, efesiensi dan standarisasi pembelajaran yang tidak dapat diseimbangi oleh guru-guru dalam proses pembelajaran membuat pembelajaran itu tidak mencapai hasil yang maksimal. Hal tersebut termasuk kedalam proses pembelajaran yang terkadang banyaknya guru-guru masih saja menggunakan teacher center yang dimana guru masih saja

sebagai sumber belajar. Sedangkan menurut teori belajar konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Dalam hal ini juga didukung oleh teori belajar menurut Piaget bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru.(Adeyemo, 2010), Kapasitas siswa untuk melibatkan diri secara berarti


(19)

4

dalam setiap tugas pendidikan yang memerlukan fungsi kognitif yang lebih tinggi tergantung padafaktor-faktor yang meliputi potensi akademik mereka. Hal ini dapat ditandai kemampuan atau tingkat pencapaian akademis.

Permasalahan diatas juga terjadi pada salah satu sekolah di SMA Negeri 4 Pematangsiantar. Tujuan mengadakan penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana siswa kelas XI SMA Negeri 4 Pematangsiantar dapat belajar dengan model pembelajaran Scientific Inquiry berorientasi kolaboratif menggunakan media Macromedia Flash untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan kemampuan

pemecahan masalah fisika.

Sesuai permasalah yang sudah dijelaskan sebelumnya, permasalahan yang terdapat di SMA Negeri 4 Pematangsiantar adalah dimana guru-guru disekolah ini

masih menggunakan teacher centered. Guru-guru masih menjadi sumber

pengetahuan sedangkan siswa hanya sebagai seorang yang masih menerima pengetahuan dari guru saja. Sedangkan harapan yang diinginkan didalam pendidikan khususnya pada fisika adalah pada saat kegiatan belajar harus aktif, dimana siswa harus melakukan sebagian besar pekerjaan mereka. Siswa harus menggunakan otak mereka untuk mempelajari gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang akan mereka pelajari.

Kenyataan dari harapan yang diinginkan tidak berlaku di SMA Negeri 4 Pematangsiantar. Malah sebaliknya siswa dipaksa untuk menimbun informasi yang telah diberikan, akibatnya siswa tidak mampu memberikan solusi terhadap suatu masalah karena konsep pengetahuan yang telah mereka pelajari kurang. Menurut (Adeyemo, 2010; Gok, 2010) menunjukkan bahwa kinerja yang buruk


(20)

5

dalam beberapa siswa terjadi karena menghindari mereka dalam matematika program terkait (misalnya Fisika) karena gagasan bahwa matematika kursus terkait adalah maskulin. Bagi siswa bahwa pelajaran fisika itu adalah suatu pelajaran yang tidak menyenangkan karena penuh dengan rumus-rumusan dan hanya banyak untuk dihapal. Menurut siswa bahwa satu rumus tidak dapat digunakan begitu saja walaupun mungkin soal yang ditanyakan akan kelihatan mirip, karena alasan demikian siswa akhirnya malas belajar fisika.

Melihat hal diatas, maka dalam pembelajaran fisika diharapkan dapat memberikan pembelajaran secara langsung untuk memahami fisika tersebut secara ilmiah. Salah satu cara untuk melibatkan langsung siswa tersebut dalam memahami fisika itu adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Scientific Inquiry. (Joyce, dkk

2009), menyatakan inti dari model pembelajaran Scientific Inquiry adalah

melibatkan siswa dalam penyelidikan masalah sebenarnya dengan menghadapkan mereka dalam penyelidikan, membantu mereka mengindentifikasi masalah metodologis atau konseptual dalam penyelidikan dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah tersebut.

Penelitian ini didukung oleh peneliti sebelumnya, dimana peneliti sebelumnya telah berhasil menggunakan model Scientific Inquiry. Menurut (Bao

Bao et all, 2013) Siswa dapat mengembangkan konsep-konsep baru tapi masih salah. Ini berarti bahwa instruktur perlu menyadari kemungkinan ini dan memberikan siswa kesempatan untuk mengekspresikan konsep-konsep baru. Menurut (Corlu, 2012), juga mengatakan bahwa Scientific Inquiry membantu


(21)

6

siswa mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan memungkinkan siswa untuk berpikir dan membangun pengetahuan mereka seperti ilmuan. Ini juga didukung oleh (Bao et all, 2013) yang mengatakan bahwa Scientific Inquiry

adalah studi mendalam dari sistem fisik sederhana dan interaksi mereka, siswa memperoleh pengalaman langsung dengan proses penyelidikan sains. Mulai dari pengamatan dan prediksi mereka sendiri, siswa mengembangkan konsep fisik dasar, penggunaan dan menginterpretasikan berbagai bentuk representasi ilmiah, dan membangun model jelas dengan kemampuan prediktif. Penekanan utama adalah pada menemukan melalui penyelidikan dipandu, dialog antara instruktur dan siswa individual, dan diskusi kelompok kecil. Pada waktu yang sama, siswa juga akan menghargai pengetahuan sebagai hasil dari proses penelitian yang melelahkan dan mungkin juga akan belajar keterbatasan dan keunggulan pengetahuan massa kini.

