Analisis Sosiologis Norma Sosial Dan Nilai Sosial Pada Buku نصائح من الامام على كرم الله و جهه الى الامراء / Nashā iḥu min al-imāmi a’lῑ karama Allāhu wajhahu ilā al-umarāi / The Best Advices of Sayyidina Ali for Leader / Nasehat-Nasehat Imam Ali r.a kep

(1)

Analisis Sosiologis Norma Sosial Dan Nilai Sosial Pada Buku

ﻡﺎﻣﻻﺍ ﻥﻣ ﺢﺋﺎﺻﻧ

ءﺍﺭﻣﻻﺍ ﻰﻟﺍ ﻪﻬﺟ ﻭ ﷲ ﻡﺭﻛ ﻰﻠﻋ

/

Nashā iḥ

u min al-

imāmi a’lῑ

karama Allāhu

wajhahu ilā al

-

umarāi

/

The Best Advices of Sayyidina Ali for Leader /

Nasehat-Nasehat Imam Ali r.a kepada Negarawan

Skripsi

D I S U S U N OLEH

Desi Damayanthi

070704016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah dan syukurilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan pertolongan yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Shalawat dan salam penulis tujukan kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang dipenuhi dengan ilmu pengetahuan dan modern seperti saat ini.

Skripsi ini berjudul Analisis Sosiologis Norma Sosial dan Nilai Sosial Pada Buku ءﺍﺮﻣﻻﺍ ﻰﻟﺍ ﻪﻬﺟ ﻡﺮﻛ ﻰﻠﻋ ﻡﺎﻣﻻﺍ ﻦﻣ ﺢﺋﺎﺼﻧ/Naṣā iḥu min al-imāmi a’lῑ karama

Allāhu wajhahu ilā al-umarāi/ The Best Advices of Sayyidina Ali for Leader/Nasehat-Nasehat Imam Ali r.a. kepada Negarawan, untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kesalahan, kekeliruan dan kekurangan yang disebabkan karena kurangnya pengalaman penulis dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis dengan sepenuh hati memohon saran dan kritik dari semua pihak atas tulisan ini.

Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca maupun masyarakat pada umumnya yang ingin mendalami ilmu bahasa Arab.

Medan, 1 Maret 2012 Penulis


(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penelitian skripsi ini dapat diselesaikan dengan sepenuhnya. Shalawat teriring salam penulis hadiahkan keharibaan junjungan nabi besar kita Muhammad SAW yang telah membawa petunjuk bagi umat manusia menuju jalan yang dirhidoi Allah SWT. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga yang penulis hanturkan dari lubuk hati yang paling dalam kepada kedua orang tua penulis yang tercinta ayahanda H. DARUSMIN HUTASUHUT dan ibunda HJ. NURHOTDIMA SIREGAR yang telah begitu gigihnya mendidik dan mengasuh serta menuntun penulis dari kecil sampai saat ini dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang, dan hati mereka laksana jurang yang didasarnya selalu ada kata maaf, dan penuh kesabaran serta do’a yang tulus mengalir kepada penulis dalam menjalankan studi di Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat, ridho dan maghfirahNya kepada mereka dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Segala puji hanya milik Allah, Berkat rahmat dan ridhonya penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin sekali mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr.Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara beserta Bapak Dr. Husnan Lubis, M.A. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Bapak Drs.Samsul Tarigan selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Bapak Drs. Yuddi Adrian M., M.A. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Pujiati, M.Soc.SC.Ph.D. selaku Ketua Jurusan Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara beserta Ibu Dra. Fauziah M.A selaku Sekretaris Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan dosen pembimbing I.

3. Ibu Dra. Khairina, M.S selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu membimbing dan mengajari penulis dalam pengerjaan skripsi ini. Semoga Allah SWT menambah dan mengabdikan ilmu pengetahuan mereka.

4. Seluruh staf pengajar di Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi banyak pengetahuan dan wawasan yang sangat


(4)

bermanfaat, semoga dengan ilmu yang diberikan tersebut dapat penulis terapkan dalam lingkungan bermasyarakat.

5. Kakanda Andika yang telah banyak membantu penulis dalam bidang administrasi dan penelitian skripsi, juga memberikan saran-saran yang bermanfaat bagi penulis. Thank’s ya bang, semoga Allah membalas kebaikan abang, amiiiin...

6. Seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan dan do’anya.

7. Gomawo untuk ”my boo” yang selalu ”support” hampir setiap hari Cuma ngingetin penulis supaya cepet wisuda.

8. Ghamsammidha buat “oenni eky” yang selalu menyupport penulis dan membantu

menyelesaikan skripsi ini terus merangkap “doping” penulis.

9. Terima kasih buat teman terdekat yang selalu menemani dari awal kuliah sampai sekarang, thak’s so much bwt “dear dini”, “ndah saiank”, “ameh poet”, “uun imoeett”, qosar dan azfar.

10.Buat temen-temen seperjuangan stambuk 07 (fateh, jul, jalal, darso, b’anwar, ita, fika, k’ai, nadia, ziah, kia, fitri, devi, ayu, dan imay) terima kasih atas pertemanan kalian selama ini, semoga sukses selalu.

11.Teman-teman di Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Dan seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Penulis tidak dapat membalas semua jasa yang telah diberikan, hanya kepada Allah SWT penulis meminta semoga diberikan balasan dengan kebaikan yang berlipat ganda pula. Amin Yā Rabba al-‘ālamīna………!!!!!!!!

Medan, 1 Maret 2012 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI

PEDOMAN TRANSLITERASI DAFTAR SINGKATAN

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang... I.2 Batasan Masalah... I.3 Tujuan Penelitian... I.4 Manfaat Penelitian... I.5 Metode Penelitian... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karya Sastra... 2.2 Pendekatan Sosiologis... 2.3 Pengertian Norma Sosial dan Nilai Sosial...

2.3.1. Norma Sosial... 2.3.2. Nilai Sosial... 2.3.3. Ciri-ciri Nilai Sosial... 2.3.4. Sumber Nilai Sosial... 2.3.5. Fungsi Nilai Sosial... BAB III HASIL dan PEMBAHASAN

3.1 Sinopsis... 3.2 Biografi Pengarang... 3.3 Norma Sosial pada Buku ﻰﻟﺍﻪﻬﺟﻭﷲﻡﺮﻛﻰﻠﻋﻡﺎﻣﻻﺍﻦﻣﺢﺋﺎﺼﻧ

ءﺍﺮﻣﻻﺍ / Naṣā iḥu min al-imāmi a’lῑ karama Allāhu

wajhahu ilā al-umarāi / The Best Advices of Sayyidina Ali for Leader/ Nasehat-Nasehat Imam Ali r.a kepada Negarawan... 3.4 Nilai Sosial Buku ءﺍﺮﻣﻻﺍﻰﻟﺍﻪﻬﺟﻭﷲ ﻡﺮﻛﻰﻠﻋﻡﺎﻣﻻﺍﻦﻣﺢﺋﺎﺼﻧ / Naṣā iḥu min al-imāmi a’lῑ karama Allāhu wajhahu

1 5 5 5 6 7 8 9 10 13 14 15 15 17 18 21


(6)

ilā al-umarāi / The Best Advices of Sayyidina Ali for Leader/ Nasehat-Nasehat Imam Ali r.a kepada Negarawan...

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan... 4.2 Saran... DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

32

49 50


(7)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN

Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab-Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alif - Tidak dilambangkan

ﺏ Ba B Be

ﺕ Ta T Te

ﺙ Sa ṡ es (dengan titik di atas)

ﺝ Jim J Je

Ha ḥ Ha (dengan titik di bawah)

ﺥ Kha Kh Ka dan ha

ﺩ Dal D De

ﺫ Zal Ż Zet (dengan titik di atas)

ﺭ Ra R Er

ﺯ Zai Z Zet

ﺱ Sin S Es

ﺵ Syin Sy Es dan ye

Sad ṣ Es (dengan titik di bawah)

ﺽ Dad ḍ de (dengan titik dibawah)

ﻁ Ta ṭ te (dengan titik di bawah)

Za ẓ zet (dengan titik di bawah)

ﻉ `ain ‘ Koma terbalik (di atas)

ﻍ Gain G Ge

ﻑ Fa F Ef

ﻕ Qaf Q Ki

ﻙ Kaf K Ka


(8)

ﻡ Mim M Em

ﻥ Nun N En

ﻭ Waw W We

ﻩ Ha H Ha

ء Hamzah ` Apostrof

Ya Y Ye

B. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap. Contoh : ﺔﻤﻠﺴﻣ ditulis Musallamah.

C. Tā`marbutah di akhir kata

1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya.

Contoh : ﺔﻴﻣﻼﺳﺇ ditulis Islamiyyah. 2. Bila dihidupkan ditulis t

Contoh : ﺔﻣﺮﻜﻤﻟﺍ ﺔﻜﻣ ditulis Makkatul Mukarrmah. D. Vokal Pendek

fathah ditulis a, contoh : ﺐﻨﻛ ditulis kataba kasrah ditulis i, contoh : ﺐﺴﺣ ditulis hasiba dammah ditulis u, contoh : ﻦﺴﺣ ditulis hasuna E. Vokal Panjang

a panjang ditulis ā, contoh : ءﺎﺟditulis ja ā i pajang ditulis ī, contoh : ﻢﻴﻠﻋditulis ‘al īmun u panjang ditulis ū, contoh : ﺏﻮﻴﻋ ditulis ‘uy ūbu F. Vokal Rangkap

Vokal rangkap ﻱ (Fathah dan ya) ditulis ai Contoh : ﺔﻠﻴﻟ ditulis lailatun


(9)

Contoh : ﻥﻮﻟ ditulis launun

G. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata Dipisah dengan apostrof (`)

ﻢﺘﻧﺃﺃ ditulis a`antum

H. Kata Sandang Alif + Lām

1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al- ﺏﺎﺘﻜﻟﺍ ditulis Al-kit ābu

2. Bila diikuti huruf syamsiah, huruf pertama diganti dengan huruf syamsiah yang mengikutinya.

ﺓﺩﺎﻬﺸﻟﺍ ditulis as-syahādah I. Huruf Besar

Penulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD.

X. Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat 1. Ditulis kata per kata, atau

2. Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian tersebut. Contoh : ﻡﻼﺳﻹﺍ ﺦﻴﺷ ditulis Syaikh al-Islam atau Syaikhul-Islam


(10)

DAFTAR SINGKATAN

BA : Bahasa Arab

IMBA : Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab

SAW : Sallallahu ‘alaihi wasallam

SWT : Subhanahu wa ta’ala


(11)

ABSTRAK

Desi Damayanthi, 070704016. Analisis Sosiologis Norma Sosial Dan Nilai Sosial Pada Buku ءﺍﺮﻣﻻﺍ ﻰﻟﺍ ﻪﻬﺟ ﻡﺮﻛ ﻰﻠﻋ ﻡﺎﻣﻻﺍ ﻦﻣ ﺢﺋﺎﺼﻧ /Naṣā iḥu min al-imāmi a’lῑ karama Allāhu wajhahu ilā al-umarāi/ The Best Advices of Sayyidina Ali for Leader / Nasihat-Nasihat Imam Ali r.a. kepada Negarawan. Program Studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Norma Sosial dan Nilai Sosial pada buku ﻦﻣﺢﺋﺎﺼﻧ

ﻡﺎﻣﻻﺍ ﻰﻠﻋ ﻡﺮﻛ ﻪﻬﺟ ﻰﻟﺍ

ءﺍﺮﻣﻻﺍ / Naṣā iḥu min al-imāmi a’lῑ karama Allāhu wajhahu ilā al -umarāi / The Best Advices of Sayyidina Ali for Leader/ Nasehat-Nasehat Imam Ali r.a kepada Negarawan.

Teori yang digunakan adalah teori Sosiologi menurut (Narwoko dan Suyanto: 2010) dengan pendekatan sosiologis (Semi: 1993).

Metode yang digunakan metode deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Norma Sosial dengan kategori folkways, mores, dan hukum berjumlah 10. Yang menunjukkan folkways ada 2 yaitu folkways yang menunjukkan norma kesusilaan yang berfungsi sebagai pedoman atau patokan perilaku pada masyarakat

dan folkways yang menunjukkan norma kesusilaan yang berfungsi sebagai wujud konkret

dari nilai yang ada di masyarakat. Kemudian yang menunjukkan mores ada 3 yaitu mores yang menunjukkan norma hukum yang berfungsi sebagai suatu standar atau skala dari berbagai kategori tingkah laku masyarakat, dan mores yang menunjukkan norma kesopanan yang berfungsi sebagai wujud konkret dari nilai yang ada di masyarakat. Dan yang menunjukkan hukum ada 5 yaitu hukum yang menunjukkan norma hukum yang berfungsi sebagai suatu standar atau skala dari berbagai kategori tingkah laku masyarakat, hukum yang menunjukkan norma agama yang berfungsi sebagai pedoman atau patokan perilaku pada masyarakat, hukum yang menunjukkan norma hukum yang berfungsi sebagai wujud konkret dari nilai yang ada di masyarakat, hukum yang menunjukkan norma kesusilaan yang berfungsi sebagai pedoman atau patokan perilaku pada masyarakat, dan hukum yang menunjukkan norma hukum yang berfungsi sebagai suatu standar atau skala dari berbagai kategori tingkah laku masyarakat. Adapun nilai sosial berjumlah 13 dengan kategori nilai sosial yang bersumber dari Tuhan dan berfungsi sebagai petunjuk arah bertindak dan bersikap ada 2, nilai yang bersumber dari masyarakat dan berfungsi sebagai pemandu serta pengontrol


(12)

sikap dan tindakan manusia ada 7, dan nilai yang bersumber dari individu yang berfungsi sebagai motivator ada 4.


(13)

ﺔﻳﺪﻳﺮﺠﺗ ﺓﺭﻮﺻ

,

ﻲﺘﻨﻳﺎﻣﺍﺩ ﻲﺴﻳﺩ ﻰﻤﺳﺍ

070704016

.

ﻝﺍ ﻦﻋ ﻰﻋﺎﻤﺘﺟﻻﺍ ﻞﻴﻠﺤﺗ

ﺭﺎﻴﻌﻣ

ﻝﺍ ﻭ ﻲﻋﺎﻤﺘﺟﻻﺍ

ﻢﻴﻗ

ﻲﻋﺎﻤﺘﺟﻻﺍ

ﻰﻓ

ﺔﻓﺎﻘﺸﻟﺍﻭ ﻡﻮﻠﻌﻟﺍ ﺔﻴﻠﻛ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻢﺴﻗ

.

ءﺍﺮﻣﻻﺍ ﻰﻟﺍ ﻪﻬﺟ ﻭ ﷲ ﻡﺮﻛ ﻰﻠﻋ ﻡﺎﻣﻻﺍ ﻦﻣ ﺢﺋﺎﺼﻧ ﺏﺎﺘﻜﻟﺍ

.

ﻥﺍﺪﻴﻣ

.

