Siklus Menstruasi Siklus Menstruasi Normal

seorang wanita mengalami menopause biasanya terjadi sekitar usia 45 - 55 tahun. Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen dan juga fertilitas Hendrix, 2007. Normalnya menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari Biohealthworld Indonesia, 2007. Menurut Biohealthworld Indonesia 2007, siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90 wanita memiliki siklus 25 – 35 hari dan hanya 10-15 yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah kesuburan. Menstruasi yang dialami kemungkinan tidak sama pada setiap bulan dan kemungkinan tidak sama pada wanita yang berbeda. Menstruasi ini boleh ringan, sedang atau berat dan tempoh masa menstruasi juga berlainan. Untuk tahun-tahun pertama menstruasi, siklus yang lebih panjang adalah normal. Siklus menstruasi seorang wanita akan menjadi semakin pendek dan reguler dengan bertambahnya usia U.S. Department of Health and Human Services, 2008.

2.2. Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi manusia melibatkan perubahan yang kompleks dan regular pada struktur anatomis dan fisilogis seorang wanita dalam tempoh kurang lebih sebulan. Siklus ini bermula pada saat pubertas dan berakhir pada saat menopause, Hill, 2009. Secara definisi, siklus menstruasi bermula pada hari pertama keluarnya darah, dimana hari pertama ini dikira sebagai hari pertama dalam siklus menstruasi. Siklus ini berakhir sebelum periode menstruasi seterusnya. Siklus menstruasi normalnya adalah diantara 25 hingga 36 hari. Hanya 10 hingga 15 wanita yang mempunyai siklus 28 hari. Selalunya, siklus ini paling berbeda dan intervalnya paling panjang adalah pada tahun-tahun selepas menarche dan sebelum mengalami menopause. Universitas Sumatera Utara Perdarahan menstruasi berlanjutan selama tiga hingga tujuh hari, dengan rata- rata lima hari. Kehilangan darah dalam tempoh ini selalunya adalah antara ½ hingga 2½ ounces. Darah menstruasi, tidak seperti darah yang berasal dari luka. Darah ini tidak membeku melainkan jika darah yang keluar terlalu banyak.