Hal yang sama diteliti oleh (Hussein dkk, 2011) menyatakan bahwa

Scientific Inquiry dapat meningkatkan cara berfikir untuk memecahkan suatu

masalah dalam pembelajaran siswa namun masih banyak kekeliruan yang dialami

siswa dalam proses pembelajarannya. Hakikat pendekatan BSCS (Biology

Sciences Curiculum Study) oleh Schwab tahun 1965 (dalam Joyce, dkk, 2009)

adalah yang mengajarkan siswa untuk memproses informasi dengan menggunakan teknik-teknik yang pernah digunakan oleh para peneliti ilmuwan biologi. Misalnya dengan mengindentifikasi masalah-masalah dan menggunakan metode tertentu untuk memecahkan masalah tersebut.


(22)

7

Penggunaan dan pemilihan model pembelajaran yang kurang pas dalam pembelajaran yang menjadi masalahnya, siswa juga kurang berinteraksi terhadap temannya. Dimana siswa tidak mau untuk belajar secara kelompok dengan temannya. Padahal yang diketahui dengan seorang siswa belajar dengan cara kerjasama kelompok dapat membantu siswa menjadi lebih mudah paham, belajar menjadi lebih asyik, dan menjadi lebih leluasa. Salah satu harapan yang diinginkan di pendidikan ini untuk mencerdaskan siswa, harus membantu siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri seperti ilmuwan, jadi perlu keterlibatan siswa dalam belajar sebagai upaya meningkatkan mutu belajar dengan berorientasi kolaboratif. Dimana peneliti sebelumnya juga mengatakan (SumarlidanMudarni, 2015), yang mengatakan bahwa pembelajaran berorientasi kolaboratif dapat menyediakan peluang untuk menuju pada kesuksesan praktek-praktek pembelajaran. Pembelajaran berorientasi kolaboratif melibatkan partisipasi aktif pada peserta didik dan meminimisasi perbedaan-perbedaan antara individu.

Hal ini didukung oleh (Djam‟an,2007) menawarkan suatu model pembelajaran sebagai solusi, yang ia sebutdengan pembelajaranberorientasi kolaboratif. Menurutnya, pembelajaran haruslah “melampaui batas dan melompat” melalui kolaborasi. Untuk mencapai target pembelajaran yang lebih tinggi, dan juga untuk memberi kesempatan bagi setiap siswa untuk belajar secara mendalam, terdapat satu kunci yang penting:siswa berlatih mengajukan pertanyaan pada teman, “Bagaimana saya bisa memecahkan masalah ini?”. Untuk dapat menciptakan keadaan yang membuat seorang siswa perlu bertanya kepada


(23)

8

siswa lainnya, tingkat materi pelajaran (masalah) yang diberikan haruslah lebih tinggi dari biasanya. Makin mudah masalahnya menjadikan makin jarang siswa yang bertanya kepada temannya. Untuk mereka yang berada pada kelompok bawah (kemampuan dibawah rata-rata kelas), jika mereka tidak dapat menyelesaikansoal/masalah yang dianggap mudah untuk kelompok atau siswa lain, mereka akan lebih cenderung untuk berusaha memecahkan masalah dan menghadapi kesulitannya tanpa bantuan orang lain. Kalau mereka gagal, maka mereka akan selalu tersisih dari yang lain, dan semakin tertinggal di belakang.

Pembelajaran kolaboratif menurut Djam‟an adalah pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelompok, namun tujuannya bukan untuk mencapai kesatuan yang didapat melalui kegiatan kelompok, namun, para siswa dalam kelompok didorong untuk menemukan beragam pendapat atau pemikiran yang dikeluarkan oleh tiap individu dalam kelompok. Pembelajaran tidak terjadi dalam kesatuan, namun pembelajaran merupakan hasil dari keragaman atau perbedaan (Djam‟an, 2007).

Melihat harapan diatas mengenai pembelajaran berorientasi kolaboratif yang belum dapat diterapkan oleh guru untuk siswa di SMA Negeri 4 Pematangsiantar sangat dianjurkan. Pembelajaran berorientasi kolaboratif dapat membantu antar siswa menjadi lebih aktif dan lebih kreatif. Pengertian pembelajaran kolaboratif (Widjajanti, 2008) yang demikian menekankan pentingnya interaksi social antar individu dalam kelompok untuk membangun pemahaman atau pengetahuan setiap anggota kelompok, senada dengan pendapat


(24)

9

Sato dalam hal pentingnya setiap individu dalam kelompok mengajukan pertanyaan kepada temannya.

Kurangnya fasilitas-fasilitas yang mendukung proses mengajar seperti media adalah menjadi salah satu masalah di SMA Negeri 4 Pematangsiantar. Menurut ( Fakhiriyah dkk,2010) mengatakan media berperan sebagai alat untuk menyampaikan materi dalam prosespembelajaran. Adanya media dapat menggambarkan dan menyajikan fenomena fisika yang menyerupai keadaan sebenarnya sehingga dapat membantu siswa memahamikonsep. Penggunaan teknologi yang berbasis komputer, diharapkan dapat menjadi salah satu inovatif dalam menyampaikan materi pembelajaran. Dengan adanya menggunakan media komputer sebagai penyajinya, materi pembelajaran fisika dapat disajikan secara lebih interaktif dan menarik. Pembelajaran fisika dapat dibuat menjadi menarik dan menyenangkan. Salah satu media pembelajaran yaitu penggunaan media

Macromedia Flash.

Menurut (Hardiyanto dkk, 2012), Macromedia Flash merupakan software

yang mampu menghasilkan presentasi, game, film, CD interaktif, maupun CD pembelajaran, serta untuk membuat situs web yang interaktif, menarik dan dinamis dan sangat cocok digunakan di pembelajaran fisika untuk memberikan pengalaman integral atau menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak.