ﺔﻴﻟﺎﻤﺸﻟﺍ ﺓﺮﻄﻣﻮﺳ ﺔﻌﻣﺎﺟ

ﻲﻓ ﺔﻴﻋﺎﻤﺘﺟﻻﺍ ﻢﻴﻘﻟﺍ ﻭ ﻲﻌﻤﺘﺟﻻﺍ ﺭﺎﻴﻌﻤﻟﺍ ﻦﻋ ﻒﻳﺮﻌﺘﻟ ﻲﻫ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻦﻣ

ﻰﺼﻗﻷﺍ

ﺽﺮﻐﻟﺍ

ﺎﻣﺍ

ءﺍﺮﻣﻻﺍ ﻰﻟﺍ ﻪﻬﺟﻭ ﷲ ﻡﺮﻛ ﻰﻠﻋ ﻡﺎﻣﻻﺍ ﻦﻣ ﺢﺋﺎﺼﻧ ﺏﺎﺘﻜﻟﺍ

ﺔﺜﺣﺎﺒﻟﺍ ﺖﻠﻤﻌﺘﺳﺍ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﺪﻨﻋﻭ

ﻢﻠﻋ

ﺔﻳﺮﻈﻨﻟﺍ ﻪﻴﻓ ﻉﺎﻤﺘﺟﻻ

:

ﻮﺘﻨﻳﻮﺳ ﻭ ﻮﻛﻭﺮﻧ

۲۰۱۰

( Narwoko dan Bagong: 2010)

:

ﻲﻤﻴﺳ ﺐﻳﺮﻘﺘﺑ

۱۹۹۳

(Semi: 2010)

ﺔﻴﻔﺻﻮﻟﺍ ﺔﺳﺍﺭﺪﻟﺍ ﻕﺎﺒﻄﻟﺍ ﻦﻋ ﺚﺤﺒﻟﺎﺑ ﺔﺜﺣﺎﺒﻟﺍ ﺔﻣﺎﻗﻭ

)

deskriftif

. (

ﺩﺪﻌﺑ ﻲﻋﺎﻤﺘﺟﻻﺍ ﺭﺎﻴﻌﻣ ﻦﻋ ﻝﺪﺗ ﻲﻫ ﺚﺤﺒﻟﺍﺍﺬﻫ ﻦﻣ ﺕﺎﺻﻼﺨﻟﺍ

١٠

ﻰﻟﺍ ﻢﺴﻘﻨﺗ ﺔﻴﺒﻌﺸﻟﺍ ﺔﻴﻔﻴﻜﻟﺍ

.

ﻢﻜﺣ ﻭ

,

ﻊﻨﻣ ﻭ

,

ﺔﻴﺘﻌﺷ ﺔﻴﻔﻴﻛ ﻰﻟﺍ ﻢﺴﻘﻨﺗ

٢

ﻦﻋ ﻝﺪﺗ ﺔﻴﺒﻌﺸﻟﺍ ﺔﻴﻔﻴﻜﻟﺍ ﻭ

,

ﺎﻌﻤﺘﺠﻣ ﺔﺌﻴﻬﻟﺍ ﺱﺎﻴﻘﻣ ﻭﺍ ﻚﺤﺑ ﺪﻴﻔﻳ ﻭ ﺏﺩﺎﺘﻟﺍ ﺭﺎﻴﻌﻤﻟﺍ ﻦﻋ ﻝﺪﺗ ﺔﻴﺒﻌﺸﻟﺍ ﺔﻴﻔﻴﻜﻟﺍ

ﻰﻟﺍ ﻢﺴﻘﻨﻳ ﻊﻨﻤﻟﺍ ﻢﺛ

.

ﺔﻴﻌﻤﺘﺠﻤﻟﺍ ﻢﻴﻘﻟﺍ ﻦﻣ ﻖﻴﻘﺣ ﺩﻮﺟﻮﺑ ﺪﻴﻔﺗ ﻭ ﺏﺩﺎﺘﻟﺍ ﺭﺎﻴﻌﻤﻟﺍ

٣

ﺭﺎﻴﻌﻤﻟﺍ ﻦﻋ ﻝﺪﻳ ﻊﻨﻤﻟﺍ ﻭ

,

ﺎﻌﻤﺘﺠﻣ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﺐﺗﺮﻟﺍ ﻦﻣ ﺱﺎﻴﻘﻣ ﻭﺍ ﺭﺪﻘﺑ ﺪﻴﻔﻳ ﻭ ﻢﻜﺤﻟﺍ ﺭﺎﻴﻌﻤﻟﺍ ﻦﻋ ﻝﺪﻳ ﻊﻨﻤﻟﺍ

ﻰﻟﺍ ﻢﺴﻘﻨﻳ ﻢﻜﺤﻟﺍ ﻮﻫ ﺮﺧﻻﺍ ﻭ

.

ﺔﻴﻌﻤﺘﺠﻤﻟﺍ ﻡﺎﻴﻘﻟﺍ ﻦﻣ ﻖﻴﻘﺣ ﺩﻮﺟﻮﺑ ﺪﻴﻔﻳ ﻭ ﺏﺩﻻﺍ

٥

ﻦﻋ ﻝﺪﻳ ﻢﻜﺤﻟﺍ ﻭ

,

ﺎﻌﻤﺘﺠﻣ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﺐﺗ ﺮﻟﺍ ﻦﻣ ﺱﺎﻴﻘﻣ ﻭﺍ ﺭﺪﻘﺑ ﺪﻴﻔﻳ ﻭ ﻢﻜﺤﻟﺍ ﺭﺎﻴﻌﻤﻟﺍ ﻦﻋ ﻝﺪﻳ ﻢﻜﺤﻟﺍ

ﺩﻮﺟﻮﺑ ﺪﻴﻔﻳ ﻭ ﻢﻜﺤﻟﺍ ﺭﺎﻴﻌﻤﻟﺍ ﻦﻋ ﻝﺪﻳ ﻢﻜﺤﻟﺍ ﻭ

,

ﺎﻌﻤﺘﺠﻣ ﺔﺌﻴﻬﻟﺍ ﺱﺎﻴﻘﻣ ﻭﺍ ﻚﺤﺑ ﺪﻴﻔﻳ ﻭ ﺔﻴﻨﻳﺪﻟﺍ ﺭﺎﻴﻌﻤﻟﺍ

,

ﺎﻌﻤﺘﺠﻣ ﺔﺌﻴﻬﻟﺍ ﺱﺎﻴﻘﻣ ﻭﺍ ﻚﺤﺑ ﺪﻴﻔﻳ ﻭ ﺏﺩﺎﺘﻟﺍ ﺭﺎﻴﻌﻤﻟﺍ ﻦﻋ ﻝﺪﻳ ﻢﻜﺤﻟﺍ ﻭ

,

ﺔﻴﻌﻤﺘﺟﻻﺍ ﻡﺎﻴﻘﻟﺍ ﻦﻣ ﻖﻴﻘﺣ

.

ﺎﻌﻤﺘﺠﻣ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﺐﺗﺮﻟﺍ ﻦﻣ ﺱﺎﻴﻘﻣ ﻭﺍ ﺭﺪﻘﺑ ﺪﻴﻔﻳ ﻭ ﻢﻜﺤﻟﺍ ﺭﺎﻴﻌﻤﻟﺍ ﻦﻋ ﻝﺪﻳ ﻢﻜﺤﻟﺍ

ﺩﺪﻌﺑ ﺔﻴﻌﻤﺘﺟﻻﺍ ﻢﻴﻘﻟﺍ ﻭ

١٣

ﺩﺪﻌﺑ ﺎﻔﻗﻮﻣ ﺬﺨﺗﺍ ﻭ ﻰﻧﻮﻧﺎﻘﻟﺍ ﺐﺟﺍﻮﻟﺎﺑ ﻡﺎﻗ ﻭ ﺔﻬﺟﻮﻟﺍ ﻞﻴﻟﺪﺑ ﺪﻴﻔﻳ ﻭ ﺔﻬﻟﺍ ﻦﻣ ﺔﻴﻌﻤﺘﺟﻻﺍ ﻢﻴﻘﻟﺍ

٢

ﻢﻴﻘﻟﺍ ﻭ

,

ﺩﺪﻌﺑ ﺕﺍءﺍﺮﺟﺍ ﻭ ﻒﻗﻮﻤﻟﺍ ﺐﻗﺍﺮﻳ ﻭ ﺪﺷﺮﻤﺑ ﺪﻴﻔﻳ ﻭ ﻊﻤﺘﺠﻤﻟﺍ ﻦﻣ ﺔﻴﻌﻤﺘﺟﻻﺍ

٧

ﻦﻣ ﺔﻴﻌﻤﺘﺟﻻﺍ ﻢﻴﻘﻟﺍ ﻭ

,

ﺩﺪﻌﺑ ﻞﻟﺎﻌﺘﻤﺑ ﺪﻴﻔﻳ ﻭ ﺺﺨﺸﻟﺍ

٤


(14)

ABSTRAK

Desi Damayanthi, 070704016. Analisis Sosiologis Norma Sosial Dan Nilai Sosial Pada Buku ءﺍﺮﻣﻻﺍ ﻰﻟﺍ ﻪﻬﺟ ﻡﺮﻛ ﻰﻠﻋ ﻡﺎﻣﻻﺍ ﻦﻣ ﺢﺋﺎﺼﻧ /Naṣā iḥu min al-imāmi a’lῑ karama Allāhu wajhahu ilā al-umarāi/ The Best Advices of Sayyidina Ali for Leader / Nasihat-Nasihat Imam Ali r.a. kepada Negarawan. Program Studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Norma Sosial dan Nilai Sosial pada buku ﻦﻣﺢﺋﺎﺼﻧ

ﻡﺎﻣﻻﺍ ﻰﻠﻋ ﻡﺮﻛ ﻪﻬﺟ ﻰﻟﺍ

ءﺍﺮﻣﻻﺍ / Naṣā iḥu min al-imāmi a’lῑ karama Allāhu wajhahu ilā al -umarāi / The Best Advices of Sayyidina Ali for Leader/ Nasehat-Nasehat Imam Ali r.a kepada Negarawan.

Teori yang digunakan adalah teori Sosiologi menurut (Narwoko dan Suyanto: 2010) dengan pendekatan sosiologis (Semi: 1993).

Metode yang digunakan metode deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Norma Sosial dengan kategori folkways, mores, dan hukum berjumlah 10. Yang menunjukkan folkways ada 2 yaitu folkways yang menunjukkan norma kesusilaan yang berfungsi sebagai pedoman atau patokan perilaku pada masyarakat

dan folkways yang menunjukkan norma kesusilaan yang berfungsi sebagai wujud konkret

dari nilai yang ada di masyarakat. Kemudian yang menunjukkan mores ada 3 yaitu mores yang menunjukkan norma hukum yang berfungsi sebagai suatu standar atau skala dari berbagai kategori tingkah laku masyarakat, dan mores yang menunjukkan norma kesopanan yang berfungsi sebagai wujud konkret dari nilai yang ada di masyarakat. Dan yang menunjukkan hukum ada 5 yaitu hukum yang menunjukkan norma hukum yang berfungsi sebagai suatu standar atau skala dari berbagai kategori tingkah laku masyarakat, hukum yang menunjukkan norma agama yang berfungsi sebagai pedoman atau patokan perilaku pada masyarakat, hukum yang menunjukkan norma hukum yang berfungsi sebagai wujud konkret dari nilai yang ada di masyarakat, hukum yang menunjukkan norma kesusilaan yang berfungsi sebagai pedoman atau patokan perilaku pada masyarakat, dan hukum yang menunjukkan norma hukum yang berfungsi sebagai suatu standar atau skala dari berbagai kategori tingkah laku masyarakat. Adapun nilai sosial berjumlah 13 dengan kategori nilai sosial yang bersumber dari Tuhan dan berfungsi sebagai petunjuk arah bertindak dan bersikap ada 2, nilai yang bersumber dari masyarakat dan berfungsi sebagai pemandu serta pengontrol


(15)

sikap dan tindakan manusia ada 7, dan nilai yang bersumber dari individu yang berfungsi sebagai motivator ada 4.


(16)

ﺔﻳﺪﻳﺮﺠﺗ ﺓﺭﻮﺻ

,

ﻲﺘﻨﻳﺎﻣﺍﺩ ﻲﺴﻳﺩ ﻰﻤﺳﺍ

070704016

.

ﻝﺍ ﻦﻋ ﻰﻋﺎﻤﺘﺟﻻﺍ ﻞﻴﻠﺤﺗ

ﺭﺎﻴﻌﻣ

ﻝﺍ ﻭ ﻲﻋﺎﻤﺘﺟﻻﺍ

ﻢﻴﻗ

ﻲﻋﺎﻤﺘﺟﻻﺍ

ﻰﻓ

ﺔﻓﺎﻘﺸﻟﺍﻭ ﻡﻮﻠﻌﻟﺍ ﺔﻴﻠﻛ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻢﺴﻗ

.

ءﺍﺮﻣﻻﺍ ﻰﻟﺍ ﻪﻬﺟ ﻭ ﷲ ﻡﺮﻛ ﻰﻠﻋ ﻡﺎﻣﻻﺍ ﻦﻣ ﺢﺋﺎﺼﻧ ﺏﺎﺘﻜﻟﺍ

.

ﻥﺍﺪﻴﻣ

.

ﺔﻴﻟﺎﻤﺸﻟﺍ ﺓﺮﻄﻣﻮﺳ ﺔﻌﻣﺎﺟ

ﻲﻓ ﺔﻴﻋﺎﻤﺘﺟﻻﺍ ﻢﻴﻘﻟﺍ ﻭ ﻲﻌﻤﺘﺟﻻﺍ ﺭﺎﻴﻌﻤﻟﺍ ﻦﻋ ﻒﻳﺮﻌﺘﻟ ﻲﻫ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻦﻣ

ﻰﺼﻗﻷﺍ

ﺽﺮﻐﻟﺍ

ﺎﻣﺍ

ءﺍﺮﻣﻻﺍ ﻰﻟﺍ ﻪﻬﺟﻭ ﷲ ﻡﺮﻛ ﻰﻠﻋ ﻡﺎﻣﻻﺍ ﻦﻣ ﺢﺋﺎﺼﻧ ﺏﺎﺘﻜﻟﺍ

ﺔﺜﺣﺎﺒﻟﺍ ﺖﻠﻤﻌﺘﺳﺍ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﺪﻨﻋﻭ

ﻢﻠﻋ

ﺔﻳﺮﻈﻨﻟﺍ ﻪﻴﻓ ﻉﺎﻤﺘﺟﻻ

:

ﻮﺘﻨﻳﻮﺳ ﻭ ﻮﻛﻭﺮﻧ

۲۰۱۰

( Narwoko dan Bagong: 2010)

:

ﻲﻤﻴﺳ ﺐﻳﺮﻘﺘﺑ

۱۹۹۳

(Semi: 2010)

ﺔﻴﻔﺻﻮﻟﺍ ﺔﺳﺍﺭﺪﻟﺍ ﻕﺎﺒﻄﻟﺍ ﻦﻋ ﺚﺤﺒﻟﺎﺑ ﺔﺜﺣﺎﺒﻟﺍ ﺔﻣﺎﻗﻭ

)

deskriftif

. (

ﺩﺪﻌﺑ ﻲﻋﺎﻤﺘﺟﻻﺍ ﺭﺎﻴﻌﻣ ﻦﻋ ﻝﺪﺗ ﻲﻫ ﺚﺤﺒﻟﺍﺍﺬﻫ ﻦﻣ ﺕﺎﺻﻼﺨﻟﺍ

١٠

ﻰﻟﺍ ﻢﺴﻘﻨﺗ ﺔﻴﺒﻌﺸﻟﺍ ﺔﻴﻔﻴﻜﻟﺍ

.

