Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMA Negeri Siabu Mandailing Natal Angkatan 2011 tentang HIV/ AIDS Tahun

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR SMA NEGERI SIABU MANDAILING NATAL ANGKATAN 2011 TENTANG HIV/ AIDS

Oleh:

YUSDA RAHAYU NASUTION

080100038

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR SMA NEGERI SIABU MANDAILING NATAL ANGKATAN 2011 TENTANG HIV/ AIDS

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

YUSDA RAHAYU NASUTION

080100038

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR SMA NEGERI SIABU MANDAILING NATAL ANGKATAN 2011 TENTANG HIV/ AIDS

NAMA : YUSDA RAHAYU NASUTION

NIM : 080100038

Pembimbing Penguji I

(dr. Donna Partogi, Sp. KK) (dr.Isti Ilmiati Fujiati,MSc,CM-FM,M.Pd.Ked) NIP: 197201032005012001 NIP: 196705271999032001

Penguji II

(dr. Mistar Ritonga, Sp. F) NIP: 195204081989031001

Medan, 14 Januari 2012 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH) NIP: 195402201980111001


(4)

ABSTRAK

HIV merupakan retrovirus yang menurunkan kemampuan sistem imun sedangkan AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang didapat, disebabkan oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus). HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan angka kematian yang tinggi dan jumlah penderita yang meningkat dalam waktu singkat sehingga diharapkan pelajar harus memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang HIV/ AIDS.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap pelajar tentang HIV/AIDS di SMA Negeri Siabu Mandailing Natal.

Populasi dalam penelitian ini adalah pelajar SMA Negeri 1 Siabu, MAN Siabu, SMA Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal yang terdiri dari 1260 orang. Besar sampel untuk penelitian ini menggunakan data proporsi yaitu populasi finit (terbatas) yaitu sebanyak 102 orang. Data penelitian dikumpulkan melalui kuesioner.

Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pelajar tentang HIV/ AIDS adalah baik 41 orang (40,2%) dan sedang 59 orang (57,8%). Sikap pelajar tentang HIV/ AIDS adalah baik 18 orang (17,6%) dan sedang 79 orang (77,5%).

Disarankan agar ditingkatkan lagi pengetahuan dan sikap pelajar tentang HIV/ AIDS karena HIV/ AIDS merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan angka kematian yang tinggi.


(5)

ABSTRACT

HIV is a retrovirus that damage the immune system while AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) is a set of symptoms that caused by the lower of body immune system caused by HIV (Human Immunodeficiency virus) infection. HIV/AIDS is one of diseases that cause the higher mortality rate and the number of patient is increase over time. Therefore, the student must has knowledge and good understanding about HIV/AIDS.

This research aims to study the knowledge level and attitude of student about HIV/AIDS at SMA Negeri Siabu Mandailing Natal.

The population in this research are the student of SMA Negeri 1 Siabu, MAN Siabu, SMA Naga Juang, regency of Mandailing Natal that consist of 1260 students. The sample in this study was took by proportional data i.e. finite population for 102 students. The data in this research was collected by questionnaire.

This research indicated that the knowledge level of student about HIV/AIDS is good for 41 students (40.2%) and medium for 59 students (57.8%). The attitude of student about HIV/AIDS is good for 18 students (17.6%) and medium for 79 students (77.5%)

It is suggested to increase the knowledge and attitude of student about HIV/AIDS because HIV/AIDS is one of diseases that cause the higher mortality rate.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMA Negeri Siabu Mandailing Natal Angkatan 2011 tentang HIV/ AIDS Tahun.

Dalam menyelesaikan proposal penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada dr. Donna Partogi, Sp. KK selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga proposal penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis dengan rasa hormat menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mengikuti pendidikan Sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc, CMFM dan Bapak dr. Mistar Ritonga, Sp. F selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan sumbangan dan saran.

3. Bapak dr. Kiki Mohammad Iqbal Sp. S selaku Dosen Penasehat Akademik.

4. Bapak Drs. H. Aliruddin selaku Kepala Sekolah SMA N 1 Siabu dan seluruh Staf Pengajar yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Bapak Kepala Sekolah MAN Siabu, Bapak Drs. Zulfadli selaku Kepala Tata Usaha dan seluruh Staf Pengajar. Bapak Khairuddin S. Pd selaku Kepala Sekolah SMA 1 Naga Juang dan seluruh Staf Pengajar, yang telah


(7)

memberi izin dan banyak bantuan kepada penulis dalam melakukan proses pengumpulan data di lokasi penelitian.

5. Ayahanda Arizona Nasution dan Ibunda Mahrani Lubis, Adinda Novi, Izan, Wahyudi, Wahyuni terima terima kasih yang tidak terhingga atas doa, perhatian, dan semangat yang tiada henti yang telah diberikan demi keberhasilan penulis.

6. Seluruh teman-teman stambuk 2008 FK USU, khususnya Novita, Novalita, Hijria, Solita, Karmila, Rumondang Anna, Desiliani, Uli, Rahman dan teman-teman lainnya serta seluruh alumni SMA Negeri 1 Siabu Tahun 2008 khususnya Lia, Yuli dan teman-teman lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan kepada Aulia terima kasih banyak atas dukungan dan semangat yang telah diberikan.

7. Seluruh adek-adek pelajar SMA N 1 Siabu, MAN Siabu, SMA N 1 Naga Juang yang telah bersedia mengikuti penelitian yang telah dilakukan penulis, terima kasih atas waktu dan kerja sama yang telah diberikan. Saya menyadari bahwa proposal penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih belum sempurna, untuk itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan proposal penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga proposal penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2012 Penulis

Yusda Rahayu Nasution NIM: 080100038


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... ... i

ABSTRAK ... ... ii

ABSTRACT ... ... iii

KATA PENGANTAR ... ... iv

DAFTAR ISI ... ... vi

DAFTAR TABEL ... ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... ... x

DAFTAR SINGKATAN ... ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... ... 1

1.1. Latar Belakang ... ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... ... 5

2.1. Pengetahuan ... ... 5

2.2. Sikap ... ... 6

2.3. Remaja ... ... 7

2.3.1. Definisi Remaja ... ... 7

2.3.2. Perkembangan Remaja ... ... 8

2.3.3. Karakteristik Perilaku Sosial Remaja ... ... 9

2.4. HIV/ AIDS ... ... 9

2.4.1. Definisi HIV ... ... 9

2.4.2. Definisi AIDS ... ... 10

2.4.3. Epidemiologi ... ... 10

2.4.4. Etiologi ... ... 12

2.4.5. Klasifikasi ... ... 12


(9)

2.4.7. Patogenesis ... ... 14

2.4.8. Diagnosis ... ... 15

2.4.9. Pencegahan ... ... 17

2.4.10. Pengobatan ... ... 18

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... ... 19

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... ... 19

3.2. Definisi Operasional ... ... 19

BAB 4 METODE PENELITIAN ... ... 23

4.1. Jenis Penelitian ... ... 23

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... ... 23

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... ... 23

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... ... 25

4.5. Pengelolaan dan Analisis Data ... ... 25

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... ... 29

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... ... 28

5.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... ... 28

5.3. Hasil Analisa Data dan Pembahasan ... ... 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 35

6.1. Kesimpulan ... ... 35

6.2. Saran ... ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... ... 36 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.4.3 Statistik Perkembangan Populasi HIV/ AIDS ... ...11

3.1 Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur dan Skala Ukur...20

3.2 Skor Pertanyaan pada Kuesioner Pengetahuan...21

3. 3 Skor Pertanyaan pada Kuesioner Sikap...21

4.1 Hasil uji validitas dan reabilitas...26

5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ...28

5.2 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Pengetahuan Responden Mengenai HIV/AIDS...29

5.3 Distribusi Jawaban Responden Mengenai HIV/ AIDS...30

5.4 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden berdasarkan Jenis Kelamin...30

5.5 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Terhadap Sikap Responden Mengenai HIV/ AIDS...31

5.6 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Sikap Responden tentang HIV/ AIDS...32

5.7 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Sikap Responden berdasarkan Jenis Kelamin...33


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup

2. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian 3. Lembar Persetujuan Subjek Penelitian

4. Kuesioner 5. Data Induk

- Distribusi Frekuensi berdasarkan Jenis Kelamin - Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan dan Sikap - Tingkat Pengetahuan dan Sikap berdasarkan Jenis Kelamin - Master Data Responden

6. Health Research Ethical Committee


(13)

DAFTAR SINGKATAN

ADA : Adenosin Deaminase

AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome

CDC : Center for Disease Control and Prevention

CD4 : Cluster of Differentiation 4

DNA :Deoxyribonucleic Acid

HIV : Human Immunnodeficiency Virus

KPAN : Komisi Penanggulangan AIDS Nasional LGP : Limfadenopati Generalisata Persisten MAC : Mycobacterium Avium Complex

NAPZA : Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif ODHA : Orang dengan HIV AIDS

RNA : Ribonucleic Acid

SPSS : Statistical Product and Service Solutions

UNAIDS : United Nation Programme on HIV/AIDS


(14)

ABSTRAK

HIV merupakan retrovirus yang menurunkan kemampuan sistem imun sedangkan AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang didapat, disebabkan oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus). HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan angka kematian yang tinggi dan jumlah penderita yang meningkat dalam waktu singkat sehingga diharapkan pelajar harus memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang HIV/ AIDS.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap pelajar tentang HIV/AIDS di SMA Negeri Siabu Mandailing Natal.

Populasi dalam penelitian ini adalah pelajar SMA Negeri 1 Siabu, MAN Siabu, SMA Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal yang terdiri dari 1260 orang. Besar sampel untuk penelitian ini menggunakan data proporsi yaitu populasi finit (terbatas) yaitu sebanyak 102 orang. Data penelitian dikumpulkan melalui kuesioner.

Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pelajar tentang HIV/ AIDS adalah baik 41 orang (40,2%) dan sedang 59 orang (57,8%). Sikap pelajar tentang HIV/ AIDS adalah baik 18 orang (17,6%) dan sedang 79 orang (77,5%).

