Latar Belakang Tingkat Pengetahuan Siswi SMA Negeri 6 Medan tentang Sindroma Premenstruasi (PMS).

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sindroma premenstruasi merupakan gejala-gejala yang dialami oleh seorang wanita sebelum mengalami haid. Sindroma premenstruasi dicetuskan oleh kenaikan dan penurunan hormon seks steroid dari ovari pada masa ovulasi dan selalunya menetap kurang lebih sehingga hari kelima pada siklus selanjutnya. Fase pada siklus menstruasi diantara fase ovulasi dan fase menstruasi, yaitu fase luteal, secara fisiologinya berlanjut antara 12 dan 14 hari. Secara definisinya, simptom-simptom premenstruasi tidaklah bermula sebelum fase ovulasi dan paling jelas kelihatan semasa beberapa hari terakhir fase luteal. Simptom-simptom premenstruasi dapat dilihat pada fase ini, terdapat interval bebas-gejala pada akhir fase folikular dalam siklus menstruasi, diantara akhir fase menstruasi dengan awal fase ovulasi. Siklus menstruasi ovulatorik mengambil masa selama 25-32 hari, dengan ovulasi berlaku 14 hari sebelum menstruasi. Oleh itu, bagi kebanyakan wanita mereka kemungkinan hanya mempunyai 7-10 hari tanpa simptom premenstruasi. Sebelum menstruasi, kebanyakan wanita akan mengalami sindroma premenstruasi. Menurut Ova 2008 frekuensi gejala premenstruasi cukup tinggi pada Universitas Sumatera Utara wanita Indonesia yaitu 80-90, dan kadang-kadang gejala tersebut sangat berat dan mengganggu kegiatan sehari-hari. Jenis dan keparahan sindroma premenstruasi ini dipengaruhi oleh usia, ras, etnik dan tingkat kesehatan terutamanya tingkat kesehatan mental. Sindroma premenstruasi selalunya menimbulkan masalah pada usia remaja dan semakin berkurang dengan meningkatnya usia. Simptom ini paling jelas pada usia 20-an hingga pertengahan 30-an, Rapkin dan Winer, 2009. Simptom-simptom kardinal yang dapat dilihat pada wanita yang sedang mengalami sindroma premenstruasi adalah gembung perut abdominal bloating dan iritabilitas, tetapi gejala lain seperti perubahan mood, kemarahan, kebimbangan, depresi, hilang kawalan, lemah, sulit konsentrasi, ingin makan food cravings, pertambahan berat badan, nyeri kepala dan rasa nyeri pada payudara juga bisa dilihat, Rapkin dan Winer, 2009. Siswi SMA kebanyakannya berusia antara 16 hingga 17 tahun. Pada usia ini, boleh dikatakan semua siswi telah mengalami menstruasi. Sindroma premenstruasi PMS mula menimbulkan masalah ketika usia remaja dan semakin berkurang dengan meningkatnya usia. Melihat kenyataan diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswi SMA Negeri 6 Medan tentang PMS.

1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat pengetahuan siswi-siswi SMA Negeri 6 Medan tentang PMS. Universitas Sumatera Utara 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum