Tugas utama seorang pemimpin adalah berlaku adil dalam memutuskan suatu perkara hukum tanpa pandang bulu. Jika keluarga terdekat melakukan kesalahan, maka hukumlah
sesuai undang-undang yang ditetapkan dan tidak menutup-nutupinya ataupun meringankan hukuman. Pemimpin terus mengharapkan pertolongan dan petunjuk dari Allah dalam
menghadapi segala urusan dan tetap berlaku tegas dan lembut. Pemimpin sebaiknya memilih tentara yang paling tulus mencintai Allah, Rasul dan
pemimpinnya. Yang memiliki kemuliaan hati, pemaaf, sayang terhadap bawahannya dan bersikap tegas dalam memimpin. Penuhilah kebutuhan para tentara sesuai hak mereka, karena
mereka adalah benteng negara dalam memerangi musuh. Beliau juga mengingatkan untuk tidak berperang jika musuh tidak memulainya,
karena perang harus memiliki alasan yang kuat dan tidak terlalu tergesa-gesa dalam suatu urusan. Jika musuh kalah, maka tidak diperkenankan untuk membunuh mereka yang tidak
berdaya karena lemah fisik, diantaranya tidak mengganggu wanita dan mencaci maki pemimpin mereka. Takutlah hanya kepada Allah untuk memperoleh ketenangan dan tetaplah
bersabar.
3.2 Biografi Pengarang
Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf, Amirul Mukminin, Abu Hasan, bangsa Quraisy dari keturunan Bani Hasyim. Ibunya adalah Fathimah
binti Asyad bin Hasyim bin Abdi Manaf Al-Hasyimiyah, putri paman Abi Thalib. Ali termasuk orang-orang terdahulu yang lebih awal masuk islam As-Sabiqunal Awwalun,
beliau menyaksikan dan ikut dalam perang Badar dan peperangan sesudahnya. Beliau dijuluki Abu Turab As-Sya’rawi, 2004: 380-381. Dilahirkan kira-kira tiga puluh tahun lalu
setelah kelahiran Rasulullah saw. Ayahnya Abu Thalib adalah paman dari pihak ayah Rasulullah, yang telah mengasuhnya setelah kakek Rasulullah wafat. Nama Ali berasal dari
keturunan ayah adalah Abdul Hasan Khan, 2000: 195.
Ali adalah seorang yang memiliki rambut kepala dan jenggot berwarna putih, dan ketika berkhutbah memakai sarung dan serban, serta pendamai, kedua matanya agak berat
dan besar, dia cenderung agak pendek As-Sya’rawi, 2004: 382. Wajahnya tampan. Kulitnya amat gelap. Postur tubuhnya tegap dan proporsional. Bangun tubuhnya kokoh, seakan-akan
dari baja. Berisi. Jika berjalan seakan-akan sedang turun dari ketinggian, seperti berjalannya Rasulullah Saw. Seperti dideskripsikan dalam kitab Usudul Ghaabah fi Marifat ash
Shahabah: adalah Ali bin Abi Thalib bermata besar, berkulit hitam, berotot kokoh, berbadan besar, berjenggot lebat, bertubuh pendek, amat fasih dalam berbicara, berani, pantang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mundur, dermawan, pemaaf, lembut dalam berbicara, dan halus perasaannya. Dan sifat kejiwaannya adalah penuh dengan kemuliaan
http:luk.staff.ugm.ac.idkmiislamEtcAli.html Dalam sebuah khotbah beliau berkata, “Imam keturunan Muhammad, adalah
pengemban rahasia-Nya. Barangsiapa berlindung pada mereka akan dituntun menuju Allah. Merekalah pusat pengetahuan tentang Dia, penyampai semua aturan agama-Nya, penjaga Al-
Qur’an dan Sunnah, bagaikan gugusan gunung yang menjaga agama dan membuat Islam kukuh, kuat, dan jaya. Ilmu mereka lahir dari ketaatan mereka, tampak luar mereka adalah
cerminan bathin mereka, diam mereka adalah kebijaksanaan mereka. Saat kanak-kanak, wali dari keturunanku sangat pendiam dan ketika dewasa mereka paling mengetahui ilmu
Ja’fariyan, 2010: 40-41. .