Disarankan agar ditingkatkan lagi pengetahuan dan sikap pelajar tentang HIV/ AIDS karena HIV/ AIDS merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan angka kematian yang tinggi.


(15)

ABSTRACT

HIV is a retrovirus that damage the immune system while AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) is a set of symptoms that caused by the lower of body immune system caused by HIV (Human Immunodeficiency virus) infection. HIV/AIDS is one of diseases that cause the higher mortality rate and the number of patient is increase over time. Therefore, the student must has knowledge and good understanding about HIV/AIDS.

This research aims to study the knowledge level and attitude of student about HIV/AIDS at SMA Negeri Siabu Mandailing Natal.

The population in this research are the student of SMA Negeri 1 Siabu, MAN Siabu, SMA Naga Juang, regency of Mandailing Natal that consist of 1260 students. The sample in this study was took by proportional data i.e. finite population for 102 students. The data in this research was collected by questionnaire.

This research indicated that the knowledge level of student about HIV/AIDS is good for 41 students (40.2%) and medium for 59 students (57.8%). The attitude of student about HIV/AIDS is good for 18 students (17.6%) and medium for 79 students (77.5%)

It is suggested to increase the knowledge and attitude of student about HIV/AIDS because HIV/AIDS is one of diseases that cause the higher mortality rate.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

HIV diketahui sebagai virus retro yang menginfeksi sistem imun terutama sel CD4+ (Baratawidjaja, 2006). Menurut Budimulja dan Daili (2008) HIV adalah virus yang menyebabkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS sendiri didefinisikan sebagai syndrome/ kumpulan gejala penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia (Muninjaya, 1999).

HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan angka kematian yang tinggi dan jumlah penderita yang meningkat dalam waktu singkat. Kasus HIV/ AIDS pertama kali ditemukan pada tahun 1981 di Amerika Serikat (Budimulja dan Daili, 2008). Menurut laporan UNAIDS (2009) di seluruh dunia sekitar 60 juta orang telah terinfeksi, dengan sekitar 25 juta orang mengalami kematian.

Di Amerika Serikat lebih dari 1,1 juta orang yang hidup dengan HIV dan sekitar 56.000 orang terinfeksi HIV setiap tahunnya. Menurut faktor risiko penularannya menunjukkan bahwa 47% kasus adalah dari homoseksual dan juga melakukan hubungan seks dubur tanpa kondom, 33% pengguna narkoba suntik yang dipakai secara bersamaan (JAIDS, 2010).

Jumlah kasus HIV/AIDS di Eropa puncaknya terjadi pada tahun 2001 yaitu di Eropa Timur dengan kasus 113.930 orang. Pada tahun 2006 jumlah kasus baru didiagnosa 86.912 kasus (Rosinska, 2008). Di Australia dari tahun 1993-2006 kasus HIV/ AIDS dilaporkan sebanyak 12.313 kasus, dan kasus yang meningkat secara signifikan yaitu di Victoria, Queensland, Australia Selatan dan Australia Barat (eMJA, 2007).

Pada tahun 2009 kasus HIV/ AIDS di Afrika Selatan mencapai 5,6 juta kasus, dan diperkirakan 310.000 orang meninggal karena AIDS, sekitar 17,8% penderita adalah mereka yang berusia 15-49 tahun (AVERT, 2011). Sekitar 4,87 juta orang hidup dengan HIV di Selatan, Timur dan Tenggara Asia. Seperti di daerah lain, hubungan seks yang tidak aman dan penggunaan narkoba suntikan


(17)

antara kelompok-kelompok rentan adalah faktor risiko utama untuk mendorong penyebaran HIV (AVERT, 2011).

Pendapat para ahli epidemiologi Indonesia dalam pembahasannya tentang kecenderungan HIV/AIDS, jumlah kasus AIDS di tahun 2010 menjadi 400.000 orang dengan kematian 100.000 orang. Pada tahun 2015 mendatang, diperkirakan kasus AIDS akan mencapai 1 juta orang dengan kematian 350.000 orang (Komunitas AIDS Indonesia, 2011).

Salah satu golongan yang rentan terkena HIV/AIDS adalah pengguna Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA). Diperkirakan ada sekitar 124-196 ribu orang pengguna NAPZA di berbagai wilayah di Indonesia. Hal ini sungguh memprihatinkan, apalagi sebagian penggunanya adalah kaum usia muda. Perilaku penggunaan alat suntik yang tidak steril secara bersamaan dapat menyebabkan penularan HIV/AIDS. Selain itu pengguna NAPZA suntik mempunyai perilaku seks berisiko yaitu membeli jasa seks tanpa menggunakan kondom (KPAN, 2002).

Secara kumulatif, jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sejak 1978 sampai Maret 2011 sebanyak 24.482 kasus tersebar di 300 kab/kota di 32 provinsi. Proporsi kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun (47,2%), disusul kelompok umur 30-39 tahun (31,3%) dan kelompok umur 40-49 tahun (9,5%). Dari jumlah itu, 4.602 kasus atau 18,8 % diantaranya meninggal dunia. Sementara kasus AIDS terbanyak dilaporkan dari DKI Jakarta (3.995), Jawa Timur (3.775), Jawa Barat (3.728), Papua (3.712), Bali (1.747), Kalimantan Barat (1.125), Jawa Tengah (1.030), Sulawesi Selatan (591), Sumatera Utara (507), dan DIY (505). Cara penularan kasus AIDS terbanyak melalui heteroseksual (53,1%), disusul IDU (37,9%), LSL (3,0%), perinatal (2,6%), transfusi darah (0,2%) dan tidak diketahui (3,2%) (Manajemen RS, 2011).

Kota Medan dinilai menjadi penyumbang terbesar pertama dalam kasus HIV/AIDS di Sumut. Dari temuan kasus sejak awal 2010 hingga Januari 2011, Kota Medan menunjukkan kasus terbesar yakni 1.712 kasus dari 2.616 kasus di Sumut (Medan Bisnis, 2011).


(18)

Sekitar 30% dari penderita AIDS ini adalah remaja. Diserangnya usia produktif ini merupakan suatu tantangan yang perlu segera diatasi mengingat usia produktif adalah aset pembangunan bangsa (Depkes RI 2008). Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap anak remaja yang masih rendah tentang HIV/AIDS (Cates dan MC Pheeters, 1997 dalam Simanjuntak, 2006). Oleh sebab itu penyuluhan-penyuluhan dan edukasi yang baik tentang HIV/AIDS sangat diperlukan di kalangan remaja.

Keingintahuan seseorang tentang cara penularan HIV adalah sikap yang sangat positif, yaitu agar ia mengetahui bahwa seseorang juga dapat terhindar dari penularan HIV (Djoerban, 2001 dalam Dalimunthe, 2008).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mangindaan (1996), dimana sebagian besar partisipan cukup berpendidikan, mempunyai pengetahuan yang salah tentang penyebab AIDS. Dan Menurut Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (2007) banyak warga Negara Indonesia pernah mendengar tentang HIV/AIDS, tetapi pengetahuan tentang cara penularan dan pencegahannya belum dikenal luas. Mereka menganggap AIDS adalah penyakit kutukan Tuhan. Akibat pengetahuan yang salah, penderita AIDS menghadapi masalah dan berbagai penderitaan sehubungan dengan penyakit mereka di samping penderitaan secara fisik juga penderitaan sosial akibat kesan buruk masyarakat. Banyak penderita HIV/AIDS yang mengalami diskriminasi dan prasangka buruk masyarakat (Djoerban, 2001). Sedangkan sikap diskriminasi juga dijumpai dengan 121 (37,2%) dimana partisipan berpendapat bahwa penderita AIDS harus dikucilkan.

Melihat begitu banyaknya masyarakat khususnya remaja yang belum mempunyai pengetahuan yang benar tentang penyakit HIV/AIDS ditambah dengan maraknya penggunaan NAPZA dan seks bebas di kalangan remaja membuat penulis tertarik untuk mengetahui pengetahuan dan sikap pelajar SMA Negeri 1 Siabu Mandailing Natal tentang HIV/AIDS. Penulis memilih SMA Negeri 1 Siabu sebagai tempat penelitian karena di daerah tersebut sangat jarang dilakukan penyuluhan dan edukasi tentang HIV/AIDS. Selain itu, di SMA Negeri 1 Siabu belum pernah dilakukan penelitian mengenai gambaran perilaku pelajar tentang HIV/AIDS.


(19)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap pelajar SMA Negeri Siabu Mandailing Natal Angkatan 2011 terhadap HIV/AIDS.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap pelajar tentang HIV/AIDS di SMA Negeri Siabu Mandailing Natal.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui mengenai tingkat pengetahuan pelajar SMA Negeri Siabu Mandailing Natal tentang HIV/AIDS.

2. Untuk mengetahui mengenai sikap pelajar SMA Negeri Siabu Mandailing Natal tentang HIV/AIDS.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah dalam membuat kebijakan yang bertujuan menghindari penularan penyakit HIV/AIDS di kalangan siswa.

2. Memberi gambaran tentang pengetahuan dan sikap pelajar SMA Negeri Siabu tentang HIV/AIDS.

3. Sebagai pengembangan wawasan keilmuan peneliti dalam hal HIV.

4. Dapat memberikan manfaat bagi perkembangan khasanah ilmu pengetahuan khususnya bagi pendidikan kesehatan.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penelitian Rongers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku yang baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni sebagai berikut:

1. Timbul kesadaran (awareness), yaitu orang tersebut menyadari (mengetahui) stimulus terlebih dahulu.

2. Ketertarikan (interest), yakni orang tersebut merasa tertarik kepada stimulus.

3. Mempertimbangkan baik tidaknya stimulus (evaluation), yakni sikap orang tersebut sudah lebih baik lagi.

4. Mulai mencoba (trial), yakni orang tersebut memutuskan untuk mulai mencoba perilaku baru.

5. Mengadaptasi (adaption), yakni orang tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Rongers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan perilaku baru melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bertahan lama (long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Menurut Notoatmodjo (2007) tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif terdiri dari:

1. Tahu (know), diartikan sebagai pengingat akan suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.


(21)

3. Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4. Analisis (anlysis), yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (synthetic), menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam satu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.2. Sikap

Sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu objek akibat pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut (Koentjaraningrat, 1983). Menurut Sarwono (1997), sikap merupakan kecenderungan merespons (secara positif atau negatif) orang, situasi atau objek tertentu.

