EFEK MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER MENGGUNAKAN MEDIA PHET DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA.

(1)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER MENGGUNAKAN MEDIA PhET DAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Fisika

Oleh :

YUNISA DWIJAYATI NIM. 8136176046

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

YUNISA DWIJAYATI. Efek Model Pembelajaran Advance Organizer Menggunakan Media PhET Dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar Siswa. Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran advance organizer menggunakan media PhET dan pembelajaran konvensional; perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi dengan kemampuan berpikir kritis rendah; interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitan quasi eksperimen. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA MA Mulia Sei Balai Kabupaten Batu Bara yang terdiri dari dua kelas. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes hasil belajar dan tes kemampuan berpikir kritis. Bentuk tes yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini berupa tes objektif atau pilihan ganda. Analisis data menggunakan analisis varians (ANAVA) dua jalur dengan SPSS 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran advance organizer menggunakan media PhET dan pembelajaran konvensional; terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi dengan kemampuan berpikir kritis rendah; terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis dalam mempengaruhi hasil belaja rsiswa.

Kata Kunci : Model Pembelajaran Advance Organizer, Hasil Belajar, Kemampuan Berpikir Kritis, Media PhET.


(6)

ii

ABSTRACT

YUNISA DWIJAYATI. The Efect of Advance Organizer Model Used PhET Media and Critical Thinking Skill to Student’s Learning Outcomes. Study Programs Postgraduate Physic Education. State University of Medan, 2015. The aims of this study were to analyze the differences student’s learning outcomes between was throught by advance organizer model used PhET media and convensional learning; the differences student’s learning outcomes between student’s high critical thinking skill and low critical thinking; interaction between learning models and critical thinking skill it’s effect to student’s learning outcomes. This study was quasy experiment. The subyek in this study was Senior Class XI IPA MA MuliaSeiBalaiBatu Bara. The instrument used consist of the test of learning outcomes; the test of critical thinking skill. The type of test was objective test or multiple choise. The analyze data used two ways ANOVA by SPSS 16. The result showed that there was differences student’s learning outcomes between was throught by advance organizer model used PhET media and convensional learning; there was differences student’s learning outcomes between student’s high critical thinking skill and low critical thinking; there was interaction between learning models and critical thinking skill it’s effect to student’s learning outcomes.

Keyword :AdvanceOrganizer Model, Learning Outcomes, Critical Thinking Skill, PhET Media.


(7)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas segalarahmat, hidayah, dan ridho-Nya kepada penulis sehingga penelitianini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Tesis ini berjudul“ Efek Model Pembelajaran Advance Organizer

Menggunakan Media PhET dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar Siswa” Diajukan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.S dan Dr. Ridwan. A. Sani, M.Si selaku dosen pembimbing tesis yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal sampai selesainya penyusunan tesis ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S, M.M, Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si, Dr. Makmu rSirait, M.Si sebagai dosen penguji tesis yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan tesis ini. Ucapan terima kasih kepada Bapak M. Daud, S.Pd sebagai Kepala Madrasah dan Ibu Rina, S.Pd sebagai guru mata pelajaran fisika MA Mulia Sei Balai yang telah banyak membantu selama penelitian.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih buat seluruh teman-teman prodi Fisika stambuk 2013 khususnya kelas B1 (KakAlbina, Bang Alex, Aplia, BukDewi, Pak Israel, Kak Erna, Kak Erni, Fitri, Bang Irsan, Meri, Kak Merliana, Kak Nesti, Kak Nove, Ricca, Kak Ruth, Suster, Buk Siti, Buk Sri Mila dan Ketua yang selalu bersemangat dalam menyelesaikan studi ini dan semoga impian kita untuk wisuda bersama segera terealisasi. Untuk sahabat-sahabatku Fina, Fitri, Raudha, Fauzi, Saddam, Pohan, Fajrul walaupun saat ini kita terpisah oleh ruang dan waktu, semoga ukhuwah kita tetap terjaga. Terima kasih untuk kakak-kakak penulis Kak Masli, Inur dan Epi yang selama ini telah banyak direpotkan oleh penulis. Tidak lupa kepada teman-teman satu atap di kos 171 khususnya, Mila, Tutut, Yani, Lia, dan adek-adek kos yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan motivasi kepadapenulis.