Hal ini diperkuat oleh peneliti sebelumnya yaitu (Viajayano dkk, 2013)

yang mengatakan bahwa media Macromedia Flash layak untuk digunakan

sebagai media pembelajaran. Dimana media ini termasuk kriteria baik untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dan hasilnya nilai siswa memberikan


(25)

10

rata-rata penilaian 83,62 %. Menurut (Aji dkk, 2013), penggunaan media

Macromedia Flash merupakan salah satu media memanfaatkan perkembangan

teknologi dan terbukti mampu meningkatkan prestasi belajar fisika siswa.

Berdasarkan pemikiran diatas, diharapkan dengan penggunaan media

pembelajaran Macromedia Flash dapat meransang dan memberikan peluang pada

siswa untuk berkonsentrasi lagi dalam belajar fisika. Sebab kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi penting pada saat belajar. Dengan berkonsentrasi, siswa tidak mudah mengalihkan perhatian pada masalah lain diluar yang dipelajarinya.

Berdasarkan hasil penelitian di SMA Negeri 4 Pematangsiantar peneliti menemukan adanya problematika mengenai konsentrasi belajar siswa dalam belajar fisika. Dari pernyataan beberapa guru fisika di SMA Negeri 4 Pematangsiantar, saat pembelajaran fisika berlangsung masih ada siswa yang tidak memperhatikan dengan baik dan mendengarkan penjelasan guru. Hal ini dikarenakan siswa ribut, ada yang menggambar di buku, ada yang melihat keluar masuk belakang. Ini sangat berpengaruh kepada siswa lain yang ingin belajar fisika menjadi terganggu konsentrasinya. Ditambah lagi dari pernyataan siswa di SMA Negeri 4 Pematangsiantar, dimana penyajian mata pelajaran disekolah tersebut monoton dan kurang variasi dalam penggunaan media pembelajaran, sehingga kurang menarik siswa. Oleh karena itu perlu adanya penyajian materi yang diharapkan dapat menarik perhatian siswa sehingga dapat berkonsentrasi terhadap pelajarannya, salah satu penyajian fisika dengan media pembelajaran


(26)

11

Berdasarkan penjelasan sebelumnya pembelajaran menggunakan model pembelajaran Scientific Inquiry berorientasi kolaboratifakan sangat memberi

motivasi tersendiri bagi setiap siswa dan pengetahuan ilmiah pada fisika sangat tinggi. Motivasi merupakan salah satu faktor yang diduga besar pengaruhnya terhadap hasil belajar maupun pengetahuan ilmiah pada fisika. Siswa yang motivasinya tinggi diduga akan memperoleh hasil belaljar yang baik. Pentingnya motivasi belajar siswa terbentuk antara lain agar terjadi perubahan belajar kearah yang lebih positif. Menurut peneliti sebelumnya (Tella: 2007) menyatakan siswa yang memiliki motivasi tinggi dan rendah akan memiliki prestasi belajar yang berbeda pula. Siswa yang dimotivasi cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih baik.

Kenyataannya permasalah yang terjadi di SMA Negeri 4 Pematangsiantar, sesuai hasil penelitian sebelum bahwa siswa disana motivasi untuk belajar fisika sangat rendah sekali. Ini dilihat dari hasil lembar observasi yang diberikan pada siswa.Kondisi motivasi yang sangat rendah yang dialamiolehsiswa SMA Negeri 4 inilah yang membuat hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran fisika sangat rendah.Hal ini harus ditingkatkan olehpara guru. Menurut(Dev 1997) menyatakan bahwa kurangnya keterlibatan siswa dalam belajar karena kurangnya motivasi di dalam diri siswa, motivasi harus dimiliki siswa karena motivasi merupakan kebutuhan, keinginan dan paksaan untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Hal yang sama juga disimpulkan (Peklaj, 2010) menyatakan bahwa motivasi intrinsik berhubungan positif dengan prestasi belajar siswa.


(27)

12

Pembelajaran fisika berkaitan dengan konsep, prinsip, hokum dan teori yang berkaitan dengan alam. Konsep, prinsip, hokum dan teori merupakan pengetahuan ilmiah (Scientific Knowledge) yang tidaklah terbentuk dengan

sendirinya. Diperlukan berbagai langkah dalam membentuk suatu pengetahuan ilmiah yaitu melalui metode ilmiah (Scientific Method). Menurut (Liang, dkk:

2001), menyatakanbahwa“ Scientific knowledge is constructed and developed in a variety of ways including observation, speculation, library investigation and

experimentation”. Pengetahuan ilmiah dibangun melalui serangkaian pengamatan

dan percobaan. Percobaan yang dilakukan tentunya didasarkan pada metode ilmiah.Kegiatan tersebut juga berkaitan dengan pengetahuan ilmiah. MenurutNational Teachers Association (NSTA: 2000), Scientific Knowledge

(pengetahuan ilmiah) dan scientific method (metode ilmiah) perlu diketahui oleh

siswa dalam memahami nature of science. Nature of science (NOS) merupakan

karakteristik atau sifat alamiah dari sains yang terdiri dari pengetahuan ilmiah dan metode ilmiah. Dengan demikian, NOS perlu diketahui oleh setiap siswa, sehingga keberadaan sains dapat di sadari secara nyata dalam kehiduapan sehari-hari.