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Tingkat sikap di dalam domain afektif. Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri atas berbagai tingkatan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003).

1. Menerima (recelving), diartikan bahwa seseorang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespons (responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu

yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.


(22)

Menurut Azwar (1995) sikap memiliki tiga komponen yang membentuk struktur sikap yaitu:

1. Komponen kognitif (cognitive), berisi kepercayaan yang berhubungan dengan persepsi individu terhadap objek sikap dengan apa yang dilihat dan diketahui, pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari orang lain.

2. Komponen Afektif (komponen emosional), komponen ini menunjukkan dimensi emosional subjektif individu terhadap objek sikap, baik bersifat positif (rasa senang) maupun negatif (rasa tidak senang).

3. Komponen Konatif (komponen perilaku), komponen ini merupakan predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya.

Menurut Attkinson dkk, dikutip dalam Sunaryo (2004) sikap memiliki lima fungsi, yakni sebagai berikut:

1. Fungsi Instrumental, yaitu sikap yang dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat dan menggambarkan keadaan keinginannya atau tujuan. 2. Fungsi pertahanan ego, yaitu sikap yang diambil untuk melindungi diri dari kecemasan atau ancaman harga dirinya.

3. Fungsi nilai ekspresi, yaitu sikap yang menunjukkan nilai yang ada pada dirinya.

4. Fungsi pengetahuan, setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin mengerti, ingin banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan, yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Fungsi penyesuain sosial, yaitu sikap yang diambil sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungannya.

2.3. Remaja

2.3.1. Definisi Remaja

Remaja (adolescent) adalah individu yang berkembang dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan (Neufeldt dan Guralnik, 1996). Sarwono (2003) mengemukakan definisi remaja yang dikemukakan WHO pada 1974. Disebut bahwa remaja adalah individu yang berkembang dari saat pertama kali ia


(23)

menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menuju dewasa, dan individu yang mengalami peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi menuju suatu kemandirian.

Rentang usia individu sebagai remaja berbeda-beda. Menurut Papaliat dkk (2004) individu pada masa remaja berusia antara 11 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut Dirgagunasa (2000) usia remaja yakni antara 12 tahun sampai dengan 21 tahun. Sarwono (2003) mengemukakan bahwa usia remaja berkisar antara 13 tahun sampai dengan 19 tahun, namun definisi remaja untuk masyarakat Indonesi adalah individu yang berusia antara 11 tahun sampai dengan 24 tahun dan belum menikah. WHO mendefinisikan bahwa seseorang digolongkan sebagai remaja saat berusia 10 sampai 20 tahun.

2.3.2. Perkembangan Remaja

Perkembangan Biopsikososial selama masa remaja

1. Masa remaja dini yaitu usia 10 tahun sampai 13 tahun, karakteristiknya menjadi mempunyai perhatian dengan tubuh yang berkembang, mulai mengembangkan lingkungan sosial di luar keluarga dan terpusat pada hubungan dengan teman sebaya.

2. Masa remaja pertengahan yaitu usia 14 tahun samapi 16 tahun, karakteristiknya perkembanga puberitas biasanya lengkap dari hasrat seksual muncul, kelompok teman sebaya menetapkan standar perilaku, kognisi mulai bersifat abstrak.

3. Masa remaja akhir yaitu usia 17 tahun sampai 21 tahun, karakteristiknya kematangan fisis lengakap, gambaran tubuh dan definisi peranan jenis kelamin sudah terjamin, narsisme menurun, ada proses memberi dan membagi idealistik, perkembangan kognitif lengkap (Asdie, 1999).

2.3.3. Karakteristik Perilaku Sosial Remaja

Menurut Az-za’balawi (2007) membagi karakteristik perilaku sosial remaja yaitu: 1. Setia kepada teman sebaya


(24)

Remaja terikat sangat erat dengan kelompok teman sebaya. Dia berupaya keras untuk bergabung dengan mereka dan berjuang untuk mengokohkan kedudukannya di sana, serta mengadopsi nilai-nilai perilaku yang dipegang oleh kelompoknya dengan sepenuh jiwa, perasaan, dan kesetiaannya. Itu karena remaja, di tengah teman-temannya merasakan adanya persamaan dan kesatuan tujuan dan perasaan.

2. Keinginan untuk menegaskan jati diri

Seiring perkembangan remaja, perilakunya memperlihatkan keinginan untuk menegaskan jati diri. Dalam pandangannya, dia bukan lagi seorang anak kecil yang tidak dibolehkan untuk berbicara atau mendengar. Remaja, pada pertengahan fase remaja, berusaha memiliki kedudukan di tengah kelompoknya. Dan agar kelompok tersebut mengakui jati dirinya, dia selalu ingin melakukan aksi-aksi yang memancing perhatian orang kepadanya.

3. Keinginan untuk melawan otoritas

Salah satu ciri khas perilaku remaja adalah keinginan untuk melawan kekuasaan. Ada sebab-sebab yang mendorong remaja memberontak terhadap otoritas keluarga, sekolah, dan masyarakat umum.

2.4. HIV/ AIDS 2.4.1. Definisi HIV

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyebabkan AIDS. Virus ini menyarang dan merusak sel-sel limfosit T CD4+ sehingga kekebalan penderita rusak dan rentan terhadap berbagai infeksi. Virus ini dibagi dalam 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2 yang masing-masing grup mempunyai subtipe lagi. HIV adalah retrovirus yang mampu mengkode enzim khusus, reverse transcriptase, yang memungkinkan DNA ditranskripsi dari RNA. Sehingga HIV dapat menggandakan gen mereka sendiri, sebagai DNA di dalam sel inang seperti limfosit helper CD4. DNA virus bergabung dengan gen limfosit dan hal ini adalah dasar dari infeksi kronis HIV. Penggabungan gen virus HIV pada sel inang ini merupakan rintangan berat untuk pengembangan antivirus terhadap HIV. Bervariasinya gen HIV dan kegagalan manusia (sebagai hospes) untuk mengeluarkan antibodi terhadap virus menyebabkan sulitnya pengembangan vaksinasi yang efektif terhadap HIV (Murtiastutik 2007).


(25)

Menurut WHO (2010) HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah retrovirus yang menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsi mereka.

Menutut Morgan dan Hamilton (2009) HIV merupakan retrovirus yang menurunkan kemampuan sistem imun. Sekali terjangkit, HIV menghasilkan suatu spektrum penyakit yang akan berkembang dalam kebanyakan kasus, mulai dari laten yang bersifat klinis atau status asimptomatik sampai kondisi AIDS, ditandai dengan hitung sel CD4 <200 atau adanya infeksi opurtunistik, tanpa memperhatikan hitung sel CD4.

Menurut Stine (2000) seseorang dikatakan positif menderita HIV/AIDS apabila jumlah T4 dalam darah kurang dari 200 ul.

2.4.2. Definisi AIDS

Menurut Murtiastutik (2007) AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome)

adalah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang didapat, disebabkan oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus).

2.4.3. Epidemiologi

Berdasarkan data dari UNAIDS (United Nation Programme on HIV/AIDS) tercatat dalam setiap hari, ada lebih dari 7000 orang di dunia terinfeksi HIV.

Dari data Laporan Kementerian Kesehatan Triwulan Kedua 2010 tertanggal 30 Juni 2010, dapat dilihat jumlah kumulatif kasus AIDS di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Di tahun 2000 tercatat 255 kasus AIDS yang terjadi di Indonesia, kemudian di tahun 2010 (Juni 2010) tercatat ada 21.770 kasus AIDS. Sekali lagi, perhitungan ini dilakukan secara kumulatif. Namun, terlepas dari itu, artinya dalam kurun waktu 10 tahun terjadi peningkatan kasus AIDS di Indonesia sebesar 85 kali lipat.


(26)

Berikut ini adalah statistik terakhir tantang perkembangan populasi HIV/ AIDS di dunia yang dipublikasikan UNAIDS/ WHO pada November 2007.

ODHA Perkiraan Kisaran

Total ODHA tahun 2007 33,2 juta 30,6-36,1 juta

Dewasa yang terinfeksi HIV dan AIDS tahun 2007 30,8 juta 28,2-33,6 juta Wanita yang terinfeksi HIV dan AID tahun 2007 15,4 juta 13,9-16,6 juta Anak-anak yang terinfeksi HIV dan AID tahun 2007 2,5 juta 2,2-2,6 juta Total infeksi baru HIV dan AID tahun 2007 2,5 juta 1,8-4,1 juta Dewasa yang terinfeksi baru HIV dan AID tahun

2007

2,1 juta 1,4-3,6 juta

Anak-anak atau balita yang terinfeksi baru HIV dan AID tahun 2007

0,42 juta 0,35-0,54 juta

Korban meninggal dunia karena AIDS 2007 2,1 juta 1,9-2,4 juta Korban meninggal dewasa karena AIDS 2007 1,7 juta 1,6-2,1 juta Korban meninggal anak-anak karena AIDS 2007 0,33 juta 0,31-0,38 juta

WHO (2007) juga menyatakan bahwa dari 33,2 juta populasi penderita AIDS di dunia, terdapat 7,4 juta jiwa yang bermukim di kawasan Asia Pasifik, dengan total korban meninggal sekitar 500.000 orang setiap tahunnya. Dalam laporannya tentang kondisi kerawanan AIDS di kawasan Asia, WHO dan UNAIDS memperingatkan bahwa Cina, India, dan Indonesia yang memiliki total populasi lebih dari 2,5 miliar jiwa, adalah tiga negara Asia yang berada pada titik yang di dalamnya infeksi HIV menjadi ancaman yang sangat serius. Perlu kita ingat bahwa tiga negara tersebut adalah tempat bermukimnya lebih dari 40% penduduk dunia saat ini. Jadi, meskipun populasi HIV dan AIDS di Asia lebih rendah daripada populasi HIV dan AIDS di sub-Sahara Afrika, populasi penduduk Asia jauh lebih banyak daripada populasi penduduk di Afrika. Ini artinya, di negara dengan tingkat populasi tinggi, angka ODHA yang sedikit sangat berpotensi melahirkan berjuta-juta kasus baru (Madyan, 2009).