ﻢﻜﺣ ﻭ

,

ﻊﻨﻣ ﻭ

,

ﺔﻴﺘﻌﺷ ﺔﻴﻔﻴﻛ ﻰﻟﺍ ﻢﺴﻘﻨﺗ

٢

ﻦﻋ ﻝﺪﺗ ﺔﻴﺒﻌﺸﻟﺍ ﺔﻴﻔﻴﻜﻟﺍ ﻭ

,

ﺎﻌﻤﺘﺠﻣ ﺔﺌﻴﻬﻟﺍ ﺱﺎﻴﻘﻣ ﻭﺍ ﻚﺤﺑ ﺪﻴﻔﻳ ﻭ ﺏﺩﺎﺘﻟﺍ ﺭﺎﻴﻌﻤﻟﺍ ﻦﻋ ﻝﺪﺗ ﺔﻴﺒﻌﺸﻟﺍ ﺔﻴﻔﻴﻜﻟﺍ

ﻰﻟﺍ ﻢﺴﻘﻨﻳ ﻊﻨﻤﻟﺍ ﻢﺛ

.

ﺔﻴﻌﻤﺘﺠﻤﻟﺍ ﻢﻴﻘﻟﺍ ﻦﻣ ﻖﻴﻘﺣ ﺩﻮﺟﻮﺑ ﺪﻴﻔﺗ ﻭ ﺏﺩﺎﺘﻟﺍ ﺭﺎﻴﻌﻤﻟﺍ

٣

ﺭﺎﻴﻌﻤﻟﺍ ﻦﻋ ﻝﺪﻳ ﻊﻨﻤﻟﺍ ﻭ

,

ﺎﻌﻤﺘﺠﻣ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﺐﺗﺮﻟﺍ ﻦﻣ ﺱﺎﻴﻘﻣ ﻭﺍ ﺭﺪﻘﺑ ﺪﻴﻔﻳ ﻭ ﻢﻜﺤﻟﺍ ﺭﺎﻴﻌﻤﻟﺍ ﻦﻋ ﻝﺪﻳ ﻊﻨﻤﻟﺍ

ﻰﻟﺍ ﻢﺴﻘﻨﻳ ﻢﻜﺤﻟﺍ ﻮﻫ ﺮﺧﻻﺍ ﻭ

.

ﺔﻴﻌﻤﺘﺠﻤﻟﺍ ﻡﺎﻴﻘﻟﺍ ﻦﻣ ﻖﻴﻘﺣ ﺩﻮﺟﻮﺑ ﺪﻴﻔﻳ ﻭ ﺏﺩﻻﺍ

٥

ﻦﻋ ﻝﺪﻳ ﻢﻜﺤﻟﺍ ﻭ

,

ﺎﻌﻤﺘﺠﻣ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﺐﺗ ﺮﻟﺍ ﻦﻣ ﺱﺎﻴﻘﻣ ﻭﺍ ﺭﺪﻘﺑ ﺪﻴﻔﻳ ﻭ ﻢﻜﺤﻟﺍ ﺭﺎﻴﻌﻤﻟﺍ ﻦﻋ ﻝﺪﻳ ﻢﻜﺤﻟﺍ

ﺩﻮﺟﻮﺑ ﺪﻴﻔﻳ ﻭ ﻢﻜﺤﻟﺍ ﺭﺎﻴﻌﻤﻟﺍ ﻦﻋ ﻝﺪﻳ ﻢﻜﺤﻟﺍ ﻭ

,

ﺎﻌﻤﺘﺠﻣ ﺔﺌﻴﻬﻟﺍ ﺱﺎﻴﻘﻣ ﻭﺍ ﻚﺤﺑ ﺪﻴﻔﻳ ﻭ ﺔﻴﻨﻳﺪﻟﺍ ﺭﺎﻴﻌﻤﻟﺍ

,

ﺎﻌﻤﺘﺠﻣ ﺔﺌﻴﻬﻟﺍ ﺱﺎﻴﻘﻣ ﻭﺍ ﻚﺤﺑ ﺪﻴﻔﻳ ﻭ ﺏﺩﺎﺘﻟﺍ ﺭﺎﻴﻌﻤﻟﺍ ﻦﻋ ﻝﺪﻳ ﻢﻜﺤﻟﺍ ﻭ

,

ﺔﻴﻌﻤﺘﺟﻻﺍ ﻡﺎﻴﻘﻟﺍ ﻦﻣ ﻖﻴﻘﺣ

.

ﺎﻌﻤﺘﺠﻣ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﺐﺗﺮﻟﺍ ﻦﻣ ﺱﺎﻴﻘﻣ ﻭﺍ ﺭﺪﻘﺑ ﺪﻴﻔﻳ ﻭ ﻢﻜﺤﻟﺍ ﺭﺎﻴﻌﻤﻟﺍ ﻦﻋ ﻝﺪﻳ ﻢﻜﺤﻟﺍ

ﺩﺪﻌﺑ ﺔﻴﻌﻤﺘﺟﻻﺍ ﻢﻴﻘﻟﺍ ﻭ

١٣

ﺩﺪﻌﺑ ﺎﻔﻗﻮﻣ ﺬﺨﺗﺍ ﻭ ﻰﻧﻮﻧﺎﻘﻟﺍ ﺐﺟﺍﻮﻟﺎﺑ ﻡﺎﻗ ﻭ ﺔﻬﺟﻮﻟﺍ ﻞﻴﻟﺪﺑ ﺪﻴﻔﻳ ﻭ ﺔﻬﻟﺍ ﻦﻣ ﺔﻴﻌﻤﺘﺟﻻﺍ ﻢﻴﻘﻟﺍ

٢

ﻢﻴﻘﻟﺍ ﻭ

,

ﺩﺪﻌﺑ ﺕﺍءﺍﺮﺟﺍ ﻭ ﻒﻗﻮﻤﻟﺍ ﺐﻗﺍﺮﻳ ﻭ ﺪﺷﺮﻤﺑ ﺪﻴﻔﻳ ﻭ ﻊﻤﺘﺠﻤﻟﺍ ﻦﻣ ﺔﻴﻌﻤﺘﺟﻻﺍ

٧

ﻦﻣ ﺔﻴﻌﻤﺘﺟﻻﺍ ﻢﻴﻘﻟﺍ ﻭ

,

ﺩﺪﻌﺑ ﻞﻟﺎﻌﺘﻤﺑ ﺪﻴﻔﻳ ﻭ ﺺﺨﺸﻟﺍ

٤


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan sebuah imitasi dan merupakan suatu luapan emosi yang spontan. Sastra bersifat otonom, tidak mengacu kepada sesuatu hal yang lain, dan tidak bersifat komunikatif karena hanya mencari keselarasan dalam karyanya sendiri. Karya sastra yang otonom bercirikan suatu koherensi, yang dapat ditafsirkan sebagai suatu keselarasan yang mendalam antara bentuk dan isi (Luxemburg dkk, 1982: 5).

Dalam bahasa Arab, sastra disebut adab. Bentuk jamak (plural)-nya adalah Adab/ Adāb/ﺏﺍﺩﻻﺍ . Secara leksikal, kata adab selain berarti sastra, juga estetika (sopan santun), tata cara, filologi, kemanusiaan, kultur, dan ilmu humaniora. Dalam bahasa Indonesia, kata adab ini diserap bukan dengan makna sastra, tetapi sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan, kemajuan, atau kecerdasan (Kamil, 2009: 3).

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk meneliti karya sastra adalah dengan pendekatan sosiologis. Pendekatan sosiologis bertolak dari asumsi bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat (Semi, 1993: 73).

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat. Soemardjan dan Soemardi (dalam Narwoko dan Suyanto, 2010), mendefinisikan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial termasuk perubahan sosial. Dengan kata lain, adanya hubungan timbal balik antara unsur-unsur sosial dalam segi kehidupan bersama.

Veeger (dalam Narwoko dan Suyanto, 2010), berpendapat bahwa kekhususan sosiologi adalah prilaku manusia selalu dilihat dalam kaitannya dengan struktur-struktur kemasyarakatan dan kebudayaan yang dimiliki, dibagi, ditunjang bersama. Ditambahkannya bahwa sosiologi adalah mempelajari dan prilaku sosial manusia dengan meneliti kelompok yang dibangunnya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, komunitas dan pemerintahan, dan berbagai organisasi sosial, agama, politik, bisnis, dan organisasi lainnya. Sosiologi mempelajari perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri asal-usul pertumbuhannya, serta menganalisis pengaruh kegiatan kelompok terhadap anggotanya.

Kajian yang membicarakan tentang hubungan antara manusia dan karya sastra adalah sosiologi sastra. Objeknya ada pada unsur ekstrinsik karya sastra, sedangkan sosiologi mempelajari hubungan antar manusia dalam lingkungan masyarakat dan menjelaskan pertautan antara karya sastra dengan kenyataan masyarakat. Teori-teori yang dapat menopang


(18)

analisis sosiologis adalah teori-teori yang dapat menjelaskan hakikat fakta-fakta sosial, karya sastra sebagai sistem komunikasi, khususnya dalam kaitannya dengan aspek-aspek ekstrisik (Ratna, 2003: 18).

Kelompok-kelompok sosial merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari kumpulan individu-individu yang hidup bersama dengan mengadakan hubungan timbal balik yang cukup intensif dan teratur, sehingga daripadanya diharapkan adanya pembagian tugas, struktur, serta norma-norma tertentu yang berlaku bagi mereka. Dalam komunikasi sering kali muncul pelbagai macam penafsiran terhadap makna sesuatu atau tingkah laku orang lain yang mana ini semua ditentukan oleh perbedaan konteks sosialnya. Karakteristik khusus dari komunikasi manusia adalah mereka tidak terbatas hanya menggunakan isyarat-isyarat fisik melainkan menggunakan kata-kata, yakni simbol-simbol suara yang mengandung arti bersama dan bersifat standar. Namun, perlu diingat makna dari suatu simbol tertentu tidak selalu bersifat universal tetapi nilai atau makna sebuah simbol tergantung pada kesepakatan orang-orang atau kelompok yang mengunakan simbol tersebut (Narwoko dan Suyanto, 2010: 16-23).

Manusia dilahirkan dan hidup tidak terpisahkan satu sama lain, melainkan berkelompok. Hidup berkelompok ini merupakan kodrat manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam hidup berkelompok terjadilah interaksi antar manusia. Dinamika kehidupan masyarakat menuntut cara berprilaku antara satu dengan yang lainnya untuk mencapai suatu ketertiban dan didukung oleh tatanan yang mempunyai sifat berlainan karena norma-norma yang mendukung masing-masing tatanan mempunyai sifat tidak sama. Oleh karena itu, masyarakat memmperhatikan norma atau kaidah, atau peraturan hidup yang ada dan hidup dalam masyarakat (Priyanto dkk, 2008: 2-4).

Di dalam kenyataan sehari-hari, kehidupan sosial manusia yang bertipe sosiokultural tidaklah hanya berwujud suatu jumlah prilaku dan hubungan antar manusia di dalam kenyataan saja, melainkan sekaligus juga berwujud suatu sistem determinan yang disebut sistem norma. Dengan jalan membebankan keharusan-keharusan yang disebut norma-norma sosial itu, maka secara keseluruhan dapat diwujudkan suatu aktifitas bersama yang tertib yang dapat digerakkan secara efektif ke arah pemenuhan keperluan dan hajat hidup masyarakat (Narwoko dan Suyanto, 2010: 44-45).

Theodorson (dalam Basrowi, 2005) mengemukakan, bahwa nilai merupakan sesuatu yang abstrak yang dijadikan pedoman serta prinsip-prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah laku. Ketertarikan orang atau kelompok terhadap nilai menurut Theodorson relatif


(19)

sangat kuat dan bahkan bersifat emosional. Oleh sebab itu, nilai dapat dilihat sebagai pedoman bertindak dan sekaligus sebagai tujuan kehidupan manusia itu sendiri.

Masyarakat memiliki pandangan sendiri tentang apa yang dimaksud dengan nilai sosial itu sendiri, yang jelas nilai sosial yang ada dalam masyarakat memiliki anggapan berbeda seperti baik atau buruknya keadaan yang mencerminkan masyarakat itu sendiri. Sesuatu tindakan yang dianggap baik memberikan manfaat bagi diri sendiri ataupun masyarakat sekitar dan begitu sebaliknya, jika tindakan justru memberikan dampak buruk akan menimbulkan masalah yang akan merugikan semuanya.

Sayyidina Ali Bin Abu Thalib adalah seorang laki-laki yang gagah berani, tangkas cerdas, dan dicintai Allah dan Rasul-Nya. Penuh hikmah, adalah sifatnya yang jelas. Beliau akan berhati-hati meskipun dalam sesuatu yang ia lihat benar, dan memilih untuk tidak mengatakan dengan terus terang, jika hal itu akan membawa mudharat bagi umat. Ia meletakkan perkara pada tempatnya yang tepat. Berusaha berjalan seirama dengan rekan-rekan pembawa panji dakwah, seperti keserasian butiran-butiran air di lautan. Ia bersikap lembut, sehingga banyak orang yang sezaman dengannya melihat ia sedang bergurau, padahal hal itu adalah suatu bagian dari sifat kesempurnaan yang melihat apa yang ada di balik sesuatu, dan memandang kepada kesempurnaan. Ia menginginkan agar realitas yang tidak sempurna berubah menjadi lurus dan meningkat ke arah kesempurnaan

.