Permasalahan ini terjadi di SMA Negeri 4 Pematangsiantar adalah pengetahuanilmiah pada fisika yang sangat rendah. Ini dapat dilihat dari siswa menyelesaikan permasalahan baik soal cerita maupun menyusun konsep pengetahuan dari permasalahan-permasalahan yang dijelaskan oleh guru. Hal ini sangat memprihatinkan keadaan siswa SMA Negeri 4 Pematangsiantar. Banyaknya materi pada pelajaran fisika yang dapat menunjang siswa agar dapat


(28)

13

memberi argumentasi melalui pengetahuan ilmiah pada fisika, salah satu contoh materi pada kelas XI pada pelajaran fisika adalah: “Gerak dengan Analisis vektor, Dinamika II, Usaha dan Energi, Momentum dan Implus, Benda Tegar, Fluida, Gas Ideal, dan Hukum-Hukum Termodinamika”.

Permasalahan ini terjadi dikarenakan dalam satu jam mengajar guru telah menargetkan beberapa bab atau berapa bagian bahan akan diselesaikan dalam jam pelajaran itu. Akibatnya guru tersebut akan terpaku pada bahan, dan apabila dilihat dari waktunya hampir habis, ia akan menerangkan dengan cepat agar target yang telah ditetapkan tercapai, tanpa memperhatikan apakah siswanya dapat memahami pelajaran tersebut atau tidak. Pengajaran yang dilakukan salah satu guru di SMA Negeri 4 inilah termasuk dalam teacher centerd, dimana guru

sebagai satu-satunya sumber belajar bagi siswa dan belum adanya inisiatif guru dalam menggunakan model-model pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif, dan menerapkan siswa untuk membentuk konsep pengetahuan mereka sendiri melalui suatu masalah-masalah yang diberikan. Hal inilah yang mengakibatkan kemampuan siswa-siswa di SMA Negeri 4 Pematangsiantar tidak terbiasa dalampengetahuanilmiah tingkat tinggi di pelajaran fisika berlangsung, sehingga nilai rata-rata siswa terdapat 60% siswa tidak lulus KKM dan harus diremedial.

Menurut (Raymond C.,R,dkk: 2009) juga menyatakan bahwa memberikan pengetahuan ilmiah kepada siswa, memungkinkan siswa itu menjadi lebih analitis di dalam mengambil keputusan di dalam hidupnya. Dengan perkataan lain, bila siswa diberi pengetahuan ilmiah, maka siswa itu akan mampu menyatuhkan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya dengan pengetahuan yang baru.


(29)

14

Sehingga siswa itu telah menjadi terampil tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi, danmenyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Scientific Inquiry yang dipengaruhi

oleh motivasi. Oleh karena itu judul dalam penelitian ini adalah “Efek Model

Scientific InquiryBeorientasiKolaboratif Menggunakan MediaMacromedia FlashdanMotivasiterhadapPengetahuanIlmiah Fisika Siswa SMA”.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang, adapun masalah yang didapat diidentifikasi adalah:

1. Rendahnya mutu kualitas pendidikan di Indonesia.

2. Efektivitas, efesien dan standarisasi pengajaran yang tidak dapat diseimbangi oleh guru.

3. Model pembelajaran masih berorientasi pada satu arah saja yang lebih banyak didominasikan oleh guru sedangkan siswa pasif..

4. Kurangnya persediaan fasilitas-fasilitas yang mendukung proses mengajar danmemudahkan proses belajar siswa lebih menarik, seperti menggunakan media macromedia flash.

5. Rendahnyamotivasipadasiswa.

6. Kegiatan pembelajar yang kurang aktif, dimana peserta didik tidak melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan oleh mereka.


(30)

15

7. Bagi siswa bahwa pelajaran fisika itu adalah suatu pelajaran yang tidak menyenangkan karena penuh dengan rumus-rumusan dan hanya banyak untuk dihapal.

8. Kurangnya pengetahuan ilmiah pada siswa SMA.

9. Guru masih mengajar dengan tidak sesuai dan sangat cepat agar materi yang dipelajari semua telaksanakan.

1.3. Batasan Masalah

Dari luasnya ruang lingkup identifikasi masalah yang ada, maka penelitian ini hanya dibatasi pada:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran

Scientific Inquiry berorientasi kolaboratif dan model pembelajaranDirect Instruction.

2. Selama kegitan pembelajaran, peneliti membatasi padamotivasi dan pengetahuan ilmiah pada fisika SMA.

3. Untuk menunjang proses pembelajaran digunakan media Macromedia Flash.

4. Penelitian ini digunakan terhadap materi fluida statis.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka masalah pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:


(31)

16

1. Apakah pengetahuan ilmiah pada fisika siswa SMA yang dibelajarkan

dengan menggunakan model pembelajaran Scientific Inquiry

berorientasi kolaboratif menggunakan media Macromedia Flash lebih

baik dari model pembelajaran Direct Instruction?

2. Apakah pengetahuan ilmiah pada fisika siswa SMA yang memiliki tingkat motivasi diatas rata-rata lebih baik dari kelompok siswa yang memiliki tingkat motivasi dibawah rata-rata?

3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran Scientific Inquiry

berorientasi kolaboratif menggunakan media Macromedia Flashdan

model Direct Instruction dengan motivasi terhadap pengetahuan ilmiah

pada fisika siswa SMA?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam peneliitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah pengetahuan ilmiah pada fisika siswa SMA yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaranScientific Inquiry berorientasi kolaboratif menggunakan media Macromedia Flash

lebih baik dari model pembelajaranDirect Instruction.