(27)

2.4.4. Etiologi

HIV/AIDS disebabkan oleh dua jenis retrovirus yang berkaitan, dikenal dengan HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 kerap ditemukan di Afrika Tengah dan Timur, Amerika, Eropa, serta Asia. HIV-2 kerap ditemukan di Afrika Barat, Prancis dan Portugal. Retrovirus ditransmisikan melalui pertukaran cairan tubuh (misalnya semen, darah, dan saliva) atau melalui transfusi produk darah. Individu yang terinfeksi akan mendapat uju HIV negatif selama beberapa minggu dan kemungkinan selama 1 tahun. Kecepatan perkembangan penyakit ini bervariasi. Waktu rekaan perkembangan AIDS adalah 10 tahun. Sekitar 19% individu yang terinfekso HIV akan berkembang menjadi AIDS dalam 17-20 infeksi (Morgan dan Hamilton, 2009).

Menurut Borucki (1997) Retrovirus secara umum dibagi menjadi dua kelas yaitu transforming retroviruses (onkogenik) dan non transforming retroviruses (lentivirus).

2.4.5. Klasifikasi

CDC menetapkan tiga kategori HIV/AIDS

1. Kategori A : Infeksi HIV tanpa menunjukkan gejala.

b. Infeksi HIV primer akut yang ditandai dengan demam, malaise, limfadenopati, dan ruam kulit.

c. Limfadenopati menyeluruh yang persisten tanpa menunjukkan gejala. 2. Kategori B : Kondisi simptomatik yang tidak termasuk kategori A atau C. a. Kandidiasis vulvovaginal-persisten lebih dari sebulan, kurang berespons

terhadap pengobatan. b. Kandidiasis orofaring. c. Angiomatosis basilaris.

d. Displasia serviks berkembang cepat menjadi karsinoma in situ. e. Gejala umum, seperti demam atau diare lebih dari sebulan 3. Kategori C : AIDS

a. Hitung sel CD4 <200. b. Infeksi opurtunistik


(28)

- Sarkoma kaposi.

- Pneumonia Pneumocystis carinii.

- Limfoma Non-Hodgkin. - Ensefalitis toxoplasma.

- Diseminata mycobacterium avium complex (MAC) - Tuberculosis

c. Malnutrisi berat, penurunan berat badan, dan kematian (Morgan dan Hamilton, 2009).

2.4.6. Gejala klinis dan kriteria diagnosis

Menurut Budimulja dan Daili (2008) pembagian tingkat klinis penyakit infeksi HIV/ AIDS yaitu:

1. Tingkat klinis satu (asimptomatik/ Limfadenopati Generalisata Persisten (LGP)).

Tanpa gejala sama sekali, LGP. Pada tingkat ini penderita belum mengalami kelainan dan dapat melakukan aktivitas normal.

2. Tingkat klinis dua (dini).

Terjadi penurunan berat badan kurang dari 10%, kelainan mulut dan kulit yang ringan misalnya dermatitis seboroik, prurigo, onikomikosis, ulkus pada mulut yang berulang dan keilitis angularis. Herpes zoster yang timbul pada lima tahun terakhir, dan infeksi saluran nafas bagian atas berulang misalnya sinusitis. Pada tingkat ini penderita sudah menunjukkan gejala, tetapi aktivitas masih normal.

3. Tingkat klinis tiga (menengah).

Terjadi penurunan berat badan lebih dari 10%, diare kronik lebih dari satu bulan tanpa diketahui sebabnya, demam yang tidak diketahui sebabnya selama lebih dari satu bulan hilang timbul maupun terus menerus, kandidosis mulut, bercak putih berambut di mulut, tuberkulosis paru setahun terakhir, infeksi bacterial berat misalnya pneumonia.

4. Tingkat klinis empat (lanjut).

Badan menjadi kurus yaitu berat badan turun lebih dari 10% dan diare kronik tanpa diketahui sebabnya selama lebih dari satu bulan atau kelemahan kronik dan


(29)

demam tanpa diketahui sebabnya lebih dari satu bulan, Pneumonia Pneumocystis carinii, tksoplasmosis otak, kriptokokosis di luar paru, infeksi sitomegalo virus pada organ tubuh kecuali limfa, hati atau kelenjar getah bening, infeksi virus herpes simpleks di mukokutan lebih dari satu bulan, tuberkulosis di luar paru, limfoma, sarcoma Kaposi, ensefalopati HIV.

2.4.7. Patogenesis

Cara penularan terutama melalui darah, cairan tubuh, dan hubungan seksual. Virus HIV di temukan dalam jumlah dalam jumlah besar dalam cairan spermadan darah, sedangkan dalam jumlah kecil ditemukan dalam air liur dan air mata (Budimulja dan Daili, 2008).

Virus biasanya masuk tubuh dengan menginfeksi sel Langerhans di mukosa rektum atau mukosa vagina yang kemudian bergerak dan bereplikasi di kelenjar getah bening stempat. Virus kemudian disebarkan melalui viremia yang disertai dengan sindrom dini akut berupa panas, mialgia dan artralgia (Bratawidjaja, 2006).

Kemudian virus menginfeksi sel CD4+, makrofag dan sel dendritik dalam darah dan organ limfoid, (Bratawidjaja, 2006). Sebagain besar infeksi dan prose neoplastik kulit pada penderita HIV diubah dan difasilitasi oleh hilangnya sel CD4 sistem imun (Murtiastutik, 2008).

Hewan model yang menunjukkan sel Langerhans sebagai target seluler pertama dari virus, yang bergabung dengan limfosit CD4 dan menyebar ke jaringan yang lebih dalam. Pada penelitian dengan subjek manusia, glikoprotein 120, envelope protein virus, mengikat molekul CD4, masuknya glikoprotein 120 ke sel membutuhkan coreseptor, CCR5, yang merupakan reseptor kemokin permukaan. Terjadinya viremia plasma yang cepat dengan menyebarnya diseminasi virus terlihat setelah inokulasi virus (Murtiastutik, 2008).

Pada manusia, viremia terjadi 4-11 hari setelah virus masuk mukosa. Angka replikasi virus menurun dengan respons imun spesifik virus pada hospes diperantarai oleh limfosit sitotoksik yang terutama bertarget melawan virus. Beberapa faktor soluble mensekresi sel CD8 yang dapat memberi konstribusi pada


(30)

penurunan banyaknya virus. Setelah kejadian ini set point virus dikembangkan (Murtiastutik, 2008).

Dalam folikel limfoid, virus terkonsentrasi dalam bentuk kompleks imun yang diikat SD. Meskipun hanya kadar rendah virus diproduksi dalam fase laten, destruksi sel CD4+ berjalan terus dalam kelenjar limfoid. Akhirnya jumlah sel CD4+ dalam sirkulasi menurun. Hal itu dapat memerlukan beberapa tahun. Kemudian menyusul fase prosresif kronis dan penderita menjadi rentan terhadap berbagai infeksi oleh kuman nonpatogenik (Bratawidjaja, 2006).

Sistem imun dikuasai oleh virus yang berproliferasi cepat di seluruh tubuh. Bila sel CD4 turun di bawah 100/ ul, infeksi opurtunistik dan keganasan meningkat. Demensia HIV dapat terjadi akibat bertambahnya virus di otak (Bratawidjaja, 2006).

2.4.8. Diagnosis

Dalam Murtiastutik (2008) WHO menetapkan kriteria diagnosis AIDS sebagai berikut:

1. Dewasa

Definisi kasus AIDS dicurigai bila paling sedikit mempunyai dua gejala mayor dan satu gejala minor dan tidak terdapat sebab-sebab penekanan imun yang lain yang diketahui, seperti kanker, malnutrisi berat atau sebab-sebab lain.

Gejala mayor

1. Penurunan berat badan lebih dari 10% berat badan 2. Diare kronis lebih dari satu bulan

3. Demam lebih dari satu bulan Gejala minor

1. Batuk-batuk selama lebih dari satu bulan 2. Pruritus dermatitis menyeluruh

3. Infeksi umum yang rekuren (missal herpes zoster) 4. Kandidiasis orofaringeal

5. Infeksi herpes simpleks kronis progresi atau yang meluas 6. Limfadenopati generalisata


(31)

Adanya Sarkoma Kaposi meluas atau meningitis cryptococal sudah cukup untuk menegakkan AIDS. Tetapi cara ini sensitivitas dan spesifisitasnya yang sangat rendah.

2. Anak Gejala mayor

1. Berat badan turun atau pertumbuhan lambat yang abnormal 2. Diare kronis lebih dari satu bulan

3. Demam lebih dari satu bulan Gejala minor

1. Limfadenopati generalisata 2. Kandidiasis orofaringeal

3. Infeksi umum yang rekuren (missal herpes zoster) 4. Batuk-batuk selama lebih dari satu bulan

5. Ruam kulit yang menyeluruh

Konfirmasi infeksi HIV pada ibunya dihitung sebagai kriteria minor.