Keberaniannya menjadi perlambang para kesatria pada masanya. Setiap kali ia menghadapi musuh di medan perang, maka dapat dipastikan ia akan mengalahkannya.Penuh hikmah, adalah sifatnya yang jelas. Dia akan berhati-hati meskipun dalam sesuatu yang ia lihat benar, dan memilih untuk tidak mengatakan dengan terus terang, jika hal itu akan membawa mudharat bagi umat. Ia meletakkan perkara pada tempatnya yang tepat. Berusaha berjalan seirama dengan rekan-rekan pembawa panji dakwah, seperti keserasian butiran-butiran air di lautan

Buku

ءﺍﺭﻣﻻﺍ ﻰﻟﺍ ﻪﻬﺟ ﻭ ﷲ ﻡﺭﻛ ﻰﻠﻋ ﻡﺎﻣﻻﺍ ﻥﻣ ﺢﺋﺎﺻﻧ

/Naṣā iḥu min al-imāmi a’lῑ

karama Allāhu wajhahu ilā al-umarāi/ The Best Advices of Sayyidina Ali for Leader/

Nasihat-Nasihat Imam Ali r.a. kepada Negarawan (2009), merupakan buku yang berisi dokumen penting tentang instruksi dari hamba Allah, Amirul Mukminin, kepala negara, Ali bin Abi Thalib r.a kepada Malik bin Harist Al – Asytar, ketika ia diangkat menjadi Gubernur Mesir untuk mengurus pajaknya, memerangi musuhnya, memperbaiki kondisi penduduknya


(20)

dan memakmurkan negaranya. Keistimewaan buku tersebut adalah memiliki dua bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab, sehingga mempermudah peneliti untuk memahaminya. Buku ini terdiri dari 58 halaman Bahasa Indonesia dan 57 halaman Bahasa Arab. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti buku

ﻪﻬﺟ ﻭ ﷲ ﻡﺭﻛ ﻰﻠﻋ ﻡﺎﻣﻻﺍ ﻥﻣ ﺢﺋﺎﺻﻧ

ءﺍﺭﻣﻻﺍ ﻰﻟﺍ

/Naṣā iḥu min al-imāmi a’lῑ karama Allāhu wajhahu ilā al-umarāi / The Best

Advices Of Sayyidina Ali for Leader/ Nasehat-Nasehat Imam Ali r.a. kepada Negarawan.

I.2 Batasan Masalah

Agar penelitian ini tetap pada pokok masalah yang menjadi objeknya maka peneliti sangat memerlukan adanya batasan masalah yang menjadikan penelitian ini jelas arahnya dan masalah tersebut meliputi :

1. Bagaimanakah Norma Sosial yang terkandung dalam buku

ﻡﺭﻛ ﻰﻠﻋ ﻡﺎﻣﻻﺍ ﻥﻣ ﺢﺋﺎﺻﻧ

ءﺍﺭﻣﻻﺍ ﻰﻟﺍ ﻪﻬﺟ ﻭ ﷲ

/Naṣā iḥu min al-imāmi a’lῑ karama Allāhu wajhahu ilā al

-umarāi/The Best Advices of Sayyidina Ali for Leader/ Nasehat-Nasehat Imam Ali

r.a. kepada Negarawan?

2. Bagaimanakah Nilai Sosial yang terkandung dalam buku

ﷲ ﻡﺭﻛ ﻰﻠﻋ ﻡﺎﻣﻻﺍ ﻥﻣ ﺢﺋﺎﺻﻧ

ءﺍﺭﻣﻻﺍ ﻰﻟﺍ ﻪﻬﺟ ﻭ

/Naṣā iḥu min al-imāmi a’lῑ karama Allāhu wajhahu ilā al-umarāi/

The Best Advices of Sayyidina Ali for Leader/ Nasehat-Nasehat Imam Ali r.a. kepada Negarawan?

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk menjelaskan Norma Sosial dalam buku

ﻰﻟﺍ ﻪﻬﺟ ﻭ ﷲ ﻡﺭﻛ ﻰﻠﻋ ﻡﺎﻣﻻﺍ ﻥﻣ ﺢﺋﺎﺻﻧ

ءﺍﺭﻣﻻﺍ

/Naṣā iḥu min al-imāmi a’lῑ karama Allāhu wajhahu ilā al-umarāi/ The Best

Advices of Sayyidina Ali for Leader / Nasihat-Nasihat Imam Ali r.a. kepada Negarawan.

2. Untuk menjelaskan Nilai Sosial dalam buku

ﻰﻟﺍ ﻪﻬﺟ ﻭ ﷲ ﻡﺭﻛ ﻰﻠﻋ ﻡﺎﻣﻻﺍ ﻥﻣ ﺢﺋﺎﺻﻧ

ءﺍﺭﻣﻻﺍ

/Naṣā iḥu min al-imāmi a’lῑ karama Allāhu wajhahu ilā al-umarāi/ The Best

Advices of Sayyidina Ali for Leader / Nasihat-Nasihat Imam Ali r.a. kepada Negarawan.


(21)

I.4 Manfaat Penelitian

(http://luk.staff.ugm.ac.id/kmi/islam/Etc/Ali.html). Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menambah wawasan tentang penelitian karya ilmiah dalam bidang sastra yang dipandang dari sosiologi sastra khususnya Norma Sosial dan Nilai Sosial yang terdapat dalam nasehat-nasehat Sayyidina Ali.

2. Sebagai tambahan informasi bagi peneliti selanjutnya dan menjadi referensi pengetahuan khususnya di bidang Bahasa Arab.

3. Diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi lembaga tertentu tentang nasehat-nasehat Sayyidina Ali kepada Negarawan untuk langkah kemajuan dalam pembangunan negara dan masyarakat.

I.5 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang mengandalkan data-data yang bersifat teoritis dan dokumentasi yang ada di perpustakaan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode dengan cara mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasi, menganalisis dan menginterpretasikannya (Muchtar, 2007: 7).

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dari buku teks Arab tentang

ﻰﻟﺍ ﻪﻬﺟ ﻭ ﷲ ﻡﺭﻛ ﻰﻠﻋ ﻡﺎﻣﻻﺍ ﻥﻣ ﺢﺋﺎﺻﻧ

ءﺍﺭﻣﻻﺍ

/Naṣā iḥu min al-imāmi a’lῑ karama Allāhu wajhahu ilā al-umarāi/The Best Advices

of Sayyidina Ali for Leader / Nasihat-Nasihat Imam Ali r.a. kepada Negarawan. Adapun data sekunder dari buku referensi lainnya yang merupakan data pendukung penelitian ini, dengan tahapan sebagai berikut :

1. Membaca buku-buku atau referensi dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian.

2. Mengklasifikasikan data yang termasuk dalam kategori norma dan nilai sosial yang terkandung dalam buku The Best Advices of Sayyidina Ali for Leader/

ﻥﻣ ﺡءﺎﺻﻧ

ءﺍﺭﻣﻻﺍ ﻲﻟﺍ ﻪﻬﺟ ﻭ ﷲ ﻡﺭﻛ ﻲﻠﻋ ﻡﺎﻣﻻﺍ

/Naṣā iḥu min al-imāmi a’lῑ karama Allāhu

wajhahu ilā al-umarāi /Nasihat-Nasihat Imam Ali r.a. kepada Negarawan.

3. Menganalisis Norma Sosial dan Nilai Sosial yang terkandung dalam buku The Best Advices of Sayyidina Ali for Leader / ءﺍﺮﻣﻻﺍﻲﻟﺍ ﻪﻬﺟ ﻭ ﷲ ﻡﺮﻛ ﻲﻠﻋ ﻡﺎﻣﻻﺍﻦﻣ ﺡءﺎﺼﻧ /Naṣā iḥu min al-imāmi a’lῑkarama Allāhu wajhahu ilā al-umarāi/Nasihat-Nasihat Imam Ali r.a. kepada Negarawan.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karya Sastra

Dunia kesustraan mengenal prosa (prose) sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre lainnya. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian yang lebih luas, ia dapat mencakup berbgai karya tulis yang ditulis dalam bentuk prosa, bukan dalam bentuk puisi atau drama. Prosa dalam pengertian ini tidak hanya terbatas pada tulisan yang digolongkan sebagai karya sastra, melainkan juga berbagai karya nonfiksi (Nurgiyantoro, 1998: 1-2).

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur yang dimaksud antara lain, peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain. Dalam hal ini peneliti mengambil tema sosiologis Sayyidina Ali yang sesuai dengan pandangan hidup, visi, falsafah, ideologi yang berpengaruh terhadap karya sastra yang ditulis. Dan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu sendiri, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra (Nurgiyantoro, 1998: 23-24).

Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik juga terdiri dari sejumlah unsur. Unsur yang dimaksud Warren (dalam Nurgiyantoro, 1998 : 24) antara lain adalah keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial juga akan berpengaruh terhadap karya sastra.

Sastra dan masyarakat memiliki keterkaitan yang saling berhubungan. Misalnya, bagaimana sastra mempengaruhi sikap mereka keseharian dengan menganalisa sistem masyarakat yang berlaku dalam kehidupan mereka.

Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial. Sastra yang ditulis pada suatu kurun waktu tertentu langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat zaman itu (Luxemburg dkk, 1982: 23).

2.2. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan sosiologis, seperti halnya pendekatan kesejarahan, sangat mempersoalkan hal-hal yang berada di luar tubuh karya sastra, seperti latar belakang pengarang, fungsi sastra terhadap masyarakat, masalah pembaca, lingkungan sosial yang melingkari kehidupan sastra, dan lain-lain. Pendekatan sosiologis dalam sejarah awal kemunculannya memandang sastra


(23)

sebagai cermin sejarah, terutama sejarah perkembangan ekonomi dan tekhnologi, serta sejarah pertentangan kelas. Segala jenis aktivitas kehidupan masyarakat, seperti budaya, ekonomi, dan industri (Semi, 1993: 73).

Dalam perkembangan lanjutan, pendekatan sosiologis dimanfaatkan untuk mengkaji latar belakang kehidupan penulis : tentang falsafah yang dianut, idiologi, pendidikan, pemikiran, visi kepengarangan ; juga mengkaji tentang masyarakat yang memiliki karya sastra; tentang resepsi masyarakat, penerimaan masyarakat terhadap karya sastra (Semi, 1993: 74).

Hoult (Narwoko dan Suyanto, 2010), mengatakan bahwa sosiologi bisa dikatakan ilmu tersendiri, karena disiplin intelektual yang secara khusus, sistematis dan terandalkan mengembangkan pengetahuan tentang hubungan sosial manusia pada umumnya dan tentang produk dari hubungan tersebut. Singkat kata, sosiologi tidak hanya merupakan suatu kumpulan subdisiplin segala bidang kehidupan, melainkan merupakan studi tentang masyarakat.

Adapun Laurenson dan Swingewood (Endaswara, 2008), mengatakan kendati sosiologi dan sastra mempunyai perbedaan tertentu namun sebenarnya dapat memberikan penjelasan terhadap makna teks sastra. Hal ini dapat dipahami, karena sosiologi objek studinya tentang manusia dan sastra pun demikian. Sastra adalah ekspresi kehidupan manusia yang tak lepas dari akar masyarakatnya. Dalam kaitan ini, sastra merupakan sebuah refleksi lingkungan sosial budaya yang merupakan satu teks antara pengarang dan sosial yang membentuknya.

Dari penjelasan tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sosiologi lebih fokus pada ilmu yang mempelajari hubungan antara sesama manusia dalam lingkup masyarakat yang dibentuknya. Sosiologi sastra memiliki landasan masing-masing, baik sosiologi ataupun sastra sama-sama membicarakan manusia dalam lingkup masyarakat tetapi bedanya sosiologi merupakan ilmu yang objektif dan rasional, sedangkan sastra lebih kepada hal yang berupa imajinatif dan subjektif. Pada dasarnya sosiologi sastra memberikan perhatian pada kaitan antara unsur kemasyarakatan yang ada dalam karya sastra. Tujuan sosiologi sastra adalah pemahaman tentang sastra yang berkaitan dengan masyarakat dan menjelaskan bahwa imajinasi tidak berlawanan dengan kenyataan.

Dalam hal ini peneliti menganalisis teks sastra, yaitu menjelaskan norma sosial dan nilai sosial yang terdapat dalam Buku ءﺍﺮﻣﻻﺍ ﻲﻟﺍ ﻪﻬﺟ ﻭ ﷲ ﻡﺮﻛ ﻲﻠﻋ ﻡﺎﻣﻻﺍ ﻦﻣ ﺡءﺎﺼﻧ / The Best Advices of Sayyidina Ali for Leader/Naṣā iḥu min al-imāmi a’lῑ karama Allāhu wajhahu ilā al-umarāi/Nasihat-Nasihat Imam Ali r.a. kepada Negarawan.


(24)

2.3. Pengertian Norma Sosial dan Nilai Sosial

Suatu ciri yang khas di dalam masyarakat manusia adanya sistem komunikasi simbolik antara para warga masyarakat dan disampaikan kepada orang lain. Apa yang dibayangkan sebagai suatu keharusan adalah selalu sesuatu yang dalam kenyataan merupakan sesuatu yang betul ada. Norma atau keharusan selalu dipertimbangkan dalam kenyataan dan mempertimbangkan pula segala kemungkinan-kemungkinan yang ada sesuai fakta. Orang tidak akan mungkin diwajibkan melakukan tindakan yang tidak dikerjakan pada umumnya. Walaupun semua norma tidak lain adalah konstruksi imajinasi dan dipengaruhi daya kreatif, namun norma-norma ini sebagai norma, atau keharusan yang bertujuan merealisasikan imajinasi ke dalam wujud konkret dalam kenyataan dan paham betul tentang realita dan fakta. Jika tidak, maka tidak akan ada efeknya dalam kenyataan (Narwoko-Suyanto, 2010: 43-44).

Nilai adalah suatu bagian penting dari kebudayaan. Suatu tindakan dianggap sah artinya secara moral dapat diterima kalau harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh masyarakat dimana tindakan itu dilakukan. di dalam masyarakat yang terus berkembang, kebiasaan dan tata kelakuan masyarakat ikut berubah seiring berubahnya nilai-nilai yang diyakini masyarakat (Narwoko-Suyanto, 2010: 55-56).

2.3.1. Norma Sosial

Dalam kehidupan sosial, manusia tidak hanya dalam bentuk wujud prilaku dan hubungan antar manusia saja tetapi ada juga dalam bentuk sistem keharusan yang disebut norma. Norma adalah aturan untuk melakukan sesuatu (Kamus Pintar Bahasa Indonesia, 2002).

Setiap individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan individu atau kelompok lainnya. Interaksi sosial mereka juga senantiasa didasari oleh adat dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Masyarakat menginginkan hidup aman, tentram dan damai tanpa gangguan, maka bagi tiap manusia perlu adanya suatu “tata”. Tata itu berwujud aturan-aturan yang menjadi pedoman bagi segala tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup, sehingga kepentingan masing-masing dapat terpelihara dan terjamin. Tata itu lazim disebut kaidah (berasal dari bahasa Arab) atau norma (berasal dari bahasa Latin) atau ukuran-ukuran (Priyanto dkk, 2008: 4).

Di dalam masyarakat manusia selalu ada, apa yang disebut double reality. Di satu pihak ada sistem fakta, yaitu sistem yang tersusun atas segala apa yang ada dalam kenyataan ada, dan di pihak lain ada sistem normatif, yaitu sistem yang berada di dalam mental yang


(25)

membayangkan segala apa yang seharusnya ada. Sebagai norma, atau keharusan, yang bertujuan merealisasi imajinasi mental ke wujud konkret dalam kenyataan haruslah memahami betul alam realita dan fakta. Sistem normatif bertujuan mencapai suatu hasil perwujudan di alam kenyataan, maka norma itu pun selalu terus menerus berorientasi kepada dan dimodifikasi oleh segala fakta pada kenyataan (Narwoko dan Suyanto, 2010: 43-44).