Hormat penulis kepada Ayah dan Mamak, M. Daud dan DarmaIrana, terima kasih tidak dapat mewakili sedikitpun ungkapan hati penulis atas segala sesuatu yang telah ayah dan mamak berikan. Semoga penulis dapat mewujudkan harapan dan impian ayah dan mamak. KepadaAbang Alan Darmawan, yang menjadi panutan untuk adik-adik, semoga kami dapat mengikut jejak abang untuk melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya. Untuk adik-adik, Ilham Akbar Darmawan, Risa Fitri Jayati, Annisa Ayu Jayati dan Ihsan Raya


(8)

Darmawan yang telah memberikan semangat kepada penulis, semoga lebih giat lagi dalam belajar dan membanggakan ayah dan mamak.

Teristimewa untuk suami tercinta Agus Salim yang telah mendampingi penulis di akhir studi ini, terima kasih untuk perhatian, motivasi, dan selalu mengingatkan penulis akan pesan ayah untuk segera menyelesaikan studi ini. Semoga keberkahan selalu Allah limpahkan untuk kita, aminyarabbal ‘alamin.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian tesis ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya tesis ini. Kiranya isi tesis ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Medan, Juli 2015 Penulis,


(9)

v

DAFTAR ISI

Abstrak. . . i

Abstract. . . ii

Kata pengantar. . . iii

Daftar Isi . . . v

Daftar Gambar . . . vii

Daftar Tabel . . . viii

Daftar Lampiran . . . ix

BAB I PENDAHULUAN . . . 1

1.1Latar Belakang Masalah . . . 1

1.2Identifikasi Masalah . . . 8

1.3Batasan Masalah . . . 8

1.4Rumusan Masalah . . . 9

1.5Tujuan Penelitian . . . 9

1.6Manfaat Penelitian . . . 10

1.7Definisi Operasional . . . 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA . . . 13

2.1 Kerangka Teoritis . . . 13

2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran . . . 13

2.1.2 Model Advance Organizer . . . 14

2.1.3 Penerapan Advance Organizer. . . 18

2.1.4 Pembelajaran dengan Media PhET . . . 19

2.1.4.1 Pengertian Media Pembelajaran . . . 19

2.1.4.2 Media PhET . . . . . . . 20

2.1.5 Model Advance Organizer menggunakan media PhET. . . 22

2.1.6 Kemampuan Berpikir Kritis. . . 23

2.1.7 Hasil belajar. . . 25

2.2 Penelitian Yang Relevan. . . 27

2.3 Kerangka Konseptual . . . . . . 28

2.4 Hipotesis Penelitian. . . 27

BAB III METODE PENELITIAN . . . 32

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian . . . 32

3.2 Populasi dan Sampel . . . 32

3.2.1 Populasi Penelitian . . . . 32

3.2.2 Sampel Penelitian . . . 32

3.3 Variabel Penelitian . . . . . . 32

3.4 Jenis dan Desain Penelitian . . . 33

3.4.1 Jenis Penelitian . . . 33

3.4.2 Desain Penelitian . . . 33

3.5 Prosedur Penelitian . . . 35

3.6 Instrumen Penelitian . . . . . . 37

3.6.1 Tes Kemampuan Berpikir Kritis. .. . . 37

3.6.2 Tes Hasil belajar . . . 37

3.6.3 Validitas Tes . . . 39


(10)

vi

3.7 Teknik Analisis Data . . . .41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . . . 47

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian . . . 47

4.2 Pengujian Persyaratan Analisis... . . 51

4.2.1 Uji Normalitas.. . . . 51

4.2.2 Uji Homogenitas . . . 54

4.3 Pengujian Hipotesis. . . . . . 55

4.3.1 Uji Kesamaan Hipotesis Pretes . . . . 55

4.3.2 Uji Anava Dua Jalur. . . 56

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian . . . . . . 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. . . 67

5.1 Kesimpulan . . . . . . 67

5.2 Saran . . . .. . . 68

DAFTAR PUSTAKA . . . 69

LAMPIRAN -LAMPIRAN. . . 72 RIWAYAT HIDUP


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Dampak Instruksional dan Pengiring dari Model

Advance Organizer . . . 19

Gambar 2.2 Contoh Simulasi dalam Program PhET . . . 22

Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian . . . . . 36

Gambar 4.1 Grafik Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . . 48

Gambar 4.2 Grafik Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . . 50

Gambar 4.3 Grafik Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen . . . 52

Gambar 4.4 Grafik Uji Normalitas Data Pretes Kelas Kontrol . . . . . . 52

Gambar 4.5 Grafik Uji Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen . . . 53