Penegakan diagnosis juga dilakukan melalui pemeriksaan serum atau cairan tubuh lain (cerebrospinal fluid) penderita untuk mendeteksi adanya anti HIV (Murtiastutik, 2008). Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan tiga jenis Elisa yang berbeda (Budimulja dan Daili, 2008). Saat ini tersedia tiga metode yaitu terdiri dari Indirect Elisa, Competitive Elisa, Sandwich Elisa of Agglutination

(Murtiastutik, 2008). Bila hasilnya non reaktif tetapi klinis diduga menderita AIDS perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk konfirmasi dengan metode Western Blot (Budimulja dan Daili, 2008). Menurut Murtiastutik (2008) pada pemeriksaan ini akan didapatkan pita presipitasi yang terjadi melalui proses elektroforesis dari antigen dan antibodi HIV, sehingga dapat diketahui apakah semua komponen virus dan antibodinya sudah sesuai. Cara ini lebih spesifik tetapi memerlukan biaya yang lebih mahal.


(32)

2.4.9. Pencegahan

Menurut Budimulja dan Daili (2008) berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi penularan penyakit AIDS yaitu:

1. Kontak seksual harus dihindari dengan orang yang diketahui menderita AIDS dan orang yang sering menggunakan obat bius secara intravena.

2. Mitra seksual multipel atau hubungan sekaual dengan orang yang mempunyai banyak teman kencan seksual, memberikan kemungkinan lebih besar mendapat AIDS.

3. Cara hubungan seksual yang dapat merusak selaput lendir rektal, dapat memperbesar kemungkinan mendapatkan AIDS.

4. Kasus AIDS pada orang yang menggunakan obat bius intravena dapat dikurangi dengan cara memberantas kebiasaan buruk tersebut dan melarang penggunaan jarum suntik bersama.

5. Semua orang yang tergolong beresiko tinggi AIDS seharusnya tidak menjadi donor.

6. Para dokter harus ketat mengenai indikasi medis transfusi darah autolog yang dianjurkan untuk dipakai.

2.4.10. Pengobatan. Tujuan pengobatan

Pengobatan penderita dengan penyakit defisiensi imun umumnya ditujukan untuk mengurangi kejadian dan dampak infeksi dengan menjauhi subjek dengan penyakit menular, memantau dengan baik penderita terhadap infeksi, menggunakan antiviral/ antibakteri yang benar, imunisasi aktif atau pasif bila memungkinkan dan memperbaiki komponen system imun yang defektif dengan transfer pasif atau transplantasi (Bratawidjaja, 2006).

1. Pemberian obat antivirus

Menurut Budimulja dan Daili (2008) obat yang digunakan untuk pengobatan HIV/AIDS ialah kombinasi tiga obat antiretroviral yaitu:

1. Zidovudin (AZN) Dosis: 500-600 mg sehari


(33)

2. Lamivudin(3TC)

Dosis: 150 mg sehari dua kali 3. Neviropin

Dosis: 200 mg sehari selama 14 hari, kemudian 200 mg sehari 2 kali.

Menurut Bratawidjaja (2006) ada dua jenis obat antivirus yang digunakan untuk mengobatiinfeksi HIV/ AIDS. Analog nukleotide mencegah aktivitas

reverse transkriptase seperti Timidine-AZT, dideoksinosin dan dideoksisitidin yang dapat mengurangi kadar RNA HIV dalam plasma.

2. Transfusi

Menurut Bratawidjaja (2006) transfusi diberikan dalam bentuk neutrofil kepada subjek dengan defisiensi fagosit dan pemberian limfosit autologus yang sudah menjalani transfeksi dengan gen adenosin deaminase (ADA) untuk mengobati Severe Combined Immunodeficiency.

3. Transplantasi

Transplantasi timus fetal atau stem cell dari sumsum tulang untuk memperbaiki kompetensi imun (Bratawidjaja, 2006).

4. Terapi genetik

Terapi gen somatik menunjukkan harapan dalam terapi penyakit genetik. Prosedur tersebut antara lain menyisipkan gen normal ke populasi sel yang terkena penyakit. Hasil sementara menunjukkan bahwa limfosit T perifer mempunyai kemampuan terbatas untuk berproliferasi. Untuk pengobatan jangka panjang akan diperlukan penyisipan gen ke sel asal sumsum tulang yang pleuripoten (Bratawidjaja, 2006).


(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1. Skema Kerangka Konsep Penelitian 3.2. Definisi Operasional

1. Pengetahuan tentang HIV/ AIDS adalah segala sesuatu yang diketahui dan dimengerti oleh responden tentang HIV/ AIDS.

2. Sikap tentang HIV/ AIDS adalah tanggapan atau respon responden terhadap pernyataan yang diberikan tentang HIV/ AIDS.

3. HIV/ AIDS adalah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh.

HIV/ AIDS Tingkat pengetahuan


(35)

Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur dan Skala Ukur

Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur

Pengetahuan Pengetahuan pelajar SMA tentang HIV/

AIDS

Kuesioner Baik, apabila menjawab benar >75% Sedang, apabila menjawab benar 40-75% Kurang, apabila menjawab benar <40% Ordinal

Sikap Tanggapan atau reaksi pelajar SMA tentang HIV/

AIDS

Kuesioner Baik, apabila menjawab benar >75% Sedang, apabila menjawab benar 40-75% Kurang, apabila menjawab benar <40% Ordinal

Teknik Penilaian dan Scoring pada Kuesioner

1. Sepuluh pertanyaan mengenai pengetahuan responden tentang HIV/ AIDS. Penilaian tingkat pengetahuan responden berdasarkan sistem skor sebagai berikut:


(36)

Tabel 3.2. Score Pertanyaan pada Kuesioner Pengetahuan

Pertanyaan Skor

A B C

1. 0 1 0

2. 0 0 1

3. 1 0 0

4. 0 0 1

5. 1 0 0

6. 1 0 0

7. 0 1 0

8. 1 0 0

9. 0 1 0

10. 0 1 0

2. Sepuluh pertanyaan mengenai sikap responden tentang HIV/ AIDS. Penilaian sikap responden berdasarkan sistem skor sebagai berikut:

Tabel 3. 3. Score Pertanyaan pada Kuesioner Sikap

Pertanyaan Skor

Setuju Kurang Setuju

Tidak setuju

1. 2 1 0

2. 2 1 0

3. 2 1 0

4. 0 1 2

5. 2 1 0

6. 0 1 2

7. 2 1 0

8. 2 1 0

9. 2 1 0


(37)

Pengukuran tingkat pengetahuan, dan sikap pelajar SMA tentang HIV/ AIDS berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan responden menggunakan skala pengukuran Pratomo (1966) dengan definisi sebagai berikut:

1. Baik, apabila jawaban responden benar lebih dari 75% dari nilai tertinggi. 2. Sedang, apabila jawaban responden benar antara 40% sampai 75% dari

nilai tertinggi.

3. Kurang, apabila jawaban responden benar kurang dari 40% dari nilai tertinggi.

Dengan demikian, penilaian terhadap pengetahuan responden berdasarkan sistem skoring, yaitu:

1. Skor 8 sampai 10 : Baik 2. Skor 4 sampai 7 : Sedang 3. Skor di bawah 4 : Kurang

Dengan demikian, penilaian terhadap sikap responden berdasarkan sistem skoring, yaitu:

1. Skor 16 sampai 20 : Baik 2. Skor 8 sampai 15 : Sedang 3. Skor di bawah 8 : Kurang


(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan Cross

Sectional Study yang menggambarkan tingkat pengetahuan dan sikap pelajar

tentang HIV/ AIDS di SMA Negeri Siabu Mandailing Natal. 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2011 sampai Oktober 2011. 4.2.2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di SMA Negeri Siabu Kabupaten Mandailing Natal.

Alasan penentuan lokasi ini adalah:

1. SMA Negeri Siabu Mandailing Natal merupakan SMA yang penyuluhan-penyuluhan tentang HIV/ AIDS masih sangat kurang pelaksanaannya. 2. Belum ada yang melakukan penelitian tentang pengetahuan dan sikap

pelajar SMA Negeri Siabu Mandailing Natal tentang HIV/ AIDS.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pelajar SMA Negeri Siabu Mandailing Natal Tahun 2011. Yang menjadi populasi peneliti dalam penelitian ini terdiri dari SMA Negeri 1 sekitar 690 orang, SMA Nagajuang sekitar 320 orang, dan MAN Siabu sekitar 250 orang. Jadi, jumlah populasinya adalah sekitar 1260 orang.


(39)

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi. Rumus perhitungan besar sampel untuk penelitian ini menggunakan data proporsi yaitu populasi finit (terbatas), formulanya seperti berikut:

N. Z21-α/2 p. (1-p)

n =

(N-1) d2+Z21-α/2. p. (1-p) 1260. (1,96)2 0,5 (1-0,5)

n =

(1259-1) (0,1)2(1,96)2 0,5 (1-0,5) = 100,07

Keterangan:

N = jumlah populasi n = besar sampel minimum

d = tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan (10%) Z1-α/2= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu P = harga proporsi di populasi

Sehingga didapat sampel sebanyak 100,07 orang dan dibulatkan menjadi 102 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode acak sederhana (simpel random sampling).

Metode simpel random sampling adalah metode penarikan sampel dimana

masing-masing subjek atau unit populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Dalam penarikan sampel, peneliti melakukan undian tiap kelas pada masing-masing sekolah. Yang terdiri dari kelas satu, kelas dua, dan kelas tiga. Kelas-kelas yang terpilih dalam undian akan menjadi sampel peneliti. Kriteria Inklusi

1. Pelajar SMA Negeri Siabu Mandailing Natal 2. Pelajar yang bersedia menjadi sampel


(40)

Kriteria Eksklusi

1. Pelajar yang tidak bersedia menjadi sampel

4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan metode angket dengan menggunakan instrumen kuesioner. Kuesioner terdiri dari 20 pertanyaan yang dibuat berdasarkan variabel yang diukur. Masing-masing antara lain:

1. Sepuluh pertanyaan untuk menilai pengetahuan responden tentang HIV/ AIDS.

2. Sepuluh pertanyaan untuk menilai sikap responden tentang HIV/ AIDS. 4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat pada masing-masing sekolah tersebut yang berhubungan dengan jumlah pelajar di tiap sekolah.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data 4.5.1. Uji Validitas

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini akan diuji validasi dengan menggunakan teknik korelasi product moment dengan menggunakan program SPSS 17.0. Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam uji validitas dan ini adalah sebanyak 20 orang.