Dalam Narwoko dan Suyanto (2010: 48) dibedakan norma-norma sosial antara lain menjadi apa yang disebut folkways, mores, dan hukum.

Folkways ini berarti tata cara (ways) yang lazim dikerjakan atau diikuti oleh rakyat kebanyakan (folk). Folkways dimaksudkan untuk menyebutkan seluruh norma-norma sosial yang terlahir dari adanya pola-pola prilaku yang selalu diikuti oleh orang-orang kebanyakan dalam kehidupan kesehariannya yang diangap lazim serta menjadi sebuah kebiasaan.

Mores, sering dirumuskan di dalam bentuk negatif, berupa sebuah larangan keras.

Mores adalah segala norma yang secara moral dipandang benar. Mores tidak

memerlukan dasar pembenaran, karena mores itu sendiri adalah sesuatu yang sungguh-sungguh bernilai benar, dan tidak dapat diganggu gugat.

• Hukum, dalam kenyataanya tidak semua masyarakat dapat menegakkan ketertiban secara apa yang yang dlakukan di dalam masyarakat, di samping adanya folkways

dan mores, diperlukan pula adanya kaidah lain yang lazim disebut hukum. Hukum

bersifat formal dan berprosedur sehingga memaksa untuk mentaatinya sesuai dengan kaidah sosial yang berlaku dengan nama badan peradilan.

Berikut contoh dari Norma Sosial yang terdapat dalam buku

ﻡﺭﻛ ﻰﻠﻋ ﻡﺎﻣﻻﺍ ﻥﻣ ﺢﺋﺎﺻﻧ

ءﺍﺭﻣﻻﺍ ﻰﻟﺍ ﻪﻬﺟ ﻭ ﷲ

/Naṣā iḥu min al-imāmi a’lῑkarama Allāhu wajhahu ilā al-umarāi/ The

Best Advices of Sayyidina Ali for Leader/Nasihat-Nasihat Imam Ali r.a. kepada Negarawan pada halaman 18

ﺱ ﺎﻨﻟﺍ ﻒﺼﻧﺍ ﻭ ﻝ ﺪﻌﻟﺍ ﺍﻮﻣﺮﺘﺣﺍ

ﻻﺍ ﻚﻧﺎﻓ ﻚﺘﻴﻋ ﺭ ﻦﻣ ﻪﻴﻓ ﻯ ﻮﻫ ﻚﻟ ﻦﻣ ﻭ ﻚﻠﻫﺍ ﺔﺻﺎﺧ ﻦﻣ ﻭ ﻚﺴﻔﻧ ﻦﻣ ﺱ ﺎﻨﻟﺍ ﻒﺼﻧﺍﻭ ﷲ ﻒﺼﻧﺍ

ﺎﺑﺮﺣ ﷲ ﻥﺎﻛﻭ ﻪﺘﺠﺣ ﺺﺧ ﺩﺍ ﷲ ﻪﻤﺻﺎﺧ ﻦﻣﻭ ﻩﺩﺎﺒﻋ ﻥﻭﺩ ﻪﻤﺼﺧ ﷲ ﻥﺎﻛ ﷲ ﺩ ﺎﺒﻋ ﻢﻠﻅ ﻦﻣ ﻭ ﻢﻠﻈﺗ ﻞﻌﻔﺗ

ﺖﺣ

ﺏﻮﺘﻳ ﻭﺍ ﻉﺰﻨﻳ

ﺓﻮﻋﺩ ﻊﻤﺴﻳ ﷲ ﻥﺎﻓ ﻢﻠﻅ ﻰﻠﻋ ﺔﻣﺎﻗﺍ ﻦﻣ ﻪﺘﻤﻘﻧ ﻞﻴﺠﻌﺗﻭ ﷲ ﺔﻤﻌﻧ ﺮﻴﻴﻐﺗ ﻰﻟﺍ ﻰﻋﺩﺍ ءﻲﺷ ﺲﻴﻟﻭ

ﺩ ﺎﺻﺮﻤﻟﺎﺑ ﻦﻴﻤﻟﺎﻈﻠﻟ ﻮﻫﻭ ﻦﻴﻣ ﻮﻠﻈﻤﻟﺍ

Iḥtarimū al-a’dla wa anṣifi an-nāsa


(26)

Anṣifi Allāha wa anṣifi an-nāsa min nafsika wa min khaṣṣati ahlika, wa man laka

hawā fῑhi min rai’yyatika, fainnaka illa taf a’l taẓlim, wa man ẓalama i’bāda Allāhi

kāna Allāhu khaṣmahu dūna i’bādihi, wa man khaṣmahu Allāhu ad-khasa ḥujjatahu,

wa kāna lillāhi ḥarban ḥattā yanzia’ aw yatūba

Wa laysa syay ‘un ad ā’ ilā tagyῑri ni’mata Allāhi wa ta’jῑli niqmatihi min iqāmatin a’lā ẓulmin, fa‘inna Allāha yasmau’ da’wata al-maẓlumῑna, wa huwa li aẓ-ẓalimῑna bi al-mirṣādi

Hormati Keadilan dan Hak Asasi

Taatilah hak-hak Allah dan hak-hak orang lain dan ajaklah keluarga dan teman-teman serta rakyatmu untuk melakukan hal yang sama. Dan bila yang terjadi adalah sebaliknya, maka kau sudah berbuat zalim, pada dirimu sendiri juga kepada kemanusiaan. Pada saat itu, bukan hanya manusia, tapi juga Allah menjadi musuhmu. Siapa yang bagi Allah menjadi musuh, maka dia akan jatuh. Sampai akhirnya ia merasakan dosanya begitu dalam dan memohon dengan sangat ampunan dari-Nya Tidak ada yang lebih bisa mengubah nikmat Allah dan mempercepat azab-Nya selain tindakan zalim. Sesungguhnya Allah mendengar doa orang-orang yang terzalimi dan Dia Maha Mengawasi orang-orang yang berbuat zalim

Dari nasehat tersebut di atas yang termasuk dalam kategori folkways yaitu mengajak seluruh masyrakat baik itu keluarga ataupun teman untuk memberikan hak-hak yang seharusnya diberikan kepada orang yang tepat, begti juga kepada Allah dengan mentaati segala perintah-Nya. Sesuai dengan pengertian yang telah disebutkan sebelumnya folkways merupaka kebiasaan yang diikuti oleh orang kebanyakan yang sesuai dengan norma sosial yang ada.

Adapun kalimat yang menunjukkan mores yaitu jangan pernah mengambil hak orang lain yang bukan hak sendiri karena bukan hanya manusia yang membenci tetapi Allah juga sangat tidak mengizinkan siapa pun untuk melakukan hal tersebut tanpa terkecuali, bukan hanya balasan di dunia yang di dapat bahkan di akhirat mendapatkan hukuman setimpal dari Allah. Hal ini sesuai dengan pengertian dari Mores, merupakan sebuah larangan keras dan kebenarannya tidak dapat diganggu gugat.

Kemudian yang menunjukkan hukum yaitu tidak ada satu pun yang bisa merubah kehendak dari Allah baik itu nikmat atau adzab sekalipun dan tindakan yang zalim ataupun merusak tidak diperbolehkan karena dapat mengakibatkan kerugian , Allah mendengar do’a bagi siapa pun yang mengharapkan pertolongan dan lindungan pada-Nya. Hal tersebut sesuai


(27)

dengan pengertian dari hukum yakni kewajiban untuk mentaati dan adanya sanksi bagi yang melanggar.

Menurut Kluckhon (tanpa tahun), Norma Sosial dilihat dari sumbernya yaitu

1) Norma agama, yakni ketentuan hidup yang bersumber dari ajaran agama (wahyu dan revelasi)

2) Norma kesopanan, ketentuan hidup yang berlaku dalam interaksi sosial masyarakat 3) Norma kesusilaan, ketentuan yang bersumber pada hati nurani,moral,atau filsafat

hidup.

4) Norma hukum, ketentuan tertulis yang berlaku dari kitab undang-undang suatu negara

Fungsi Norma Sosial yaitu

a) Sebagai pedoman atau patokan perilaku pada masyarakat b) Merupakan wujud konkret dari nilai yang ada di masyarakat

c) Suatu standar atau skala dari berbagai kategori tingkah laku masyarakat

.

2.3.2. Nilai Sosial

Young (tanpa tahun) berpendapat bahwa nilai sosial adalah asumsi abstrak dan sering tidak disadari tentang apa yang benar dan apa yang tidak penting (http:/www.defenisi-pengertian.blogspot.com/2010/01/penertian-nilai-dan-nilai-sosial.html)

Nilai pada hakikatnya mengarahkan prilaku dan pertimbangan seseorang, tetapi tidak menghakimi apakah sebuah prilaku tertentu itu salah atau benar. Nilai adalah suatu bagian penting dalam kebudayaan, suatu tindakan dianggap sah, artinya secara moral dapat diterima kalau sesuai dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh masyarakat. Di dalam masyarakat yang terus berkembang, nilai senantiasa akan ikut berubah. Pergeseran tersebut dapat mempengaruhi folkways dan mores (Narwoko dan Suyanto, 2010: 55).

.

2.3.3. Ciri-ciri Nilai Sosial

Menurut Hulky (dalam Basrowi, 2005: 81), ada beberapa ciri-ciri Nilai Sosial yaitu 1. Nilai merupakan konstruksi masyarakat yang tercipta melalui interaksi di antar para

anggota masyarakat. Nilai tercipta secara sosial, bukan secara biologis atau bawaan sejak lahir.

2. Nilai sosial ditularkan. Nilai yang menyusun sistem nilai diteruskan dan ditularkan di antara anggota-anggota dan diteruskan dari satu grup ke grup lainnya dalam suaru


(28)

masyarakat melalui berbagai macam proses sosial dan dari satu masyarakat serta kebudayaan ke lainnya melalui akulturasi, difusi, dan sebagainya.

3. Nilai dipelajari. Nilai dicapai dan bukan bawaan lahir melalui proses belajar dalam keluarga melalui sosialisasi.

4. Nilai memuaskan manusia dan mengambil bagian dalam usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial.

5. Nilai merupakan asumsi-asumsi abstrak di mana terdapat konsensus sosial tentang harga relatif dari objek dalam masyarakat.

6. Nilai cenderung berkaitan satu dengan yang lain secara komunal untuk membentuk pola-pola dan sistem nilai dalam masyarakat.

7. Sistem-sistem nilai bervariasi antara kebudayaan satu dengan yang lain, sesuai dengan harga relatif yang diperlihatkan oleh setiap kebudayaan terhadap pola-pola aktvitas dan tujuan serta sasarannya.

2.3.4. Sumber Nilai Sosial

Sumber – sumber nilai sosial adalah sebagai berikut : a) Tuhan

Sebagian besar nilai sosial yang dimiliki masyarakat bersumber dari Tuhan. Nilai sosial ini disampaikan melalui ajaran – ajaran agama. Nilai – nilai sosial dari Tuhan memberikan pedoman cara bersikap dan bertindak bagi manusia. Contoh nilai tentang hidup sendiri, kejujuran, dll. Para ahli menyebut nilai yang bersumber dari Tuhan sebagai nilai Theonom.

b) Masyarakat

Ada juga nilai sosial yang berasal dari kesepakatan sejumlah anggota masyarakat. Nilai sosial yang berasal dari kesepakatan banyak orang ini disebut nilai Heteronom. Contoh pancasila yang berisi ajaran nilai sosial yang harus dipedomani oleh seluruh warga Negara Indonesia.

c) Individu

Nilai sosial juga bias bersumber dari rumusan seseorang. Orang itu merupakan suatu nilai, kemudian nilai tersebut dipakai masyarakat sebagai acuan bersikap dan bertindak. Nilai sosial yang berasal dari individu disebut nilai Otonom. Contoh konsep triad politica yang


(29)

dirumuskan oleh J.J. Rousseau

2.3.5. Fungsi Nilai Sosial

Fungsi nilai sosial adalah:

1. Sebagai petunjuk arah bertindak dan bersikap.

2. Sebagai pemandu serta pengontrol sikap dan tindakan manusia.

3. Sebagai motivator

Berikut contoh dari Nilai Sosial yang terdapat dalam buku

ﷲ ﻡﺭﻛ ﻰﻠﻋ ﻡﺎﻣﻻﺍ ﻥﻣ ﺢﺋﺎﺻﻧ

ءﺍﺭﻣﻻﺍ ﻰﻟﺍ ﻪﻬﺟ ﻭ

/

Naṣā iḥu min al-imāmi a’lῑ karama Allāhu wajhahu ilā al-umarāi / The

Best Advices of Sayyidina Ali for Leader/Nasihat-Nasihat Imam Ali r.a. kepada Negarawan pada halaman 24

ﻚﺘﻴﻋﺮﺑ ﻦﺴﺣﺍ ﻭ

ﺕﺎﻧ ﻭﺋﻣﻟﺍ ﻪﻔﻳﻔﺧﺗﻭ ﻡﻬﻳﻟﺍ ﻪﻧ ﺎﺳﺣﺍ ﻥﻣ ﻪﺗﻳﻋﺭﺑ ﻝ ﺍﻭ ﻥﻅ ﻥﺳﺣ ﻰﻟﺍ ﻰﻋﺩﺎﺑ ءﻲﺷ ﺱﻳﻟ ﻪﻧﺍ ﻡﻠﻋﺍﻭ

ﻥﻅﻟﺍ ﻥﺳﺣ ﻪﺑ ﻙﻟ ﻊﻣﺗﺟﻳ ﺭﻣﺍ ﻙﻟﺫ ﻲﻓ ﻙﻧﻣ ﻥﻛﻳﻠﻓ ﻡﻬﻠﺑﻗ ﻪﻟ ﺱﻳﻟ ﺎﻣ ﻰﻠﻋ ﻡﻫﺎﻳﺍ ﻪﻫﺍﺭﻛﺗﺳﺍ ﻙﺭﺗﻭ ﻡﻬﻳﻠﻋ

ءﺎﺳ ﻥﻣ ﻕﺣﺍ ﻥﺍ ﻭ ﻩﺩﻧﻋ ﻙﺅﻼﺑ ﻥﺳﺣ ﻥﻣ ﻕﺣﺍ ﻥﺍ ﻭ ﻼﻳﻭﻁ ﺎﺑﺻﻧ ﻙﻧﻋ ﻊﻁﻘﻳ ﻥﻅﻟﺍ ﻥﺳﺣ ﻥﺎﻓ ﻙﺗﻳﻋﺭﺑ

ﻩﺩﻧﻋ ﻙﺅﻼﺑ ءﺎﺳ ﻥﻣﻟ ﻪﺑ ﻙﻧﻅ

Wa aḥsin bi ar-rai’yyatika

Wa a’lam annahu laysa syay ‘un bi ‘adā’ ilā ḥusni ẓanni walin bi rai’yyatihi min iḥsanihi ilayhim, wa takhfῑfihi al-mu’ mināti a’layhim, wa tarki istikrāhihi iyyāhum

a’lā mā laysa lahu qablahum, falyakun minka fῑ żalika amru yajtamiu’ laka bihi

ḥusnu aẓ-ẓanni bi rai’yyatika, fainna ḥusna aẓ-ẓanni yaqṭau’ a’nka naṣban ṭawilan,

wa anna ahaqqa man ḥasuna balā ’uka i’ndahu, wa inna ahaqqa man sā ’a ẓannuka

bihi li man sā ’a balā ’uka i’ndahu

Tanamkan Kebaikan pada Rakyatmu

Ingatlah bahwa rasa percaya antara pemimpin dan yang dipimpin, hanya akan timbul karena adanya kebaikan, keadilan, serta pelayanan. Oleh sebab itu, tanamlah kebaikan pada semua orang, karena niat baik mereka saja sudah akan meringankan bebanmu. Kebaikanmu terhadap mereka akan menghasilkan kepercayaan mereka terhadapmu. Sementara sikap kasarmu justru akan menimbulkan kebencian mereka


(30)

Dari nasehat tersebut di atas yang menjelaskan tentang nilai sosial adalah memberikan kebaikan pada masyarakat dan menumbuhkan rasa kepercayaan serta kenyamanan pada masyarakat pada pemimpin. Sehingga akan menciptakan keadilan dan memberikan pelayanan terbaik pada mereka dengan niat yang tulus, jangan sekalipun kasar terhadap mereka hanya akan menimbulkan kebencian di anatar mereka terhadap pemimpin.