Gambar 4.6 Grafik Uji Normalitas Data Postes Kelas Kontrol . . . . . . 52

Gambar 4.7 Interaksi antara Model Pembelajaran dan Kemampuan Bepikir Kritis Terhadap Hasil belajar Siswa . . . 19


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Sintaks Model Advance Organizer. . . 16

Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Angelo . . . 24

Tabel 2.3 Penelitian yang Relevan . . . 27

Tabel 3.1 Pretes-Postest Control Group Design . . . 33

Tabel 3.2 Desain Penelitian ANAVA . . . 34

Tabel 3.3 Spesifikasi Tes Hasil Belajar . . . 37

Tabel 3.4 Derajat Reliabilitas . . . 40

Tabel 3.5 Analisis Varians (ANAVA) Dua Jalur . . . 45

Tabel 4.1 Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . . . 48

Tabel 4.2 Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians . . . 49

Tabel 4.3 Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . . . 49

Tabel 4.4 Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians . . . 50

Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol 51 Tabel 4.6 Uji Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol 53 Tabel 4.7 Uji Homogenitas Varians Data Pretes . . . 54

Tabel 4.8 Uji Homogenitas Varians Data Postes . . . 55

Tabel 4.9 Deskripsi Data Pretes . . . 55

Tabel 4.10 Uji t Data Pretes . . . 56

Tabel 4.11 Statistik ANAVA . . . 57

Tabel 4.12 Output Perhitungan ANOVA Dua Jalur . . . 58


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1a RPP 1 . . . 72

Lampiran 1b Bahan Ajar 1 . . . 80

Lampiran 1c LKS 1 . . . 82

Lampiran 2a RPP 2 . . . 84

Lampirab 2b Bahan Ajar 2 . . . 92

Lampiran 2c LKS 2 . . . 93

Lampiran 3a RPP 3 . . . 95

Lampiran 3b Bahan Ajar 3 . . . 103

Lampiran 3c LKS 3 . . . 104

Lampiran 4 Spesifikasi Tes Hasil Belajar . . . 106

Lampiran 5 Kisi-Kisi Tes Berpikir Kritis . . . 115

Lampiran 6 Korelasi Skor Butir Dengan Skor Total. . . 123

Lampiran 7 Reliabilitas Tes . . . 124

Lampiran 8 Reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis . . . 125

Lampiran 9 Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen. . . 126

Lampiran 10 Data Pretes dan Postes Kelas Kontrol . . . 127

Lampiran 11 Kemampuan Berpikir Kritis Tingkat Tinggi dan Rendah Kelas Eksperimen . . . 128

Lampiran 12 Kemampuan Berpikir Kritis Tingkat Tinggi dan Rendah Kelas Kontrol . . . 129

Lampiran 13 Uji Normalitas . . . . . . 130

Lampiran 14 Uji Homogenitas . . . . . . . 133

Lampiran 15 Uji t Kesamaan Data Pretes . . . 134

Lampiran 16 Uji Anava 2 Jalur . . . 135


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kegiatan pendidikan terdiri dari interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber-sumber pendidikan lain, dan berlangsung dalam suatu

lingkungan pendidikan. Kegiatan pendidikan berfungsi membantu

mengembangkan potensi, kecakapan, dan karakterisik peserta didik agar berkembang sesuai dengan harapan masyarakat. Setiap kegiatan pendidikan memiliki tujuan pendidikan tertentu.

Tujuan pendidikan merupakan sasaran-sasaran yang harus dicapai atau dikuasai oleh peserta didik untuk kehidupannya sebagai pribadi, warga masyarakat, belajar lebih lanjut dan melaksanakan tugas-tugas pekerjaan. Tujuan pendidikan tersebut akan dapat dicapai dengan pelaksanaan pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu akan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang kompetitif dan kreatif. Namun, dalam kenyataannya ditemukan bahwa sumber daya manusia di negara kita kurang kompetitif akibat mutu pendidikan yang relative masih rendah.

Rendahnya kualitas pendidikan di Indonsia dapat dilihat dari rendahnya pencapaian kognitif siswa pada setiap tingkatan pendidikan. Sebagian besar siswa memiliki kelemahan dalam menguasai konsep-konsep dan aplikasi dari setiap bidang mata pelajaran. Kelemahan siswa dalam menguasai konsep dan aplikasi tersebut dapat kita tinjau dari salah satu mata pelajaran yang terdapat pada pendidikan menengah yaitu fisika.