2. Untuk mengetahui apakah pengetahuan ilmiah pada fisika siswa SMA yang memiliki tingkat motivasi diatas rata-rata lebih baik dari kelompok siswa yang memiliki tingkat motivasi dibawah rata-rata.

3. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran


(32)

17

Macromedia Flashdan model Direct Instruction dengan motivasi terhadap

pengetahuan ilmiah pada fisika siswa SMA.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Penelitian

Sebagai informasi mengenai efek model pembelajaran Scientific Inquiry

Berorientasi Kolaboratif Menggunakan Macromedia Flash Terhadap

Motivasi dan pengetahuan ilmiah pada Fisika SMA dalam proses pembelajaran fisika dan sebagai penambahan wawasan bagi peneliti dan bekal mengajar dimasa yang akan datang.

2. Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan bagi guru-guru fisika dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran Scientific Inquiry Berorientasi Kolaboratif

Menggunakan Macromedia Flash Terhadap Motivasi dan pengetahuan

ilmiah pada Fisika SMA. 3. Bagi Siswa

Untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa, siswa lebih diberikan tanggung jawab dalam memperoleh ilmu pengetahuan itu sendiri.

4. Bagi Sekolah

Sebagai kontribusi dalam meningkatkan kinerja guru fisika yang ada di sekolah tersebut.


(33)

18

1.7. Defenisi Operasional

1. Model pembelajaran Scientific Inquiryberorientasikolaboratifadalah

melibatkan siswa dalam penyelidikan masalah sebenarnya dengan menghadapkan mereka dalam penyelidikan, membantu mereka mengindentifikasi masalah metodologis atau konseptual dalam penyelidikan dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah tersebut (Joyce & Weils, 2009).

2. Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan munculnya „feeling‟ dan didahului terhadap adanya

tujuan(Sardiman, 2006).

3. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas atau spesifik dengan menerapkan pendekata metodologis yang khas pula artinya metodologi yang telah mendapatkan kesepakatan diantara para ahli yang sejenis.

4. Macromedia Flashmerupakan salah satu program aplikasi yang

merupakan produk unggulan yang memiliki kemampuan untuk menggambar dan membuat gambar animasi yang sedang populer, terutama pada proses pembelajaran.

5. Model pengajaran langsung (Direct Intruction) adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajarsiswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah Arends (dalamTrianto, 2009).


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengetahuan ilmiah fisika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran

Scientific Inquiry berorientasi kolaboratif dengan macromedia flash lebih baik dibandingkan dengan pengetahuan ilmiah fisika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Direct Instruction. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat efek model pembelajaran Scientific Inquiry berorientasi kolaboratifdengan macromedia flash terhadap pengetahuan ilmiah fisika siswa.

2. Pengetahuan ilmiah fisika siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar tinggi lebih baik dibandingkan dengan pengetahuan ilmiah siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar rendah. Hasil tesebut menunjukkan bahwa terdapat efek motivasibelajar terhadap pengetahuan ilmiah fisika siswa.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Scientific Inquiry berorientasi kolaboratif dengan macromedia flash dan motivasi belajar dalam meningkatkan pengetahuan ilmiah fisika siswa. Motivasi belajar memberikan pengaruh signifikan terhadap pengetahuan ilmiah fisika pada kelas eksperimen. Sedangkan pada kelas kontrol motivasi belajar tidak memberikan pengaruh terhadap pengetahuan ilmiah fisika.


(35)

118

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas maka berikut ini diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Dalam menerapkan model Scientific Inquiry berorientasi kolaboratifdengan macromedia flashsebaiknya pendidik lebih mengutamakan penyesuaian permasalahan yang dipilih dalam pembelajaran terutama dalam lembar kerja siswa (LKS) agar pembelajaran lebih efektif dan efisien.

2. Dalam model Scientific Inquiry berorientasi kolaboratifdengan

macromedia flashsebaiknya pendidik membimbing siswa dalam

mengembangkan pengetahuan dan memecahkan solusi permasalahan serta membantu mengeksplorasi keterampilan yang dimiliki agar pengkonstruksian pengetahuan dapat lebih bermakna.

3. Pada akhir pembelajaran ada baiknya disampaikan tujuan pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya guna mengefektifkan waktu yang akan digunakan dalam proses pembelajaran agar siswa mempersiapkan diri sebelumnya.

4. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan penelitian model Scientific Inquiry berorientasi kolaboratif dengan macromedia flash, sebaiknya peneliti merancang variasi pembelajaran yang beragam. Disamping itu diharapkan dapat melakukan refleksi dan memberikan masukan dengan tujuan penyempurnaan pelaksanaan hasil penelitian ini.


(36)

119

Daftar Pustaka

Anderson, L., W., Krathwohl., D., R. 2010. Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesmen, Revisi Taksonomi pendidikan Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arends, Richard. 2008. Learning To Teach. New York: McGraw Hill Companies. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :

Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada. Aji, P. S; Suparman. 2013. Pengaruh Media Pembelajaran Menggunakan

Macromedia Flash 8 Pokok Bahasan Internet pada Mata Pelajaran TIK Terhadap Presentasi Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA N 6 Purwarejo.