(31)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sinopsis

Buku ءﺍﺮﻣﻻﺍ ﻰﻟﺍ ﻪﻬﺟ ﻡﺮﻛ ﻰﻠﻋ ﻡﺎﻣﻻﺍ ﻦﻣ ﺢﺋﺎﺼﻧ /Naṣā iḥu min al-imāmi a’lῑ karama Allāhu wajhahu ilā al-umarāi / The Best Advices of Sayyidina Ali for Leader/ Nasihat-Nasihat Imam Ali r.a. kepada Negarawan merupakan buku yang berisi tentang dokumen penting dalam menjelaskan tata cara mengatur negara dengan sebaik mungkin tanpa harus memandang status dan sesuai dengan hak serta kewajiban masing-masing. Buku ini ditulis oleh Ali bin Abi Thalib r.a pada tahun 1400 lalu yakni 655 M, pada saat beliau menjadi pemimpin negara Islam. Buku ini ditujukan kepada Gubernur Mesir kala itu, Malik bin Haris Al-Asytar, yang berisikan prinsip-prinsip dasar dalam mengatur negara.

Dalam buku tersebut beliau mengatakan bahwa dalam sebuah pemerintahan akan ada dua sisi yang harus diperhatikan yakni adil dan zhalim. Masyarakat membutuhkan pemimpin yang bisa membantu mereka dalam menghadapi apa pun karena pemimpin dan masyarakat saling membutuhkan. Pemimpin membutuhkan orang kepercayaan untuk mendampinginya dalam mengatur urusan rakyat, sehingga pemimpin lebih terbuka dengan masyarakat dan tahu menempatkan diri dalam masyarakat. Pemimpin tidak dibenarkan terlalu banyak memberikan janji dan yang pada akhirnya tidak dapat dipenuhi, sehingga membuat rakyat kecewa. Apa pun yang dilakukan oleh pemimpin sebaiknya tidak terlalu dibesar-besarkan atau diungkit dengan maksud mengharapakan pujian yang berlebihan.

Rakyat akan baik jika dipimpin oleh seorang penguasa yang baik juga, jadi sebaiknya pemimpin memenuhi hak dan kewajiban rakyatnya. Menciptakan keadilan untuk menumbuhkan rasa cinta rakyat kepada pemimpin dan mengingatkan jika seorang pemimpin melakukan kelalaian yang tidak disengaja. Menanamkan rasa kasih sayang dalam hati masyarakat dan memperlakukan mereka dengan lembut dan adil. Karena rakyat adalah kekuatan negara yang siap menghadapi musuh.

Pemimpin juga harus memenuhi hak Allah, keluarganya, dan orang yang dicintainya. Karena jika tidak berarti sama saja dengan zhalim, Allah tidak menyukai orang yang berbuat zhalim terhadap hamba-Nya. Rendah hatilah kepada rakyat, tersenyum, dan hormatilah mereka, karean dengan demikian orang lemah merasa terlindungi dan tidak putus asa untuk mendapatkan keadilan. Jika ada kabar yang tidak benar menyebar dalam masyarakat, sebaiknya pemimpin memaafkan mereka dan menjelaskan kebenarannya dengan sikap santun sebagai tanda kasih sayang terhadap rakyat.


(32)

Tugas utama seorang pemimpin adalah berlaku adil dalam memutuskan suatu perkara hukum tanpa pandang bulu. Jika keluarga terdekat melakukan kesalahan, maka hukumlah sesuai undang-undang yang ditetapkan dan tidak menutup-nutupinya ataupun meringankan hukuman. Pemimpin terus mengharapkan pertolongan dan petunjuk dari Allah dalam menghadapi segala urusan dan tetap berlaku tegas dan lembut.

Pemimpin sebaiknya memilih tentara yang paling tulus mencintai Allah, Rasul dan pemimpinnya. Yang memiliki kemuliaan hati, pemaaf, sayang terhadap bawahannya dan bersikap tegas dalam memimpin. Penuhilah kebutuhan para tentara sesuai hak mereka, karena mereka adalah benteng negara dalam memerangi musuh.

Beliau juga mengingatkan untuk tidak berperang jika musuh tidak memulainya, karena perang harus memiliki alasan yang kuat dan tidak terlalu tergesa-gesa dalam suatu urusan. Jika musuh kalah, maka tidak diperkenankan untuk membunuh mereka yang tidak berdaya karena lemah fisik, diantaranya tidak mengganggu wanita dan mencaci maki pemimpin mereka. Takutlah hanya kepada Allah untuk memperoleh ketenangan dan tetaplah bersabar.

3.2 Biografi Pengarang

Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf, Amirul Mukminin, Abu Hasan, bangsa Quraisy dari keturunan Bani Hasyim. Ibunya adalah Fathimah binti Asyad bin Hasyim bin Abdi Manaf Al-Hasyimiyah, putri paman Abi Thalib. Ali termasuk orang-orang terdahulu yang lebih awal masuk islam (As-Sabiqunal Awwalun), beliau menyaksikan dan ikut dalam perang Badar dan peperangan sesudahnya. Beliau dijuluki Abu Turab (As-Sya’rawi, 2004: 380-381). Dilahirkan kira-kira tiga puluh tahun lalu setelah kelahiran Rasulullah saw. Ayahnya Abu Thalib adalah paman dari pihak ayah Rasulullah, yang telah mengasuhnya setelah kakek Rasulullah wafat. Nama Ali berasal dari keturunan ayah adalah Abdul Hasan (Khan, 2000: 195).

Ali adalah seorang yang memiliki rambut kepala dan jenggot berwarna putih, dan ketika berkhutbah memakai sarung dan serban, serta pendamai, kedua matanya agak berat dan besar, dia cenderung agak pendek (As-Sya’rawi, 2004: 382). Wajahnya tampan. Kulitnya amat gelap. Postur tubuhnya tegap dan proporsional. Bangun tubuhnya kokoh, seakan-akan dari baja. Berisi. Jika berjalan seakan-akan sedang turun dari ketinggian, seperti berjalannya Rasulullah Saw. Seperti dideskripsikan dalam kitab Usudul Ghaabah fi Ma'rifat ash Shahabah: adalah Ali bin Abi Thalib bermata besar, berkulit hitam, berotot kokoh, berbadan besar, berjenggot lebat, bertubuh pendek, amat fasih dalam berbicara, berani, pantang


(33)

mundur, dermawan, pemaaf, lembut dalam berbicara, dan halus perasaannya. Dan sifat

kejiwaannya adalah penuh dengan kemuliaan

Dalam sebuah khotbah beliau berkata, “Imam keturunan Muhammad, adalah pengemban rahasia-Nya. Barangsiapa berlindung pada mereka akan dituntun menuju Allah. Merekalah pusat pengetahuan tentang Dia, penyampai semua aturan agama-Nya, penjaga Al-Qur’an dan Sunnah, bagaikan gugusan gunung yang menjaga agama dan membuat Islam kukuh, kuat, dan jaya. Ilmu mereka lahir dari ketaatan mereka, tampak luar mereka adalah cerminan bathin mereka, diam mereka adalah kebijaksanaan mereka. Saat kanak-kanak, wali dari keturunanku sangat pendiam dan ketika dewasa mereka paling mengetahui ilmu (Ja’fariyan, 2010: 40-41).

.

Istri Ali pertama adalah putri tercinta Rasulullah saw. Fatimah R.A. ia memperoleh tiga putra yakni, Hasan, Husain, dan Muhsin serta dua putri yakni, Zainab dan Ummi Kultsum darinya. Putra termuda, Muhsin meninggal dalam masa kanak-kanak. Setelah Fatimah meninggal Ali menikah sejumlah istri. Ummu al-Banin binti Hizam darinya mendapatkan Abbas, Ja’far, Abdullah dan Utsman. Laila binti Mas’ud yang telah melahirkan Ubaidullah dan Abu Bakar. Asma binti Umais melahirkan Yahya dan Muhammad Ashgar. Sahba binti Rabi;ah memberinya Umar dan Ruqayyah. Amamah binti Abil Ash mendapatkan Muhammad Aswat. Khaulah binti Ja’far melahirkan Muhammad bin Ali. Ummi said melahirkan Ummul Hasan dan Ramiah Kubrah. Mahyah binti Ummul Qais meninggalkan putri dan meninggal pada masa kanak-kanak (Khan, 2000: 252-253). Ali r.a juga memiliki sejumlah budak perempuan yang darinya melahirkan anak-anak perempuan sebagai berikut: Ummi Hani, Maiminah, Zainab Sughra, Ramlah Sughra, Ummi Kultsum Sughra, Fatimah, Umamah, Khadijah, Ummi Salamah, Ummi Ja’far, Jamanah dan Nafisah (Khan, 2000:253).

Dalam surat beliau pada para petugas pengumpul zakat, beliau mencantumkan petunjuk bagaimana cara bersikap dan berbicara dengan manusia, “ Wahai hamba Allah! Wali dan Khalifah Allah mengutusku kepada kalian untuk mengumpulkan karunia (hak) Allah yang dititipkan dalam harta benda kalian (Ja’fariyan, 2010: 44).

Kalimat “Wali dan Khalifah Allah” yang disebutkan beliau untuk dirinya ini adalah konsep secara utuh dipahami Syi’ah. Dengan kata lain, konsep ini dibentuk pada masa khalifah Imam, teori ini membangun identitas paham Syi’ah mengenai masalah Imamah (khalifah). Selama masa kekhalifahan beliau, dengan mengungkapkan peristiwa-peristiwa di masa datang yang disebut “malahim wa fitan” di dalam beberapa khotbahnya, Imam menampilkan diri bukan sekedar khalifah biasa. Beliau menubuatkan masa depan tetapi


(34)

bukan sebagai analisis politik. Kharisma kepribadian Imam dalam pandangan irfan dan sufistik, berakar pada pandangan yang mendorong publik mengakui kepantasan beliau menyandang gelar “Wali (waliy)” dalam arti seutuhnya dan juga pernyataan-pernyataan dan sikap-sikap beliau yang secara umum diakui bersifat Ilahiah, tambahan lagi beliau pernah meminta manusia untuk bertanya padanya sebelum mereka kehilangan dirinya (Ja’fariyan, 2010: 44-41).

Menghadapi penentangan para penyeleweng dan pembangkang, Imam memanfaatkan argumen ini sebagai dalil khalifahnya sehingga banyak dari kaum muslim mendukung dan membantu beliau memerangi musuhnya. Namun, beliau tidak menganggap cara ini sebagai cara yang sah (menurut syari’at) untuk membuktikan kemimpinannya begitupun sahabat beliau yang mengakui kepemimipinan beliau jauh sebelum pemba’iatan yang dilakukan kaum Muhajirin dan Anshar, tidak mengakui ini sebagai prinsip dasar pemilihan pemimpin. Sehingga perbedaan pendapat yang terjadi masa Saqifah sampai kesyahidan Imam mempengaruhi pemikiran Islam. Kesimpulan singkatnya, peristiwa tersebut membentuk pandangan politik. Perisiwa pembunuhan Usman dan pengangkatan Ali sebagai khalifah mengubah pandangan Syi’ah secara kualitas dan kuantitas. Mencakup keimamahan Ali dan keunngulannya yang melebihi kkalifah-khalifah lainnya. Terdapat banyak pertentangan pendapat mengenai kualitas dan kuantitas dari beberapa kecendrungan politik pada masa itu (Ja’fariyan, 2010: 46-47).

Beliau wafat pada tanggal19 Ramadhan 40 H, di saat fajar menjelang, beliau dilukai di bagian kepala oleh lelaki paling gelap hatinya di dunia bernama Abdurrahman bin Muljam. Beliau syahid tiga hari kemudian yaitu tanggal 21 Ramadhan 40 H (Ja’fariyan, 2010: 213).

3.3 Norma Sosial pada Buku The Best Advices of Sayyidina Ali for Leader/ ﻡﺎﻣﻻﺍﻦﻣﺢﺋﺎﺼﻧ

ﻰﻠﻋ ﻡﺮﻛ ﻪﻬﺟ ﻰﻟﺍ

ءﺍﺮﻣﻻﺍ / Naṣā iḥu min al-imāmi a’lῑkarama Allāhu wajhahu ilā al

-umarāi / Nasehat-Nasehat Imam Ali r.a kepada Negarawan

Norma Sosial yang terdapat dalam buku The Best Advices of Sayyidina Ali for Leader/ ءﺍﺮﻣﻻﺍﻰﻟﺍﻪﻬﺟﻭﷲﻡﺮﻛﻰﻠﻋﻡﺎﻣﻻﺍﻦﻣﺢﺋﺎﺼﻧ / Naṣā iḥu min al-imāmi a’lῑkarama Allāhu wajhahu ilā al-umarāi / Nasehat-Nasehat Imam Ali r.a kepada Negarawan. Norma-norma sosial tersebut dibedakan menjadi folkways, mores, dan hukum.