4.5.2. Uji Reliabilitas

Setelah uji validasi dilakukan hanya pada soal-soal yang telah dinyatakan valid saja yang akan diuji reliabilitasnya, yaitu dengan menggunakan teknik

cronbach (cronbach alpha). Kemudian untuk menentukan reliabilitas bisa dilihat dari nilai alpha jika nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel maka dikatakan reliabel.


(41)

Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan reabilitas Pertanyaan Korelasi

pearson Status Alpha Status

1 0,627 Valid 0,809 Reliabel

2 0,789 Valid Reliabel

3 0,712 Valid Reliabel

4 0,542 Valid Reliabel

5 0,550 Valid Reliabel

6 0,506 Valid Reliabel

7 0,607 Valid Reliabel

8 0,644 Valid Reliabel

9 0,511 Valid Reliabel

10 0,622 Valid Reliabel

11 0,705 Valid 0,879 Reliabel

12 0,519 Valid Reliabel

13 0,805 Valid Reliabel

14 0,630 Valid Reliabel

15 0,647 Valid Reliabel

16 0,755 Valid Reliabel

17 0,794 Valid Reliabel

18 0,638 Valid Reliabel

19 0,663 Valid Reliabel

20 0,784 Valid Reliabel

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu

1. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.

Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan mewawancarai ulang responden.


(42)

2. Coding

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

3. Entri

Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer.

4. Cleaning Data

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

5. Saving

Penyimpanan data untuk siap dianalisis.

6. Analisis data

Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi, menggunakan program komputer SPSS 17.0 (Statistical Product and Service Solutions) dan akan disajikan dalam tabel distrubusi frekuensi.

SPSS merupakan paket program statistik yang berguna untuk mengolah dan menganalisis data penelitian.


(43)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5. 1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di SMA Negeri 1 Siabu, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Siabu, dan SMA Negeri 1 Naga Juang. Lokasi tersebut masing-masing yaitu SMA Negeri 1 Siabu berada di Jalan Aek Milas Nomor 1 Siabu Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Siabu berada di Jalan Medan Padang Kilometer 53 Huraba Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal dan berada di SMA Negeri 1 Naga Juang di Koplek Perkantoran Kecamatan Naga Juang Banua Simanosor.

5. 2. Deskripsi Karakteristik Responden

Terdapat 102 pelajar SMA yang ikut serta dalam penelitian ini. Dari keseluruhan siswa-siswi, gambaran karakteristik yang diamati adalah jenis kelamin.

Jenis Kelamin

Data lengkap mengenai distribusi frekuensi jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 34 33,3

Perempuan 68 66,7

Total 102 100.0

Dari tabel 5.1 di atas terlihat bahwa kelompok jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan jenis kelamin laki-laki, yaitu jenis kelamin perempuan berjumlah 68 orang (66,7%) dan jenis kelamin laki-laki berjumlah 34 orang (33,3%).


(44)

5.3. Hasil Analisis Data dan Pembahasan 5.3.1. Hasil Analisis Data

Pengetahuan

Hasil uji terhadap pengetahuan pelajar tentang HIV/ AIDS di SMA Negeri 1 Siabu, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Siabu, dan SMA Negeri 1 Naga Juang di Mandailing Natal yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut:

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Pengetahuan Respnden Mengenai HIV/ AIDS

Variabel Kategori N Persentase (%)

Pengetahuan Baik 41 40,2

Sedang 59 57,8

Kurang 2 2,0

Total 102 100.0

Dari tabel 5.2 di atas dapat dilihat bahwa tingkat pelajar SMA dengan kategori baik berjumlah 41 orang (40,2%), tingkat pengetahuan dengan kategori sedang berjumlah 59 orang (57,8%) dan tingkat pengetahuan dengan kategori kurang berjumlah 2 orang (2,0%).

Untuk lebih jelasnya, data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden mengenai pengetahuan tentang HIV/ AIDS dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut:


(45)

Tabel 5.3 Distribusi Jawaban Responden Mengenai HIV/ AIDS

No Pertanyaan Benar Salah

N % N %

1. Apakah kepanjangan dari HIV? 68 66,7 34 33,3 2. Apakah kepanjangan dari AIDS? 65 63,7 37 36,3 3. Apakah yang dimaksud dengan HIV? 80 78,4 22 21,6 4. Apakah yang dimaksud dengan AIDS? 20 19,6 82 80,4 5. Menurut anda jenis penyakit apakah 95 93,1 7 6,9 HIV/AIDS itu?

6. Apakah yang menjadi penyebab 96 94,1 6 5,9 penyakit AIDS?

7. Menurut anda siapakah di bawah ini yang 62 60,8 40 39,2 paling rendah berisiko terkena HIV/AIDS?

8. Bagaimanakah cara penularan HIV/AIDS?96 94,1 6 5,9

9. Bagaimanakah caranya agar terhindar dari 97 95,1 5 4,9 HIV/AIDS?

10. Manakah di antara berikut yang paling 49 48,0 53 52,0 berguna untuk mencegah infeksi HIV?

Dari tabel 5.3 di atas terlihat bahwa pertanyaan yang paling banyak benar ialah pertanyaan kesembilan yakni berjumlah 97 orang (95,1%) sedangkan pertanyaan yang paling sedikit benar ialah pertanyaan keempat yakni berjumlah 20 orang (19,6%).

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang

N % N % N %

Laki-laki 17 50,0 17 50,0 0 0,0 Perempuan 24 35,3 42 61,8 2 2,9


(46)

Dari tabel 5.4 di atas terlihat bahwa jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan baik yang paling banyak ialah perempuan yakni 24 orang (35,3%) sedangkan jenis kelamin laki-laki tingkat pengetahuan baik paling sedikit yakni 17 orang (50,0%), kemudian tingkat pengetahuan sedang paling banyak pada perempuan yakni 42 orang (61,8%) sedangkan laki-laki 17 orang (50,0%).

Sikap

Hasil uji terhadap sikap pelajar tentang HIV/ AIDS di SMA Negeri 1 Siabu, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Siabu, dan SMA Negeri 1 Naga Juang di Mandailing Natal yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut:

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Terhadap Sikap Responden Mengenai HIV/ AIDS

Variabel Kategori N Persentase (%)

Sikap Baik 18 17,6

Sedang 79 77,5

Kurang 5 4,9

Total 102 100.0

Dari tabel 5.5 di atas terlihat bahwa sikap pelajar dengan kategori baik berjumlah 18 orang (17,6%), sikap untuk kategori sedang berjumlah 79 orang (77,5%) dan untuk kategori kurang berjumlag 5 orang (4,9%).

Untuk lebih jelasnya, data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden mengenai sikap tentang HIV/ AIDS dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut:


(47)

Tabel 5.6 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Sikap tentang HIV/ AIDS

No Pertanyaan S KS TS

N % N % N % 1. Pemakaian Narkoba suntik berisiko 63 61,8 28 27,5 11 10,8

terkena HIV/ AIDS

2. HIV/AIDS tidak ditularkan 45 44,1 39 38,2 18 17,6 melalui percikan batuk dari

penderitanya

3. HIV/AIDS dapat ditularkan 76 74,5 22 21,6 4 3,9 jika terjadi kontak antara

darah penderita AIDS dengan kulit atau bagian tubuh seseorang yang terluka

4. Penderita AIDS boleh 33 32,4 33 32,4 36 35,3 menggunakan toilet umum

5. HIV/AIDS tidak menular melalui 58 56,9 17 16,7 27 26,5 gigitan serangga

6. Kondom boleh dijual di tempat 64 62,7 27 26,5 11 10,8 umum

7. Kondom dapat membantu 63 61,8 19 18,6 20 19,6 mencegah penularan HIV/AIDS

8. Wanita lebih rentan terhadap 43 42,2 38 37,3 21 20,6 HIV/AIDS dibandingkan laki-laki

9. Penderita penyakit HIV/AIDS 9 8,8 43 42,2 50 49,0 bekerja di tempat umum

10. Berganti pasangan merupakan 85 83,3 9 8,8 8 7,8 salah satu perilaku yang beresiko

untuk terkena HIV/AIDS


(48)

Dari tabel 5.6 terlihat bahwa jawaban setuju pelajar yang paling banyak terdapat pada pertanyaan kesepuluh yakni berjumlah 85 orang (83,3%), sedangkan jawaban setuju yang paling sedikit terdapat pada pertanyaan kesembilan yakni 9 orang (8,8%). Dan jawaban kurang setuju pelajar yang paling banyak terdapat pada pertanyaan kesembilan yakni 43 orang (42,2%) sedangkan jawaban kurang setuju yang paling sedikit terdapat pada pertanyaan kesepuluh yakni 9 orang (8,8%). Serta jawaban tidak setuju pelajar yang paling banyak terdapat pada pertanyaan kesembilan yakni 50 orang (49,0%) sedangkan jawaban tidak setuju yang paling sedikit terdapat pada pertanyaan ketiga yakni 4 orang (3,9%).

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Sikap Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang

N % N % N %

Laki-laki 6 17,6 27 79,4 1 2,9 Perempuan 12 17,6 52 66,5 4 5,9

Dari tabel 5.7 di atas terlihat bahwa jenis kelamin dengan sikap kategori baik yang paling banyak ialah perempuan yakni 12 orang (17,6%) sedangkan jenis kelamin laki-laki sikap dengan kategori baik paling sedikit yakni 6 orang (17,6%), kemudian sikap dengan kategori sedang paling banyak pada perempuan yakni 52 orang (66,5%) sedangkan laki-laki 27 orang (79,4%).