Jurnal Pendidikan Teknik Informatik. Volume 1(1), 1-4

Bao Lei,. K. Yeounsoo,. R. Amy,. H. Jing,. K.Kathleen. 2013. Affective Factors in STEM Learning and Scientific Inquiry: Assessment of Congnitive and Anxiety. (Special Issue of Reserch on Education Assessment and Learning) Depertment of Physics The Ohio State University and Physisc& STEM Education University of Cincinnati. Volume 2 (1), 1-15 Brossard, D., Lewenstein, B. ,Bonney, R., 2005. Scientific Knowledge and Attitude Change:

The Impact of a Citizen Science Project. International Journal of Science Education. Volume 27 (9), 1-5.

ÇORLU, M. L., ÇORLU, M. S., 2012. Scientific Inquiry Based Professional Development Models in Teacher Education, Education Science: Theory & Practice. Edam Education Consultancy and Reserch Center. Volume 1(2), 514-521

Dimyati,.Mudjiono.BelajardanPembelajaran. Jakarta: RinekaCipta.

Dhaaka, A. 2012. Biologycal Science Inquiry Model and Biology Teaching. Bookman International Journal of Accounts, Economics &Business Management. Volume 1(2), 1-18

Djam’an Satori, (2007).ProfesiKeguruan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.


(37)

120

Djamarah., Syaiful , B. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta

Fakhriyah, W.A; Kusairi, S; Muhardjito. 2010. Pengembangan Media Pembelajaran IPA FisikaBerbasis Multimedia Flash CS5 Pokok Bahasan Optika Geometri Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII SMP N 1 Winogan. Jurusan Fisika, F-MIPA Universitas Malang, 1-11.

Gok, T. 2010. The General Assessment of Problem Solving Process and Metacognition in Physics Education. Eurasian Journal of Physics and Chemistry Education.Volume 2.(1), 1-13

Hardiyanto, W; Kurniawan, E. S; Nurhidayati. 2012. Pemanfaatan Media Pembelajaran Fisika Berbasis Macromedia Flash 8 Guna Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahsan Sifat Mekanik Bahan Kelas X Tkj 2 SMK Batik Perbaik Tahun Pelajran 2011/2012. Radiasi (Online). Volume 1 (1), 56-59

He, X., Zhang, J,. 2009. On the Growth of Scientific Knowledge: Yeast Biology as a Case Study. Open acces freely available online PlosComputatiom Biology Journal.pcbi.1000320, Volume 5(3), 1-12

Hussain, A., Azeem, M., Shakoor, A. 2011. Physics Teaching Methods: Scientific Inquiry Vs Traditional Lecture.International Journal of Humanities and Social Science, Volume 1, (19), 269-276.

Kanginan, M. 2013. FisikaUntuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Joyce, B., Weil, M., Calhoun, E. 2009. Models of Teachingeight Edition. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kompri.2015. Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa. Bandung. Remaja Rosdakarya

Lederman, N., Lederman, J., Antink, A., 2013. Nature of Science Inquiry as Contexts for The Learning of Science and Achievement of Scientific Literacy.International Journal of Education in Mathematics, Science and Technology. Volume 1. (3),13-147.

Maasaki (2012). Lesson Study, Dialog dan Kolaborasi. Jakarta: Kalangan Sendiri: Tidak Diterbitkan

Michael, J.A,. Modell, H,. I,. 2003. Active Learning in Secondary and Collage Science Classrooms ( A Working Model for Helping the Leaner to Learn). IEA Lawrence Erlbaum Associates, Publeshers Mahwah, New Jersey. London.


(38)

121

National Institutes of Health, National Institute of General Medical Science. 1996.

Doing Science: The Process of Scientific Inquiry. BSCS Center for Curiculum Development 5415 Mark Dabling Boulevar Colorado Springs, CO80918.(www.supplementatsupplements@science.education.nih.gov.c om, diakses tanggal 10 Oktober 2015, pukul 20.00)

Peklaj, Cirila, dan M. P. Levpusdek, (2009), “Student Motivation and Academic Success in Relation to The Quality Individual and Collaborative Work during a Course in Educational Psychology,”

Psychological Journal, New Delhi, inc. diaksespadatanggal 1 November2015.

Pooper, Karl, R. 1974.Conjecture and Refutations.The Growth of Scientific Knowledge Routledge and Kegan Paul. London

Prawijaya, S., 2014.Analisis PengaruhPenerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika. Thesis pascasarjana. Medan

Purwanto, B. 2007.FisikaDasarTeoridanImplementasinya 2A. Solo. TigaSerangkai.

Purwanto, B. & Azam, M. 2003. Panduan Laboratorium Statistika Inferensial. Jakarta: Gramedia

Raymond, C. M., Farey, I., Reed, M. S., Stringer, L. C., Robinson, G. M., Evely, A. C,. 2010. Integrating Local and Scientific Knowledge for Enviromental Management. Journal of Environmental Management. Volume 1 (9), 1-12

Rosyidi, B., R. 2010. Model Pembelajaran Scientific Inquiry (Penemuan Ilmiah). (htpp://bahrurrosyldlduralsy.wordpress.com/ diakses tanggal 20 Oktober 2015 pukul 12.00)

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran (menggembangkan Profesional Guru) edisi Kedua. Jakarta. Rajagrafindo Persada.

Sardiman AM. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Schoenfeld, A. H. 1985. “Heuristic in Classroom”. Problem Solving in


(39)

122

Slavin, R.E. 2003. Education Psychology Theory and Practice. Boston: Allyn & Bacon Pearson. (http://www.personhighered.com diakses pada 24 Oktober 2015 pukul 15.00).