(35)

1. Folkways

a. Pertahankan Kebiasaan Mulia Pendahulu Kita

ﺮﻴﺨﻟﺍ ﻥﻮﻘﺒﺴﻟﺍ ﺩﺎﺘﻋﺍ ﺎﻣ ﻞﻛ ﺍﻮﻋﺭﺍ ﻭ

.ﺔﻴﻋﺮﻟﺍ ﺎﻬﻴﻠﻋ ﺖﺤﻠﺻ ﻭ ,ﺔﻔﻟﻻﺍ ﺎﻬﺑ ﺖﻌﻤﺘﺟﺍ ﻭ ,ﺔﻣﻻﺍ ﻩﺬﻫ ﺭﻭﺪﺻ ﺎﻬﺑ ﻞﻤﻋ ﺔﺤﻟﺎﺻ ﺔﻨﺳ ﺾﻘﻨﺗ ﻻ ﻭ .ﺎﻬﻨﻣ ﺖﻀﻘﻧ ﺎﻤﺑ ﻚﻴﻠﻋ ﺭﺯﻮﻟﺍ ﻭ ,ﺎﻬﻨﺳ ﻦﻤﻟ ﺮﺟﻻﺍ ﻥﻮﻜﻴﻓ ,ﻦﻨﺴﻟﺍ ﻚﻠﺗ ﻰﺿﺎﻣ ﻦﻣ ﺊﺸﺑ ﺮﻀﺗ ﺔﻨﺳ ﻦﺛﺪﺤﺗ ﻻ ﻭ

War’aw kulla mā i’tāda as sābiqūna al khayra

Wa lā tanquḍ sunnata ṣudūru hażihi al ummati, wajtama’ta bihā al ulfatu, wa ṣalahat

‘alayhā ar ra’iyyatu

Wa lā tuḥdiṡanna sunnatan taḍurru bisay’in min māḍῑ tilka as sunani, fayakūna al

ajru liman sannahā, wa al wizrāu ‘alayka bimā naqaḍat minhā

Pertahankan Kebiasaan Mulia Pendahulu Kita

Jangan engkau hilangkan kebiasaan shalih yang telah dilakukan para pendahulu kita, yang telah berhasil menciptakan keselarasan dan kemajuan di kalangan rakyatmu. Janganlah membuat kebijakan yang justru melemahkan potensi dan manfaat sunnah-sunnah itu. Mereka yang telah meneguhkan tradisi-tradisi mulia itu memang telah mendapatkan penghargaannya, namun adalah tanggungjawabmu bila semua hal itu kemudian terganggu (halaman 23).

Dari contoh tersebut di atas yang menjelaskan folkways adalah berusaha terus menjaga nama baik dan melaksanakan kebaikan-kebaikan para pendahulu dengan sebaik mungkin karena mereka menciptakan keselarasan serta kemajuan yang bermanfaat dan jika hal tersebut tidak terlaksana maka setiap orang bertanggungjawab untuk memperbaikinya kembali. Hal tersebut telah berjalan sejak lama dan setiap orang bertanggungjawab tidak ada batasan umur ataupun status untuk melaksanakannya. Sesuai dengan pengertian folkways tersebut di atas adalah tata cara yang lazim digunakan orang kebanyakan dan merupakan suatu kebiasaan pada masyarakat itu sendiri. Folkways ini menunjukkan norma kesusilaan yang berfungsi sebagai pedoman atau patokan perilaku dalam masyarakat.

b. Tugas Utama dan Kewajibanmu


(36)

ﷲ ﻰﻠﺻ ﻰﻠﺻ ﺎﻨﻴﺒﻧ ﻦﻋ ﺮﺛﺍ ﻭﺍ ,ﺔﻠﺿﺎﻓ ﺔﻨﺳ ﻭﺍ ,ﺔﻟﺩﺎﻋ ﺔﻣﻮﻜﺣ ﻦﻣ ﻚﻣﺪﻘﺗ ﻦﻤﻟ ﻰﻀﻣ ﺎﻣ ﺮﻛﺬﺘﺗ ﻥﺍ ﻚﻴﻠﻋ ﺐﺟﺍﻮﻟﺍﻭ

ﻰﻓ ﻚﻴﻟﺍ ﺕﺪﻬﻋ ﺎﻣ ﻉﺎﺒﺗﺍ ﻰﻓ ﻚﺴﻔﻨﻟ ﺪﻬﺘﺠﺗ ﻭ ,ﺎﻬﻴﻓ ﻪﺑ ﺎﻨﻠﻤﻋ ﺎﻤﻣ ﻪﺗﺪﻫﺎﺷ ﺎﻤﺑ ﻯﺪﻘﺘﻓ ,ﷲ ﺏﺎﺘﻛ ﻰﻓ ﺔﻀﻳﺮﻓ ﻭﺍ ,ﻪﻟﺍﻭ ﻪﻴﻠﻋ .ﺎﻫﺍﻮﻫ ﻰﻟﺍ ﻚﺴﻔﻧ ﻉﺮﺴﺗ ﺪﻨﻋ ﺔﻠﻋ ﻚﻟ ﻥﻮﻜﺗ ﻼﻴﻛﺍ ,ﻚﻴﻠﻋ ﻲﺴﻔﻧﺍ ﺔﺠﺤﻟﺍ ﻦﻣ ﻪﺑ ﺖﻘﺛ ﻮﺘﺳﺍﻭ ,ﺍﺬﻫ ﻱﺪﻬﻋ Al-waẓῑfatu al-ūlā wa wājibātukum

Walwājibu ‘alayka an tatażakkara mā maḍā liman taqaddamaka min ḥukūmatin ‘ādilatin, aw sunnatin fāḍilatin, aw aṡarin ‘an nabiyyinā ṣalla Allāhu wālihi, aw farῑḍatin fῑ kitābi All āhi, fataqdῑya bimā syāhadtahu mimmā ‘amilnā bihi fῑhā, wa tajtahida linafsika fῑttibā’i mā ‘ahidtu ilayka fῑ ‘ahdῑ hāżā, wastawṡaqtu bihi min al-ḥujjati linafsῑ‘alaika, likaylā takūna laka ‘illatun ‘inda tasarru’i nafsika ilā hawahā Tugas Utama dan Kewajibanmu

Hal yang sangat penting sekali bagimu adalah mempelajari prinsip-prinsip yang telah mengilhami para pemimpin yang baik dan adil,yang hidup sebelum dirimu. Ikutlah jejak nabi besar kita, sunah-sunahnya, dan semua ketentuan yang ada dalam Al-Qur’an, atau apa pun yang bisa engkau pahami dari caraku mengatasi berbagai masalah selama ini

Berusahalah keras bekerja dengan kemampuan terbaikmu untuk menjalankan perintah atau nasihat-nasihat yang kuberikan padamu ini, yang dengan penuh khidmat harusnya engkau jalankan. Dengan surat ini, aku mendukungmu bukan untuk melemahkan hatimu atau melarikan kamu dari tugas dan tanggungjawab yang telah dipercayakan padamu (halaman 58).

Dari contoh tersebut yang menjelaskan Norma Sosial sebagai wujud konkret dari nilai dalam masyarakat adalah hal terpenting dalam prinsip seorang pemimpin adalah berlaku jujur dan adli seperti para pemimpin sebelumya. Dengan terus mempetahankan sunnah-sunnah nabi dan perpedoman pada Al-Qur’an dalam mengatasi segala macam masalah yang dihadapi. Berusaha dengan sebaik mungkin dalam menjalankan amanah dan mendengarkan nasehat yang diberikan ketika menjalankan tugas kepemimpinan dengan tanggungjawab yang telah dipercayakan. Folkways ini menunjukkan norma kesusilaan yang berfungsi sebagai wujud konkretdari nilai yang ada di masyarakat.


(37)

2. Mores

a. Norma hukum yang berfungsi sebagai suatu standard atau skala dari berbagai kategori tingkah laku masyarakat.

1. Tiada Beda : Rakyat dan Pemerintah

ﻲﻟﺍﻮﻟﺍ ﻭ ﺔﻴﻋﺮﻟﺍ ﻦﻴﺑ ﻕﻭﺮﻔﻟﺍ ﻡﺪﻋ

ﻰﻟﺍ ﻦﻠﺠﻌﺗ ﻻﻭ ,ﻚﻟ ﺢﻀﻳ ﻻﺎﻣ ﻞﻛ ﻦﻋ ﺏﺎﻐﺗ ﻭ ,ﺮﺗﻭ ﻞﻛ ﺐﺒﺳ ﻚﻨﻋ ﻊﻄﻗﺍ ﻭ ,ﺪﻘﺣ ﻞﻛ ﺓﺪﻘﻋ ﺱﺎﻨﻟﺍ ﻦﻋ ﻖﻠﻁﺍ .ﻦﻴﺤﺻﺎﻨﻟﺎﺑ ﻪﺒﺸﺗ ﻥﺍ ﻭ ﺵﺎﻏ ﻰﻋﺎﺴﻟﺍ ﻥﺎﻓ ,ﻉﺎﺳ ﻖﻳﺪﺼﺗ

A’damu al furūqi bayna ar rai’yyati wa al wālῑ

Aṭliq a’ninnāsi u’qdatan kulla ḥiqdin, wa aqṭa’ a’nka sababa kulli witrin, wa tagāba

a’n kulli mā lā yaḍiḥu laka, wa lā ta’jalanna ilā taṣdῑqin sāi’n, fainna as sā’i gāsyun

wa in tasyabbaha bi an nāṣiḥῑna

Tiada Beda: Rakyat dan Pemerintah

Urai dan putuskan pertalian kusut yang penuh dengki. Lepaskan dari orang-orang ikatan setiap kedengkian, putuslah darimu sebab-sebab permusuhan dan jangan pedulikan setiap hal yang tidak jelas pada dirimu. Jangan cepat mempercayai setiap orang pembawa isu, karena setiap orang penyebar isu adalah penipu meskipun menyerupai orang-orang shalih yang suka memberi nasihat (halaman 19).

Dari contoh tersebut di atas yang menjelaskan mores adalah menghilangkan rasa dengki dan kebencian dari hati setiap orang serta tidak mempercayai isu yang tidak benar karena hanya akan menimbulkan permusuhan. Hal ini sesuai dengan pengetian mores tersebut di atas adalah sebuah larangan keras karena bersifat negatif dan tidak benar sesuai norma yang dianggap benar. Mores ini menunjukkan norma hukum yang berfungsi sebagai suatu standard atau skala dari berbagai kategori tingkah laku masyarakat.

2. Lembut dan Rendah Hati

ﻢﻬﻨﻴﺑ ﻒﻄﻠﻟﺍ ﻭ ﺍﻮﻌﺿﺍﻮﺗ

.ﺔﺣﻭﺪﻨﻣ ﺎﻬﻨﻋ ﺖﻠﻌﺟﻭ ﺓﺭﺩﺎﺑ ﻰﻟﺍ ﻦﻋ ﺮﺴﺗ ﻻﻭ ,ﺔﺑﻮﻘﻌﺑ ﻦﺤﺠﺒﺗ ﻻﻭ ,ﻮﻔﻋ ﻰﻠﻋ ﻦﻣﺪﻤﺗ ﻻ ﻭ .ﺮﻴﻐﻟﺍ ﻦﻣ ﺏﺮﻘﺗﻭ ,ﻦﻳﺪﻠﻟ ﺔﻜﻬﻨﻣﻭ ,ﺐﻠﻘﻟﺍ ﻰﻓ ﻝﺎﻏﺩﺍ ﻚﻟﺫ ﻥﺎﻓ ,ﻉﺎﻁﺎﻓ ﺮﻣﺍ ﺮﻣﺆﻣ ﻲﻧﺍ ﻦﻟﻮﻘﺗ ﻻﻭ

ﻥﺎﻓ ,ﻚﺴﻔﻧ ﻦﻣ ﻪﻴﻠﻋ ﺭﺪﻗﻭ ,ﻚﻗﻮﻓ ﷲ ﻚﻠﻣ ﻢﻈﻋ ﻰﻟﺍ ﺮﻈﻧﺎﻓ ,ﺔﻠﻴﺨﻣ ﻭﺍ ﺔﻬﺑﺍ ﻚﻧﺎﻄﻠﺳ ﻦﻣ ﻪﻴﻓ ﺖﻧﺍ ﺎﻣ ﻚﻟ ﺙﺪﺣﺍ ﺍﺫﺍﻭ .ﻚﻠﻘﻋ ﻦﻣ ﻚﻨﻋ ﺏﺰﻋﺎﻤﺑ ﻚﻴﻟﺍ ﺊﻔﻳﻭ ,ﻚﺑﺮﻏ ﻦﻣ ﻚﻨﻋ ﻒﻜﻳﻭ ,ﻚﺣﺎﻤﻁ ﻦﻣ ﻚﻴﻟﺍ ﻦﻣﺎﻄﻳ ﻚﻟﺫ


(38)

.ﻝﺎﺘﺨﻣ ﻞﻛ ﻦﻴﻬﻳﻭ ,ﺭﺎﺒﺟ ﻞﻛ ﻝﺬﻳ ﷲ ﻥﺎﻓ ,ﻪﺗﻭﺮﺒﺟ ﻲﻓ ﻪﺑ ﻪﺒﺸﺘﻟﺍﻭ ,ﻪﺘﻤﻈﻋ ﻲﻓ ﷲ ﺓﺎﻣﺎﺴﻣﻭ ﻙﺎﻳﺍ

Tawāḍa’ū wa al-luṭafa baynahum

Wa lā tamdamanna ‘alā ‘afwin, wa lā tabajaḥanna bi’uqūbatin, wa lā tusri’anna ilā

bādiratin wajadta ‘anhā mandūḥatan

Wa lā tuqūlanna innῑ muammarun āmuru fauṭā’u, fainna żalika idgālun fῑ al-qalbi,

wa manhakatun li ad-dῑni, wa taqarrubun mina al-gayri

Wa iżā aḥdaṡa laka mā anta fῑhi min sulṭānika ubbahahan aw makhῑlatan, fanẓur ilā

‘iẓami mulki Allāhi fawqaka, wa qudratihi minka ‘alā mā lā taqdiru ‘alayhi min

nafsika, fainna żalika yuṭāminu ilayka min ṭimāḥika, wa yakuffu ‘anka min garbika,

wa yafiu ilayka bimā ‘azaba min ‘aqlika

Iyy āka wa musāmāta Allāhi fῑ ‘aẓamatihi, wa at-tasyabbuha bihi, fainna Allāha

yużillu kullu jabbārin, wa yuhῑnu kulla mukhtālin

Lembut dan Rendah Hati

Janganlah pernah menyesal atas ampunan yang kau berikan. Begitupun janganlah bergembira dengan sebuah hukuman. Jangan pula tergesa-gesa memutuskan atau melakukan semata karena emosi, sementara engkau sebenarnya dapat memperoleh jalan keluar

Jangan katakan, ”Aku ini telah diangkat menjadi pemimpin maka aku bisa memerintahkan dan harus ditaati, ”karena hal itu akan merusak hatimu sendiri, melemahkan keyakinanmu pada agama dan menciptakan kekacauan dalam negerimu Bila kau merasa bahagia dengan kekuasaanmu, atau malah merasakan semacam gejala rasa bangga atau ketakaburan, maka pandanglah kekuasaan dan keagungan pemeritahan Allah atas semesta, yang kamu sama sekali tak mampu kuasai. Hal itu akan meredakan ambisimu, mengekang kesewanang-wenanganmu dan mengembalikan pemikiranmu yang terlampau jauh

Jangan sampai engkau melawan Allah dalam keagungan-Nya dan menyerupai-Nya dalam keperkasaan-Nya. Sesungguhnya Allah akan merendahkan setiap orang yang angkuh dan menghinakan setiap orang yang sombong (halaman 18).