5.3.2. Pembahasan

Dari hasil analisis data dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dan sikap pelajar mengenai HIV/ AIDS paling banyak berada dalam kategori sedang yaitu untuk tingkat pengetahuan sebanyak 59 orang (57,8%) dan untuk sikap sebanyak 79 orang (77,5%). Dari hasil penelitian sebelumnya oleh Wijaya (2009) tingkat pengetahuan responden mengenai HIV/ AIDS paling banyak pada kategori baik


(49)

yaitu sebesar 54,8% sedangkan sikap dalam mencegah HIV/AIDS paling banyak berada dalam kategori cukup sebesar 72,0%. Hasil penelitian Multaji (2011) menunjukkan bahwa hampir setengah dari 92 responden yaitu 35 responden (38 %) mempunyai pengetahuan cukup, 32 responden (34.8 %) mempunyai pengetahuan baik dan 25 responden (27.2 %) mempunyai pengetahuan kurang tentang HIV / AIDS. Dari hasil diatas masih terdapat responden yang mempunyai pengetahuan kurang.

Berdasarkan hasil analisis data distribusi frekuensi hasil uji pengetahuan berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat bahwa pada responden dengan jenis kelamin laki-laki didapatkan tingkat pengetahuan dengan kategori baik sebanyak 17 orang (50,0%) dan perempuan sebanyak 24 orang (35,3%). Kemudian sikap berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki didapatkan sikap dengan kategori baik sebanyak 6 orang (17,6%) dan perempuan sebanyak 12 orang (17,6%). Hasil penelitian dari Abdeyazdan dkk (2008) menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan terhadap HIV/ AIDS memiliki perbedaan yang tidak begitu bermakna. Dan sikap dengan jenis kelamin laki-laki yang memiliki kategori baik yaitu sebanyak 41 orang (24,2%), untuk jenis kelamin perempuan sebanyak 38 orang (22,5%)

Dari hasil penelitian ini tergambar bahwa tingkat pengetahuan dan sikap pelajar rata-rata masih dalam kategori sedang dan juga masih ada pelajar yang memiliki tingkat pengetahuan dan sikap dalam kategori kurang.


(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, kesimpulan yang didapat adalah: 1. Tingkat pengetahuan pelajar dengan kategori baik 41 orang

(40,2%), tingkat pengetahuan dengan kategori sedang 59 orang (57,8%) dan pelajar dengan tingkat pengetahuan kategori kurang adalah 2 orang (2,0%).

2. Sikap pelajar dengan kategori baik 18 orang (17,6%), sikap dengan kategori sedang 79 orang (77,5%) dan sikap pelajar kategori kurang 5 orang (4,9%).

6.2. Saran

Dalam penelitian ini kebanyakan pelajar memiliki tingkat pengetahuan dan sikap dengan kategori sedang, peneliti menyarankan agar:

1. Masih perlunya ditingkatkan pengetahuan dan sikap tentang HIV/ AIDS, karena HIV/ AIDS merupakan salah satu penyakit yang angka kematiannya tinggi, sehingga kedepannya diharapkan pelajar-pelajar sudah mempunyai pengetahuan dan sikap yang lebih baik lagi.

2. Perlunya ditingkatkan penyuluhan-penyuluhan kesehatan khususnya mengenai HIV/ AIDS agar pelajar-pelajar lebih mengetahui bahaya-bahaya dan risiko dari penyakit HIV/ AIDS.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Abdeyazdan, Z., Sadeghi, N., 2008. Knowledge and attitude toward AIDS/HIV

among senior school students in Isfahan. Diperoleh dalam:

http://journals.sbmu.ac.ir. [Diakses 1 Desember 2011].

Asdie, A.H., 1999. Masalah Kesehatan Remaja. Dalam: Prinsip-Prinsip

IlmuPenyakit Dalam (Harrison’s Principles of Internal Medicine). Jakarta: EGC, 31-34.

Averting HIV and AIDS (AVERT)., 2011. HIV and AIDS in South

Africa.International HIV and AIDS Charity. Diperoleh dalam:

http://avert.org/aidssouthafrica.htm. [Diakses 27 Mei 2011].

Averting HIV and AIDS (AVERT)., 2011. HIV and AIDS in Asia. International HIV and AIDS Charity. Diperoleh dalam: http://avert.org/aids-asia.htm. [Diakses 27 Mei 2011].

Az-za’balawi, S.M., 2007. Pendidikan Remaja antara Islam dan Ilmu Jiwa.

Jakarta: Gema Insani Press, 172-176.

Baratawidjaja, K.G., 2006. Imunologi Dasar. Jakarta: FK UI, 349-357.

Dalimunthe, E.M., 2008. Perilaku Mahasiswa Universitas Sumatera Utara tentang Penularan HIV di Kota Medan tahun 2008. Medan. Diperoleh dalam: Repository usu.ac.id. [Diakses 12 Maret 2011].


(52)

Djuanda, A., 2008. Acquired Immune Deficiency Syndrome. Dalam: Unandar Budimulja dan Sjaiful Fahmil Daili. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.

Jakarta: FK UI, 427-432.

Joint United Nation Organization Programme on HIV/ AIDS (UNAIDS) and

(WHO)., 2007. Aids Epidemic Update, 55-64.

Joint United Nation Organization Programme on HIV/ AIDS (UNAIDS)., 2010. 2008

World Health Organization UNAIDS Annual Report, 18-20.

Joint United Nation Organization Programme on HIV/ AIDS (UNAIDS)., 2009. Worldwide HIV/ADIS Statistik. Geneva, Joint United Nation Organization

Programme on HIV/ AIDS (UNAIDS). Diperoleh dalam:

http://avert.org/worldstats.htm. [Diakses 6 Maret 2011].

Komisi Penanggulangan AIDS Nasional., 2002. Laporan Eksekutif Mentri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Ancaman HIV/AIDS di Indonesia

Lebih Nyata. Komisi Penanggulangan AIDS Indonesia, Jakarta.

Komisi Penanggulangan AIDS Nasional., 2007. Strategi Nasional Penanggulangan HIV/ AIDS 2007-2010. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Diperoleh dalam: http://undp.or.id/programme/pro-poor/pdf. [Diakses 3 Maret 2011].

Komisi Penanggulangan AIDS., 2010. Laporan Kementerian Kesehatan Triwulan

Kedua 2010. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Diperoleh dalam: http://aidsindonesia.or.id. html. [Diakses 7 Maret 2011].

Komunitas AIDS Indonesia., 2011. Komunitas AIDS Indonesia. Diperoleh dalam: http://aids-ina.org. [Diakses 12 Maret 2011].


(53)

Lansky, Amy PhD., Brooks, John T MD., DiNenno, Elizabeth PhD., Heffelfinger, James MD, MPH., Hall, H Irene PhD., Mermin, Jonathan MD, MPH., 2010. Epidemiology of HIV in the United States. JAIDS Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes. Diperoleh dalam:

http://journals.lww.com/jaids/Fulltext/2010/12152/Epidemiology_

of_HIV in_the_United_States.2.aspx

. [Diakses 27 Mei 2011]

.

Madyan, A.S., 2009. Aids dalam Islam:Krisis Moral atau Krisis Kemanusiaan. Bandung: Mizan, 48-50.

Maulana, H.D.J., 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC, 199-202.

Medan Bisnis., 2011. Medan Penyumbang Terbesar Kasus HIV/ AIDS di SUMUT.

Diperoleh dalam:

http://medanbisnisdaily.com/news/read/2011/02/22/20699/medan_penyum bang_terbesar_kasus_hivaids_di_sumut/. [Diakses 27 Mei 2011].

Morgan, G., Hamilton, C., 2009. Human Immunodeficiency Virus/ Acquired

Immunodeficiency Syndrome (HIV/ AIDS). Dalam: Obstetri dan

Ginekologi. Jakarta, EGC, 227-235.

Multaji., 2011. Tingkat Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS di SMA N 1

Torjun Kabupaten Sampang Madura. Diperoleh dalam:

http://share.stikesyarsis.ac.id. [Diakses 1 Desember 2011].

Muma, R.D., 1997. Etiologi dan Patogenesis. Dalam: Michael J. Borucki MD.

HIV Manual untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta:EGC.

Muninjaya., 1999. AIDS Masalah dan Kebijakan Penanggulangannya. Jakarta:EGC, 20-40.


(54)

Murtiastutik, D., 2008. AIDS. Dalam: Infeksi Menular Seksual. Surabaya: Airlangga University Press, 211-220.

Notoatmodjo, S., 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S., 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Dalam : Notoatmodjo, S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta, 143-149.

Sarwono, S.W., 2003. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Simanjuntak, S.M., 2006. Gambaran Perilaku Remaja tentang HIV/ AIDS di SMU

Negeri 3 Medan. Medan. Diperoleh dalam: Repository usu.ac.id. [Diakses

12 Maret 2011].

Stine, G.J., 2000. Aids Update 2000: University of North Florida, Jacksonville. Sudarman, M., 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika, 30-35. Valentini, V., Nisfiannoor, M., 2006. Identity Achievement dengan Intimacy pada Remaja SMA. Dalam: Jurnal Provitae. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara dan Yayasan Obor Indonesia, 1-9.

Wahyuni, A.S., Metode Penarikan Sampel dan Besar Sampel. Dalam: Statistika

Kedokteran. Medan, 108-122.

Wijaya, C., 2009. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja dalam Mencegah HIV/

AIDS di SMA Santo Thomas 1 Medan. Medan. Diperoleh dalam:


(1)

Pertanyaan 7

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

0

20

19.6

19.6

19.6

1

19

18.6

18.6

38.2

2

63

61.8

61.8

100.0

Total

102

100.0

100.0

Statistics

Pertanyaan 8

N

Valid

102

Missing

0

Pertanyaan 8

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

0

21

20.6

20.6

20.6

1

38

37.3

37.3

57.8

2

43

42.2

42.2

100.0

Total

102

100.0

100.0

Statistics

Pertanyaan 9

N

Valid

102

Missing

0


(2)

Pertanyaan 9

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

0

50

49.0

49.0

49.0

1

43

42.2

42.2

91.2

2

9

8.8

8.8

100.0

Total

102

100.0

100.0

Statistics

Pertanyaan 10

N

Valid

102

Missing

0

Pertanyaan 10

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

0

8

7.8

7.8

7.8

1

9

8.8

8.8

16.7

2

85

83.3

83.3

100.0


(3)

MASTER DATA

No.