2.3. Siklus Menstruasi Normal

Menurut artikel yang ditulis oleh Rosenblatt 2007, siklus menstruasi diregulasi oleh hormon-hormon. Luteinizing hormone dan follicle-stimulating hormone, yang diproduksi oleh kelenjar pituitari, membantu berlakunya proses ovulasi dan ovari untuk memproduksi estrogen dan progesteron. Hormon estrogen dan a Fase Folikular progesteron menstimulasi uterus dan payudara sebagai persediaan untuk fertilisasi. Siklus ini mempunyai tiga fase: folikular sebelum perlepasan telur, ovulasi perlepasan telur, dan luteal selepas telur dilepaskan. Fase ini bermula pada hari pertama berlakunya perdarahan menstruasi hari 1. Tetapi kejadian yang paling penting dalam fase ini adalah perkembangan folikel-folikel di dalam ovari. Pada permulaan fase folikular, lapisan uterus endometrium adalah tebal dilapisi karena dengan cairan dan nutrisi yang disediakan untuk memberi nutrisi kepada janin. Jika tiada telur yang difertilisasi, kadar estrogen dan progesteron adalah rendah. Hasilnya, lapisan teratas atau terluar dari endometrium akan runtuh dan berlakunya perdarahan yaitu menstruasi. Pada masa ini, kelenjar pituitari meningkatkan produksi follicle-stimulating hormone. Hormon ini kemudiannya menstimulasi pertumbuhan tiga hingga 30 folikel. Setiap folikel mengandung satu telur. Lanjutan dari fase ini, apabila kadar hormon ini menurun, hanya satu dari folikel-folikel ini dikenal sebagai Universitas Sumatera Utara folikel dominan terus bertumbuh. Folikel ini selanjutnya mula memproduksi estrogen, dan folikel-folikel lain yang terstimulasi mula mengalami kerusakan dan penurunan fungsi break down. Secara rata-rata, fase folikular adalah antara 13 hingga 14 hari. Diantara ketiga-tiga fase, fase inilah yang paling berbeda-beda panjangnya. Fase ini kemungkinan menjadi semakin pendek apabila mendekati menopause. Fase ini berakhir apabila kadar luteinizing hormon meningkat dengan jelas surges. Peningkatan ini menyebabkan terjadinya perlepasan telur ovulasi. b Fase ovulasi Fase ini bermula apabila kadar dari luteinizing hormon meningkat dengan ketara. Luteinizing hormone menstimulasi folikel dominan untuk bergerak keluar bulge dari permukaan ovari dan akhirnya pecah rupture, dan melepaskan telur. Kadar FSH meningkat tetapi lebih sedikit. Fungsi peningkatan masih belum diketahui. Fase ovulasi berlanjutan selama 16 hingga 32 jam. Fase ini berakhir apabila telur dilepaskan. Kurang lebih 12 hingga 24 jam setelah telur dilepaskan, peningkatan luteinizing hormone yang ketara dapat dideteksi dengan mengukur kadar hormon ini di dalam urin. Pengukuran ini dapat dilakukan untuk menentukan bilakah seorang wanita itu subur fertile. Telur yang dilepaskan hanya dapat difertilisasi dalam masa 12 jam selepas dilepaskan dari ovari. Fertilisasi lebih mudah berlaku jika sperma telah ada di traktus reproduksi reproductive tract sebelum telur dilepaskan. Pada saat sekitar ovulasi berlaku, sesetengah wanita mengalami rasa nyeri di satu bagian pada abdomen bawah. Nyeri ini dikenali sebagai mittelschmerz literally, middle pain. Nyeri ini mungkin berlanjutan selama beberapa menit Universitas Sumatera Utara hingga beberapa jam. Rasa nyerinya adalah pada bagian ovari yang melepaskan telur, tetapi penyebab sebenar berlakunya nyeri ini tidak diketahui. c Fase Luteal Fase ini berlaku selepas terjadinya ovulasi. Ia berlanjut sekitar 14 hari kecuali jika fertilisasi berlaku dan berakhir sebelum berlakunya menstruasi. Pada fase ini, folikel yang telah pecah selepas melepaskan telur menutup dan membentuk satu stuktur yang disebut corpus luteum, yang mana meningkatkan penghasilan hormon progesteron. Corpus luteum mempersiap uterus sebagai persedian jika adanya fertilisasi. Hormon progesteron menyebabkan berlakunya endometrium menebal, dipenuhi dengan cairan dan nutrien untuk fetus. Progesteron turut menyebabkan lapisan mukus di serviks menjadi lebih pekat, supaya sperma atau bakteri sukar masuk ke uterus. Selain itu, progesteron juga menyebabkan peningkatan sedikit suhu tubuh pada fase luteal dan keadaan ini berlanjutan sehingga menstruasi bermula. Peningkatan suhu tubuh ini boleh dijadikan petanda bahwa ovulasi telah berlaku. Kadar hormon estrogen rata-rata adalah tinggi pada fase ini. Estrogen juga menstimulasi penebalan endometrium. Peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron menyebabkan duktus laktasi di dalam payudara membesar dilate. Maka, payudara mungkin akan membengkak dan nyeri. Jika telur yang dilepaskan tidak mengalami fertilisasi, corpus luteum akan mengalami degradasi dalam masa 14 hari, dan siklus menstruasi yang baru akan bermula. Jika telur tersebut difertilisasi, sel-sel di sekeliling embrio yang sedang berkembang akan menghasilkan sejenis hormon yang dikenali human chorionic gonadotropin. Hormon ini mempertahankan corpus luteum yang berterusan menghasilkan progesteron, sehingga fetus yang sedang tumbuh boleh Universitas Sumatera Utara menghasilkan hormonnya sendiri. Ujian kehamilan adalah berdasarkan terdeteksinya kadar human chorionic gonadotropin yang meningkat.

2.4. Hormon-hormon yang terlibat dalam siklus menstruasi