Sudjana. 2000. Metode Statiska. Bandung: Tarsito.

Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning, Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta. Pustaka Belajar.

Tella, A. (2007). The Impact of Motivation on Students’ Academic Achievement and Learning Outcomes in Mathematics among Secondary School Students in Nigeria.Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education. Volume 3 (2),149-156.

TIMSS.2011. Internasional Result In Mathematics. Chestnust Hill: TIMSS dan PIRLS Internasional Study Centre, (Online), (http://timssandprils.bc.edu/timss2011/internasional-result-math, diakses 10 Okteber 2015)

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Uno, Hamzah B. 2011. TeoriMotivasidanPengukurannya. Jakarta: BumiAksara. Viajaya, E.R; Rudiyono, Y; Rahardjo, D. T. 2013.Pengembangan Media

Pembelajran Fisika Menggunakan Macromedia Flash Pro 8 Pada Pokok Bahasan Suhu dan Kalor. Jurnal Pendidikan Fisika. Volume 1.(1), 1-12. Widisuseno, I. 2005. The Theory of Scientific Knowledge Growth According to

Karl R. Popper’s Critical Rationalism. Journal of Social and Cultural Dynamics.Volume 7.(2), 1-10.


(1)

117 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengetahuan ilmiah fisika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Scientific Inquiry berorientasi kolaboratif dengan macromedia flash lebih baik dibandingkan dengan pengetahuan ilmiah fisika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Direct Instruction. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat efek model pembelajaran Scientific Inquiry berorientasi kolaboratifdengan macromedia flash terhadap pengetahuan ilmiah fisika siswa.

2. Pengetahuan ilmiah fisika siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar tinggi lebih baik dibandingkan dengan pengetahuan ilmiah siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar rendah. Hasil tesebut menunjukkan bahwa terdapat efek motivasibelajar terhadap pengetahuan ilmiah fisika siswa.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Scientific Inquiry berorientasi kolaboratif dengan macromedia flash dan motivasi belajar dalam meningkatkan pengetahuan ilmiah fisika siswa. Motivasi belajar memberikan pengaruh signifikan terhadap pengetahuan ilmiah fisika pada kelas eksperimen. Sedangkan pada kelas kontrol motivasi belajar tidak memberikan pengaruh terhadap pengetahuan ilmiah fisika.


(2)

118

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas maka berikut ini diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Dalam menerapkan model Scientific Inquiry berorientasi kolaboratifdengan macromedia flashsebaiknya pendidik lebih mengutamakan penyesuaian permasalahan yang dipilih dalam pembelajaran terutama dalam lembar kerja siswa (LKS) agar pembelajaran lebih efektif dan efisien.

2. Dalam model Scientific Inquiry berorientasi kolaboratifdengan macromedia flashsebaiknya pendidik membimbing siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan memecahkan solusi permasalahan serta membantu mengeksplorasi keterampilan yang dimiliki agar pengkonstruksian pengetahuan dapat lebih bermakna.

3. Pada akhir pembelajaran ada baiknya disampaikan tujuan pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya guna mengefektifkan waktu yang akan digunakan dalam proses pembelajaran agar siswa mempersiapkan diri sebelumnya.

4. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan penelitian model Scientific Inquiry berorientasi kolaboratif dengan macromedia flash, sebaiknya peneliti merancang variasi pembelajaran yang beragam. Disamping itu diharapkan dapat melakukan refleksi dan memberikan masukan dengan tujuan penyempurnaan pelaksanaan hasil penelitian ini.


(3)

Daftar Pustaka

Anderson, L., W., Krathwohl., D., R. 2010. Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesmen, Revisi Taksonomi pendidikan Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arends, Richard. 2008. Learning To Teach. New York: McGraw Hill Companies. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :

Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada. Aji, P. S; Suparman. 2013. Pengaruh Media Pembelajaran Menggunakan

Macromedia Flash 8 Pokok Bahasan Internet pada Mata Pelajaran TIK Terhadap Presentasi Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA N 6 Purwarejo. Jurnal Pendidikan Teknik Informatik. Volume 1(1), 1-4

Bao Lei,. K. Yeounsoo,. R. Amy,. H. Jing,. K.Kathleen. 2013. Affective Factors in STEM Learning and Scientific Inquiry: Assessment of Congnitive and Anxiety. (Special Issue of Reserch on Education Assessment and Learning) Depertment of Physics The Ohio State University and Physisc& STEM Education University of Cincinnati. Volume 2 (1), 1-15 Brossard, D., Lewenstein, B. ,Bonney, R., 2005. Scientific Knowledge and Attitude Change:

The Impact of a Citizen Science Project. International Journal of Science Education. Volume 27 (9), 1-5.

ÇORLU, M. L., ÇORLU, M. S., 2012. Scientific Inquiry Based Professional Development Models in Teacher Education, Education Science: Theory & Practice. Edam Education Consultancy and Reserch Center. Volume 1(2), 514-521

Dimyati,.Mudjiono.BelajardanPembelajaran. Jakarta: RinekaCipta.

Dhaaka, A. 2012. Biologycal Science Inquiry Model and Biology Teaching. Bookman International Journal of Accounts, Economics &Business Management. Volume 1(2), 1-18

Djam’an Satori, (2007).ProfesiKeguruan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.