Jenis Kelamin

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Pt P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Pt pengetahuan Tingkat Sikap

1 Perempuan 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 4 1 2 1 1 2 2 0 2 0 2 13 sedang sedang 2 Perempuan 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 5 2 2 2 0 2 2 2 1 2 2 17 sedang baik 3 Perempuan 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 7 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 16 sedang baik 4 Perempuan 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 7 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 18 sedang baik 5 Perempuan 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 7 2 1 2 2 0 1 2 1 1 1 13 sedang sedang 6 Perempuan 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 7 2 1 2 2 2 1 2 1 0 2 15 sedang sedang 7 Perempuan 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 5 2 1 2 2 2 2 2 2 0 2 17 sedang baik 8 Perempuan 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 2 1 2 2 1 2 2 0 0 2 14 baik sedang 9 Laki-laki 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 17 baik baik 10 Laki-laki 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6 0 0 2 0 2 2 2 2 0 2 12 sedang sedang 11 Laki-laki 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 4 1 2 2 1 2 2 0 2 1 2 15 sedang sedang 12 Laki-laki 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 4 0 0 2 2 2 2 0 2 0 2 12 sedang sedang 13 Perempuan 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 6 1 0 2 0 0 2 0 2 0 2 9 sedang sedang 14 Perempuan 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 4 1 2 2 1 1 2 0 1 0 2 12 sedang sedang 15 Perempuan 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 6 0 1 2 2 2 1 1 2 0 2 13 sedang sedang 16 Perempuan 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 5 1 2 2 2 2 2 0 0 0 2 13 sedang sedang 17 Perempuan 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 7 2 2 2 0 1 1 2 1 0 2 13 sedang sedang 18 Perempuan 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 2 1 2 2 0 1 2 2 0 2 14 baik sedang 19 Perempuan 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 6 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 13 sedang sedang 20 Perempuan 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 2 1 2 2 0 1 2 2 0 2 14 baik sedang 21 Perempuan 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 7 2 2 1 1 0 2 2 0 0 1 11 sedang sedang 22 Perempuan 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 2 2 2 0 2 2 0 0 2 14 baik sedang 23 Laki-laki 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 7 1 0 2 2 2 1 2 1 1 2 14 sedang sedang 24 Laki-laki 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 4 2 1 2 1 0 0 0 0 0 0 6 sedang kurang 25 Laki-laki 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 1 1 2 2 2 1 2 2 0 2 15 baik sedang 26 Laki-laki 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 2 2 2 1 2 1 1 2 0 2 15 baik sedang 27 Laki-laki 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 17 baik baik 28 Perempuan 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 6 2 1 1 1 0 2 0 0 1 0 8 sedang sedang 29 Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 2 1 1 2 1 0 2 1 1 1 12 sedang sedang 30 Perempuan 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 6 2 1 2 2 0 2 0 2 0 2 13 sedang sedang


(4)

No.

Jenis Kelamin

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Pt P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Pt Tingkat

pengetahuan Sikap

31 Perempuan 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 6 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 sedang kurang 32 Perempuan 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 6 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 15 sedang sedang 33 Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 2 1 0 2 1 2 2 2 1 14 baik sedang 34 Perempuan 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8 2 2 2 1 1 2 2 0 0 2 14 baik sedang 35 Perempuan 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 0 2 0 2 2 1 0 1 2 12 sedang sedang 36 Perempuan 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 5 2 1 2 0 2 2 1 0 1 2 13 sedang sedang 37 Perempuan 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 2 2 2 1 0 2 2 2 1 2 16 baik baik 38 Perempuan 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 7 2 2 2 1 2 2 2 0 0 2 15 sedang sedang 39 Laki-laki 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 5 0 1 2 0 2 2 2 2 0 2 13 sedang sedang 40 Laki-laki 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 7 1 2 2 2 2 2 2 0 1 2 16 sedang baik 41 Perempuan 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 3 2 0 0 1 0 0 0 2 1 0 6 kurang kurang 42 Perempuan 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 2 0 2 2 0 2 0 1 0 2 11 baik sedang 43 Laki-laki 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 5 1 2 2 2 2 2 0 2 0 2 15 sedang sedang 44 Laki-laki 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 1 2 1 0 2 2 1 1 2 2 14 baik sedang 45 Laki-laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1 1 2 2 1 0 2 1 2 14 baik sedang 46 Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 2 1 2 2 1 2 2 2 0 2 16 baik baik 47 Laki-laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 2 2 2 2 1 2 0 1 2 15 baik sedang 48 Perempuan 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 5 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 17 sedang baik 49 Perempuan 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 2 2 2 0 2 2 1 2 1 2 16 baik baik 50 Perempuan 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 7 2 2 2 1 1 2 1 1 0 2 14 sedang sedang 51 Laki-laki 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 2 1 0 0 2 1 2 1 2 2 13 baik sedang 52 Laki-laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 0 2 0 2 1 2 2 2 2 15 baik sedang 53 Laki-laki 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 2 1 2 2 2 0 2 0 0 2 13 baik sedang 54 Perempuan 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 2 1 1 1 2 2 0 1 1 2 13 baik sedang 55 Perempuan 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8 2 1 1 1 2 2 0 1 1 2 13 baik sedang 56 Perempuan 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 1 0 2 0 2 1 1 2 1 2 12 baik sedang 57 Perempuan 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 5 0 2 2 0 0 2 1 2 0 2 11 sedang sedang 58 Laki-laki 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 7 1 0 2 1 0 2 2 2 1 2 13 sedang sedang 59 Laki-laki 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 7 1 0 2 1 0 1 2 2 0 2 11 sedang sedang 60 Perempuan 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 6 2 2 2 1 2 2 2 0 1 2 16 sedang baik


(5)

No.

Jenis Kelamin

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Pt P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Pt Tingkat

pengetahuan Sikap

61 Perempuan 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8 2 2 2 1 1 2 2 0 0 2 14 baik sedang 62 Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 2 2 1 1 2 2 0 1 2 15 baik sedang 63 Perempuan 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 2 0 2 0 0 2 2 1 1 2 12 baik sedang 64 Perempuan 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 7 1 0 2 2 0 2 2 1 1 1 12 sedang sedang 65 Perempuan 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 7 1 0 2 2 0 2 2 1 0 1 11 sedang sedang 66 Perempuan 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 7 2 2 1 0 2 1 2 1 2 2 15 sedang sedang 67 Perempuan 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 7 1 2 2 2 0 0 2 1 1 2 13 sedang sedang 68 Laki-laki 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 5 2 2 1 1 2 2 2 2 0 2 16 sedang baik 69 Perempuan 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 2 2 2 0 2 2 2 1 1 2 16 baik baik 70 Perempuan 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 17 baik baik 71 Perempuan 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 7 2 2 1 1 2 1 2 1 0 2 14 sedang sedang 72 Perempuan 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 6 1 2 2 0 1 0 2 1 1 2 12 sedang sedang 73 Perempuan 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 7 2 1 1 2 0 2 2 2 0 2 14 sedang sedang 74 Perempuan 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 7 2 2 2 1 0 2 2 0 0 2 13 sedang sedang 75 Perempuan 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 7 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 16 sedang baik 76 Laki-laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 2 2 0 2 1 2 1 1 1 14 baik sedang 77 Laki-laki 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 2 1 2 0 0 1 2 1 0 2 11 baik sedang 78 Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 2 1 2 1 0 0 0 0 0 0 6 baik kurang 79 Laki-laki 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8 2 0 1 1 2 0 2 1 1 2 12 baik sedang 80 Perempuan 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 7 1 2 2 0 1 2 1 1 1 2 13 sedang sedang 81 Perempuan 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 7 2 1 1 0 2 2 2 2 0 2 14 sedang sedang 82 Perempuan 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 6 2 1 1 0 2 2 2 2 1 2 15 sedang sedang 83 Laki-laki 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 19 baik baik 84 Perempuan 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 7 1 2 2 0 1 2 1 1 1 2 13 sedang sedang 85 Laki-laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 2 1 1 2 2 2 2 2 2 16 baik baik 86 Perempuan 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 7 1 2 2 0 1 2 1 1 1 2 13 sedang sedang 87 Laki-laki 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 7 2 1 1 1 2 2 1 2 0 0 12 sedang sedang 88 Perempuan 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 7 2 1 2 1 1 2 0 1 0 2 12 sedang sedang 89 Perempuan 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1 2 0 2 2 2 1 1 2 14 baik sedang 90 Perempuan 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 0 2 2 0 2 1 2 1 0 2 12 baik sedang


(6)

No.

Jenis Kelamin

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Pt P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Pt Tingkat

pengetahuan Sikap

91 Perempuan 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 0 2 2 0 2 1 2 1 0 2 12 baik sedang 92 Laki-laki 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 6 2 2 2 2 2 0 2 1 0 2 15 sedang sedang 93 Perempuan 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 2 1 2 0 2 2 0 1 1 2 13 baik sedang 94 Laki-laki 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 1 0 2 2 1 2 1 1 0 2 12 baik sedang 95 Perempuan 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 3 0 1 2 0 2 2 1 0 0 0 8 kurang sedang 97 Laki-laki 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 7 2 2 2 2 2 0 2 1 0 2 15 sedang sedang 98 Laki-laki 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 1 1 2 0 2 1 2 1 1 2 13 baik sedang 99 Laki-laki 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 7 0 2 2 0 0 2 0 2 0 2 10 sedang sedang 100 Laki-laki 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 7 2 0 1 0 0 2 2 2 0 2 11 sedang sedang 101 Laki-laki 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 6 2 1 1 2 2 2 1 2 0 2 15 sedang sedang 102 Perempuan 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 1 1 2 0 2 1 2 1 1 2 13 baik sedang