Istri Ali pertama adalah putri tercinta Rasulullah saw. Fatimah R.A. ia memperoleh tiga putra yakni, Hasan, Husain, dan Muhsin serta dua putri yakni, Zainab dan Ummi
Kultsum darinya. Putra termuda, Muhsin meninggal dalam masa kanak-kanak. Setelah Fatimah meninggal Ali menikah sejumlah istri. Ummu al-Banin binti Hizam darinya
mendapatkan Abbas, Ja’far, Abdullah dan Utsman. Laila binti Mas’ud yang telah melahirkan Ubaidullah dan Abu Bakar. Asma binti Umais melahirkan Yahya dan Muhammad Ashgar.
Sahba binti Rabi;ah memberinya Umar dan Ruqayyah. Amamah binti Abil Ash mendapatkan Muhammad Aswat. Khaulah binti Ja’far melahirkan Muhammad bin Ali. Ummi said
melahirkan Ummul Hasan dan Ramiah Kubrah. Mahyah binti Ummul Qais meninggalkan putri dan meninggal pada masa kanak-kanak Khan, 2000: 252-253. Ali r.a juga memiliki
sejumlah budak perempuan yang darinya melahirkan anak-anak perempuan sebagai berikut: Ummi Hani, Maiminah, Zainab Sughra, Ramlah Sughra, Ummi Kultsum Sughra, Fatimah,
Umamah, Khadijah, Ummi Salamah, Ummi Ja’far, Jamanah dan Nafisah Khan, 2000:253. Dalam surat beliau pada para petugas pengumpul zakat, beliau mencantumkan
petunjuk bagaimana cara bersikap dan berbicara dengan manusia, “ Wahai hamba Allah Wali dan Khalifah Allah mengutusku kepada kalian untuk mengumpulkan karunia hak
Allah yang dititipkan dalam harta benda kalian Ja’fariyan, 2010: 44. Kalimat “Wali dan Khalifah Allah” yang disebutkan beliau untuk dirinya ini adalah
konsep secara utuh dipahami Syi’ah. Dengan kata lain, konsep ini dibentuk pada masa khalifah Imam, teori ini membangun identitas paham Syi’ah mengenai masalah Imamah
khalifah. Selama masa kekhalifahan beliau, dengan mengungkapkan peristiwa-peristiwa di masa datang yang disebut “malahim wa fitan” di dalam beberapa khotbahnya, Imam
menampilkan diri bukan sekedar khalifah biasa. Beliau menubuatkan masa depan tetapi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bukan sebagai analisis politik. Kharisma kepribadian Imam dalam pandangan irfan dan sufistik, berakar pada pandangan yang mendorong publik mengakui kepantasan beliau
menyandang gelar “Wali waliy” dalam arti seutuhnya dan juga pernyataan-pernyataan dan sikap-sikap beliau yang secara umum diakui bersifat Ilahiah, tambahan lagi beliau pernah
meminta manusia untuk bertanya padanya sebelum mereka kehilangan dirinya Ja’fariyan, 2010: 44-41.
Menghadapi penentangan para penyeleweng dan pembangkang, Imam memanfaatkan argumen ini sebagai dalil khalifahnya sehingga banyak dari kaum muslim mendukung dan
membantu beliau memerangi musuhnya. Namun, beliau tidak menganggap cara ini sebagai cara yang sah menurut syari’at untuk membuktikan kemimpinannya begitupun sahabat
beliau yang mengakui kepemimipinan beliau jauh sebelum pemba’iatan yang dilakukan kaum Muhajirin dan Anshar, tidak mengakui ini sebagai prinsip dasar pemilihan pemimpin.
Sehingga perbedaan pendapat yang terjadi masa Saqifah sampai kesyahidan Imam mempengaruhi pemikiran Islam. Kesimpulan singkatnya, peristiwa tersebut membentuk
pandangan politik. Perisiwa pembunuhan Usman dan pengangkatan Ali sebagai khalifah mengubah pandangan Syi’ah secara kualitas dan kuantitas. Mencakup keimamahan Ali dan
keunngulannya yang melebihi kkalifah-khalifah lainnya. Terdapat banyak pertentangan pendapat mengenai kualitas dan kuantitas dari beberapa kecendrungan politik pada masa itu
Ja’fariyan, 2010: 46-47.
Beliau wafat pada tanggal19 Ramadhan 40 H, di saat fajar menjelang, beliau dilukai
di bagian kepala oleh lelaki paling gelap hatinya di dunia bernama Abdurrahman bin Muljam. Beliau syahid tiga hari kemudian yaitu tanggal 21 Ramadhan 40 H Ja’fariyan, 2010: 213.
3.3 Norma Sosial pada Buku The Best Advices of Sayyidina Ali for Leader ﺢﺋﺎﺼﻧ