Dari contoh tersebut di atas yang menjelaskan Norma Kesopanan adalah jangan memutuskan segala sesuatu ketika sedang emosi dan terus menjaga amanah ketika diberikan kepercayaan dan jangan menyalahgunakan kepemimipinan untuk pribadi dengan sewenang-wenang serta menjaga pikiran untuk tetap terjagga dengan baik. Ambisius yang berlebihan tidak akan mendatangkan kebaikan hanya akan menimbulkan ketamakan dan keserakahan


(39)

yang tidak ada habisnya, berlakulah sebaik-baiknya pemimpin. Sesuai dengan pengertian dari norma kesopanan yakni adanya ketentuan dalam interaksi sosial. Mores ini menunjukkan norma kesopanan yang berfungsi sebagai wujud konkret dari nilai yang ada di masyarakat.

3. Jauhi Mereka yang Mencibir

ﻢﻬﺒﻳﺎﻌﻣ ﻦﻋ ﺱﺎﻨﻟﺍ ﺍﻭﺪﻌﺑﺍ

,ﺎﻫﺮﺘﺳ ﻦﻣ ﻖﺣﺍ ﻰﻟﻮﻟﺍ ,ﺎﺑﻮﻴﻋ ﺱﺎﻨﻟﺍ ﻲﻓ ﻥﺎﻓ ,ﺱﺎﻨﻟﺍ ﺐﻳﺎﻌﻤﻟ ﻢﻬﺒﻠﻁﺍ ,ﻙﺪﻨﻋ ﻢﻫﺎﻨﺷ ﺍﻭ ,ﻚﻨﻣ ﻚﺘﻴﻋﺭ ﺪﻌﺑﺍ ﻦﻜﻴﻟﻭ .ﻚﺘﻴﻋﺭ ﻦﻣ ﻩﺮﺘﺳ ﺐﺤﺗﺎﻣ ﻚﻨﻣ ﷲ ﺮﺘﺴﻳ ,ﺖﻌﻄﺘﺳﺍﺎﻣ ﺓﺭﻮﻌﻟﺍ ﺮﺘﺳﺎﻓ ,ﻚﻨﻋ ﺏﺎﻏ ﺎﻤﻋ ﻦﻔﺸﻜﺗ ﻼﻓ

Ab’idū an-nāsi ‘an ma’āyibihim

Walyakun a’b’ada ra’iyyatika minka, wa asynāahum ‘indaka, aṭlabuhum lima’āyibi an-nāsi, fainna f ῑ an-nāsi ‘uyūban, al-wālῑ aḥaqqu man satarahā, falā taksyifanna

‘ammā gāba ‘anka minhā, fainnamā ‘alayka taṭhῑru mā ẓahara laka, wa Allāhu

yaḥkumu ‘alā mā gāba ‘anka, fastur al-‘awrata mā istaṭa’ta, yasturi Allāhu minka mā

tuḥibbu sitrahu min ra’iyyatika Jauhi Mereka yang Mencibir

Janganlah pernah mendekati orang yang senang mencibir dan mengorek-korek aib atau kelemahan orang lain.P PManusia pada umumnya memang banyak memiliki kelemahan. Dan tugas seorang pemimpin adalah menutup kelemahan tersebut.Jangan biarkan hal tertutup itu terbuka dalam cahaya, tapi prbaiki dan lenyapkanlah kelemahan-kelemahan itu hingga ia kemudian bercahaya. Allah Maha Tahu apa pun yang tertutup darimu. Maka atasilah kelemahan rakyatmu, maka Allah akan mengatasi kelemahan-kelemahanmu, yang selama ini kau luputkan dari pandangan rakyatmu (halaman 22).

Dari contoh tersebut yang menjelaskan Norma Kesusilaan adalah janganlah mencari-cari kesalahan dan mencibir orang lain hanya untuk menunjukkan kelemahan yang merupakan aib yang tidak seharusnya diketahui oleh orang banyak. Sebagai pemimpin diwajibkan untuk mengatasi hal jika terjadi perpecahan dalam masyarakat dan menutup kelemahan dengan kebaikan dan terus selalu dekat dengan masyarakat untuk mengetahui permasalahn yang sedang terjadi serta memberikan jalan terbaik ataupun solusi untuk kebaikan bersama. Hal ini sesuai dengan pengertian dari norma kesusilaan yakni segala sesuatu bersumber dari hati nurani, moral dan filsafat hidup. Mores ini menunjukkan norma kesopanan yang berfungsi sebagai wujud konkret dari nilai yang ada di masyarakat


(1)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Norma Sosial yang terdapat dalam buku ءﺍﺮﻣﻻﺍ ﻰﻟﺍ ﻪﻬﺟ ﻡﺮﻛ ﻰﻠﻋ ﻡﺎﻣﻻﺍﻦﻣ ﺢﺋﺎﺼﻧ / Naṣā iḥu min al-imāmi a’lῑ karama Allāhu wajhahu ilā al-umarāi / The Best Advices of Sayyidina Ali for Leader/ Nasehat-Nasehat Imam Ali r.a kepada Negarawan yang berbentuk Folkways berjumlah 2 buah yaitu folkways yang menunjukkan norma kesusilaan yang berfungsi sebagai pedoman atau patokan perilaku pada masyarakat dan folkways yang menunjukkan norma kesusilaan yang berfungsi sebagai wujud konkret dari nilai yang ada di masyarakat. Mores berjumlah 3 buah yaitu mores yang menunjukkan norma hukum yang berfungsi sebagai suatu standard atau skala dari berbagai kategori tingkah laku masyarakat, dan mores yang menunjukkan norma kesopanan yang berfungsi sebagai wujud konkret dari nilai yang ada pada masyarakat. Dan hukum berjumlah 5 yaitu hukum yang menunjukkan norma hukum yang berfungsi sebagai suatu standard atau skala dari berbagai kategori tingkah laku masyarakat, hukum yang menunjukkan norma agama yang berfungsi sebagai pedoman atau patokan perilaku pada masyarakat, hukum yang menunjukkan norma hukum yang berfungsi sebagai wujud konkret dari nilai yang ada pada masyarakat, dan hukum yang menunjukkan norma kesusilaan yang berfungsi sebagai pedoman atau patokan perilaku pada masyarakat.

Adapun nilai sosial yang terdapat dalam buku ءﺍﺮﻣﻻﺍ ﻰﻟﺍ ﻪﻬﺟ ﻡﺮﻛﻰﻠﻋ ﻡﺎﻣﻻﺍ ﻦﻣ ﺢﺋﺎﺼﻧ / Naṣā iḥu min al-imāmi a’lῑ karama Allāhu wajhahu ilā al-umarāi / The Best Advices of Sayyidina Ali for Leader/Nasehat-Nasehat Imam Ali r.a kepada Negarawan ada 13 buah yang bersumber dari Tuhan, masyarakat, dan individu. Nilai sosial yang bersumber dari Tuhan dan berfungsi sebagai petunjuk arah bersikap ada 2 buah, nilai sosial yang bersumber dari masyarakat dan berfungsi sebagai pemandu serta pengontrol sikap dan tindakan manusia ada 7 buah, dan nilai sosial yang bersumber dari individu yang berfungsi sebagai motivator berjumlah 4.

4.2 Saran

Untuk lebih mengembangkan pengetahuan mahasiswa bahasa arab, penulis mengharapkan sebagai berikut

1. Bagi mahasiswa jurusan bahasa arab, penulis mengharapkan untuk dapat lebih memahami bentuk penelitian melalui pendekatan sosiologis.


(2)

2. Bagi peneliti selanjutnya, penulis berharap bisa menjadi tambahan informasi dan dapat melengkapi kekurangan penelitian.

3. Penulis berharap, semoga tulisan ini dapat membantu dan memberikan kontribusi terhadap pemahaman analisis karya sastra tentang analisis sosiologis dengan pendekatan sosiologis.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

As-sya’rawi, Mutawalli, Muhammad. (2004). Istri-Istri Nabi Dan Ahlul Bait. Jakarta: Pustaka Amani.

Basrowi. (2005). Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Endraswara, Suwardi. (2008). Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Medpress (Anggota IKAPI).

Fuadi. (2010). Ciri-Ciri Nilai Sosial.

Ja’fariyan, Rasul. (2010). Sejarah Para Pemimpin Islam. Jakarta: Al-Huda. 8 Desember 2010.

Narwoko, Dwi J, Suyanto, Bagong. (2010). Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan. Jakarta: Prenada Media Grup.

Khan, Ali, Majid. (2000). Sisi Hidup Para Khalifah Saleh. Surabaya: Risalah Gusti.

Kuwais.(2009). The Best Advices of Sayyidina Ali for Leader /

ﻭ ﷲ ﻡﺭﻛ ﻰﻠﻋ ﻡﺎﻣﻻﺍ ﻥﻣ ﺢﺋﺎﺻﻧ

ءﺍﺭﻣﻻﺍ ﻰﻟﺍ ﻪﻬﺟ

. Jakarta: Gema Insani.

Kamil, Sukran. (2009). Teori Kritik Sastra Arab: Klasik dan Modern. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kutha Ratna, Nyoman. (2003). Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Luxemburg, Jan van et al. (1982). Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT. Gramedia.

Luk.staff.ugm. (2010). Ali.U U, (8 Desember 2010).

Muchtar, H, Dr, Prof. (2007). Bimbingan Skripsi, Tesis, dan Artikel Ilmiah. Jakarta: Gaung Persada.

Majlisdzikrullah. (2010). Ali bin Abi Thalib. U http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/ali-bin-abu-thalib-orang-yang-dicintai-allah-dan-rasulnya.html,U tanggal akses: 8 Desember 2010.

Malqatar. (2010). Ali bin Abi Thalib & Catid.

U, ( 8 Desember 2010).

Nurherbyanti, Karina . (2010). Pengertian Nilai dan Nilai Sosial. U http:/www.defenisi-pengertian.blogspot.com/2010/01/penertian-nilai-dan-nilai-sosial.htmlU, 8 Desember 2010.


(4)

Nurgiyantoro, Burhan. (1998). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Priyanto, Sugeng, dkk. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: PT Karsa Mandiri Persada.

Santoso, Indra. (2002). Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Surabaya: Pustaka Agung. Semi, Atar. (1993). Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.


(5)

LAMPIRAN

No Kategori Substansi Hal

skripsi 1. Norma social 1. Folkways

c. Pertahankan Kebiasaan Mulia Pendahulu Kita

d. Tugas Utama dan Kewajibanmu 2. Mores

a) Norma hukum yang berfungsi sebagai suatu standard atau skala dari berbagai kategori tingkah laku masyarakat.

1) Tiada Beda : Rakyat dan Pemerintah

2) Lembut dan Rendah Hati 3) Jauhi Mereka yang Mencibir 3. Hukum

a. Rakyat: Kekuatan Negara

b. Takut dan Taatlah Hanya pada Allah c. Lindungi Hak Semua Golongan d. Penasihat Terbaik

e. Kepuasan Rakyat adalah Tujuanmu

22 23 24 24 25 27 28 28 30 30 31 32

2. Nilai social 4) Nilai Sosial yang bersumber dari Tuhan dan berfungsi sebagai petunjuk arah bertindak dan bersikap.

a. Hubungan dengan Tuhan b. Tugas Sucimu: Anak Yatim dan

Manula

5) Nilai yang bersumber dari masyarakat dan berfungsi sebagai pemandu serta pengontrol sikap dan tindakan manusia

a. Saudara atau Sahabatmu

b. Pegang Janji dan Kesepakatanmu c. Teman Dekatmu

d. Perjanjian Damai

33 33 34 35 35 36 38 39


(6)

e. Jangan Samakan Orang Baik dan Jahat f. Yang Perlu Engkau Tangani Langsung g. Gunakanlah Mereka Sebaiknya

6) Nilai Sosial bersumber dari individu dan berfungsi sebagai motivator

a. Belajarlah pada Pengalaman dan Kebijakan

b. Panglima Angkatan Bersenjata c. Penasihat

d. Hakim

40

41 42

43

43

44 45 46


Dokumen yang terkait

Analisis Sosiologis Norma Sosial Dan Nilai Sosial Pada Buku نصائح من الامام على كرم الله و جهه الى الامراء / Nashā iḥu min al-imāmi a’lῑ karama Allāhu wajhahu ilā al-umarāi / The Best Advices of Sayyidina Ali for Leader / Nasehat-Nasehat Imam Ali r.a kep

0 36 62

Analisis Makna Harf Jar ila / إلى / Pada Surah Ali ‘Imrān dan Yūsuf

20 90 74

Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN)

4 83 81

Diskursus Nilai Sosial Pada Gurindam Duabelas Pasal Tujuh (Analisis Hermeneutika Jurgen Habermas Tentang Diskursus Nilai Sosial Pada Gurindam Duabelas Pasal Tujuh Karya Raja Ali Haji)

2 31 62

Nilai dan Norma Sosial

0 4 7

Sirah – Ali bin abi thalib r.a

0 1 183

BAB I PENDAHULUAN - Nilai Ekstrinsik Dalam Cerita Anak القنبرة و الفيل / Al-Qunburatu Wa Al-Fīlu/ “Burung Dan Gajah” Pada Kitab Kalilah Wa Dimnah Li Al-AṬfᾹlkarya Ibnu MuqaffaNilai Ekstrinsik Dalam Cerita Anak القنبرة و الفيل / Al-Qunburatu Wa Al-Fīlu/ “B

0 0 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karya Sastra - Analisis Sosiologis Norma Sosial Dan Nilai Sosial Pada Buku نصائح من الامام على كرم الله و جهه الى الامراء / Nashā iḥu min al-imāmi a’lῑ karama Allāhu wajhahu ilā al-umarāi / The Best Advices of Sayyidina Ali fo

0 2 9

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Sosiologis Norma Sosial Dan Nilai Sosial Pada Buku نصائح من الامام على كرم الله و جهه الى الامراء / Nashā iḥu min al-imāmi a’lῑ karama Allāhu wajhahu ilā al-umarāi / The Best Advices of Sayyidina Ali for Leader / Nasehat-Naseh

0 0 5

Analisis Sosiologis Norma Sosial Dan Nilai Sosial Pada Buku نصائح من الامام على كرم الله و جهه الى الامراء / Nashā iḥu min al-imāmi a’lῑ karama Allāhu wajhahu ilā al-umarāi / The Best Advices of Sayyidina Ali for Leader / Nasehat-Nasehat Imam Ali r.a kepa

0 1 13