(4)

120

Djamarah., Syaiful , B. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta

Fakhriyah, W.A; Kusairi, S; Muhardjito. 2010. Pengembangan Media Pembelajaran IPA FisikaBerbasis Multimedia Flash CS5 Pokok Bahasan Optika Geometri Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII SMP N 1 Winogan. Jurusan Fisika, F-MIPA Universitas Malang, 1-11.

Gok, T. 2010. The General Assessment of Problem Solving Process and Metacognition in Physics Education. Eurasian Journal of Physics and Chemistry Education.Volume 2.(1), 1-13

Hardiyanto, W; Kurniawan, E. S; Nurhidayati. 2012. Pemanfaatan Media Pembelajaran Fisika Berbasis Macromedia Flash 8 Guna Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahsan Sifat Mekanik Bahan Kelas X Tkj 2 SMK Batik Perbaik Tahun Pelajran 2011/2012. Radiasi (Online). Volume 1 (1), 56-59

He, X., Zhang, J,. 2009. On the Growth of Scientific Knowledge: Yeast Biology as a Case Study. Open acces freely available online PlosComputatiom Biology Journal.pcbi.1000320, Volume 5(3), 1-12

Hussain, A., Azeem, M., Shakoor, A. 2011. Physics Teaching Methods: Scientific Inquiry Vs Traditional Lecture.International Journal of Humanities and Social Science, Volume 1, (19), 269-276.

Kanginan, M. 2013. FisikaUntuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Joyce, B., Weil, M., Calhoun, E. 2009. Models of Teachingeight Edition. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kompri.2015. Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa. Bandung. Remaja Rosdakarya

Lederman, N., Lederman, J., Antink, A., 2013. Nature of Science Inquiry as Contexts for The Learning of Science and Achievement of Scientific Literacy.International Journal of Education in Mathematics, Science and Technology. Volume 1. (3),13-147.

Maasaki (2012). Lesson Study, Dialog dan Kolaborasi. Jakarta: Kalangan Sendiri: Tidak Diterbitkan

Michael, J.A,. Modell, H,. I,. 2003. Active Learning in Secondary and Collage Science Classrooms ( A Working Model for Helping the Leaner to Learn). IEA Lawrence Erlbaum Associates, Publeshers Mahwah, New Jersey. London.


(5)

National Institutes of Health, National Institute of General Medical Science. 1996. Doing Science: The Process of Scientific Inquiry. BSCS Center for Curiculum Development 5415 Mark Dabling Boulevar Colorado Springs, CO80918.(www.supplementatsupplements@science.education.nih.gov.c om, diakses tanggal 10 Oktober 2015, pukul 20.00)

Peklaj, Cirila, dan M. P. Levpusdek, (2009), “Student Motivation and Academic Success in Relation to The Quality Individual and Collaborative Work during a Course in Educational Psychology,” Psychological Journal, New Delhi, inc. diaksespadatanggal 1 November2015.

Pooper, Karl, R. 1974.Conjecture and Refutations.The Growth of Scientific Knowledge Routledge and Kegan Paul. London

Prawijaya, S., 2014.Analisis PengaruhPenerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika. Thesis pascasarjana. Medan

Purwanto, B. 2007.FisikaDasarTeoridanImplementasinya 2A. Solo. TigaSerangkai.

Purwanto, B. & Azam, M. 2003. Panduan Laboratorium Statistika Inferensial. Jakarta: Gramedia

Raymond, C. M., Farey, I., Reed, M. S., Stringer, L. C., Robinson, G. M., Evely, A. C,. 2010. Integrating Local and Scientific Knowledge for Enviromental Management. Journal of Environmental Management. Volume 1 (9), 1-12

Rosyidi, B., R. 2010. Model Pembelajaran Scientific Inquiry (Penemuan Ilmiah). (htpp://bahrurrosyldlduralsy.wordpress.com/ diakses tanggal 20 Oktober 2015 pukul 12.00)

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran (menggembangkan Profesional Guru) edisi Kedua. Jakarta. Rajagrafindo Persada.

Sardiman AM. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Schoenfeld, A. H. 1985. “Heuristic in Classroom”. Problem Solving in School Mathematics. NCTM.


(6)

122

Slavin, R.E. 2003. Education Psychology Theory and Practice. Boston: Allyn & Bacon Pearson. (http://www.personhighered.com diakses pada 24 Oktober 2015 pukul 15.00).

Sudjana. 2000. Metode Statiska. Bandung: Tarsito.

Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning, Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta. Pustaka Belajar.

Tella, A. (2007). The Impact of Motivation on Students’ Academic Achievement and Learning Outcomes in Mathematics among Secondary School Students in Nigeria.Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education. Volume 3 (2),149-156.

TIMSS.2011. Internasional Result In Mathematics. Chestnust Hill: TIMSS dan PIRLS Internasional Study Centre, (Online), (http://timssandprils.bc.edu/timss2011/internasional-result-math, diakses 10 Okteber 2015)

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Uno, Hamzah B. 2011. TeoriMotivasidanPengukurannya. Jakarta: BumiAksara. Viajaya, E.R; Rudiyono, Y; Rahardjo, D. T. 2013.Pengembangan Media

Pembelajran Fisika Menggunakan Macromedia Flash Pro 8 Pada Pokok Bahasan Suhu dan Kalor. Jurnal Pendidikan Fisika. Volume 1.(1), 1-12. Widisuseno, I. 2005. The Theory of Scientific Knowledge Growth According to

Karl R. Popper’s Critical Rationalism. Journal of Social and Cultural Dynamics.Volume 7.(2), 1-10.