(15)

2 Fisika merupakan bagian dari sains yang mempelajari fenomena dan gejala alam secara empiris, logis, sistematis dan rasional yang melibatkan proses dan sikap ilmiah. Ketika belajar fisika, siswa akan dikenalkan tentang produk fisika berupa materi, konsep, asas, teori, prinsip dan hukum-hukum fisika. Siswa juga akan diajarkan untuk bereksperimen di dalam laboratorium atau di luar laboratorium sebagai proses ilmiah untuk memahami berbagai materi pokok dalam pelajaran fisika.

Konsep fisika sangat berhubungan erat dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Pembelajaran konsep fisika membutuhkan sistematika dan struktur berjenjang dari konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih kompleks melalui proses interaktif, inspiratif, menyenangkan, serta memberikan ruang yang cukup bagi kreativitas. Pembelajaran konsep yang lebih tinggi memerlukan dasar pemahaman pada konsep sebelumnya. Lawson (1995) menyatakan bahwa proses pendidikan sains harus membantu siswa dalam mencapai tujuan : (1) membangun sejumlah konsep dan sistem konseptual bermakna; (2) mengembangkan keterampilan berpikir bebas, kreatif dan kritis; (3) kemampuan menerapkan pengetahuannya untuk belajar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

Berbagai hasil penelitian terhadap kemampuan sains siswa Indonesia menunjukkan bahwa tujuan pendidikan sains belum tercapai. Hasil studi TIMSS (Trend in International Mathematics and Science) tahun 2003, bidang sains Indonesia menempati peringkat 37 dari 46 negara dengan skor 420, dan pada tahun 2007 menempati peringkat 35 dari 49 negara dengan skor 427. Perolehan skor Indonesia jauh di bawah standar internasional yaitu 474 untuk tahun 2003


(16)

3 dan 500 untuk tahun 2007 (Survey internasional TIMSS, Balitbang Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2012). Penemuan TIMSS tahun 2009 yang menyatakan bahwa siswa Indonesia hanya mampu menjawab konsep dasar atau hapalan tetapi tidak mampu menyelesaikan soal yang memerlukan analisis (Efendi, 2010). Hasil penelitian Samudra (2014) juga menyatakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran fisika akibat pembelajaran fisika yang tidak kontekstual.

Hasil wawancara kepada guru fisika di Madrasah Aliyah Mulia Sei Balai Kabupaten Batu Bara, mendapatkan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang mengacu pada standar proses dan karakteristik sains. Pada kegiatan inti pembelajaran yang dilakukan guru yaitu menjelaskan materi pembelajaran dan kegiatan siswa antara lain mengamati, bertanya kepada guru tentang materi yang telah disampaikan. Guru melakukan pembelajaran tidak memperhatikan pengetahuan awal siswa tentang konsep yang akan diberikan sebagai dasar pembelajaran. Akibatnya, siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep baru yang berhubungan dengan materi pelajaran sebelumnya. Kondisi ini menyebabkan siswa tidak mampu memproses informasi secara benar dan mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi sehingga hasil belajar siswa masih ada yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Kegiatan eksperimen jarang sekali dilakukan yaitu hanya sekali dalam sebulan sehingga kemampuan proses sains siwa juga relatif rendah. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan alat-alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum. Media pendukung pembelajaran misalnya infocus sudah tersedia di sekolah namun belum dimanfaatkan secara maksimal.


(17)

4 Masalah lain yang juga menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah pengggunaan model pembelajaran yang kurang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran Fisika. Dalam mengajarkan fisika, guru cenderung menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada guru misalnya metode ceramah, pemberian tugas, dan pekerjaan rumah (PR), penggunaan media juga hanya terbatas berupa penggunaan gambar, sehingga siswa tidak berperan aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini sangat bertentangan dengan fisika yang membutuhkan peran aktif siswa untuk memahami konsep-konsep fisika.

Untuk membantu siswa memahami konsep dan mengonstuksi pengetahuan dibutuhkan berbagai keterampilan intelektual diantaranya keterampilan berpikir kritis. Menurut Nurhadi (2004: 75) berpikir kritis merupakan kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasarkan pada inferensi atau pertimbangan yang sama. Kemampuan berpikir kritis antar siswa berbeda, karena berpikir kritis merupakan proses mental yang dapat tumbuh pada setiap individu secara berbeda sehingga diperlukan suatu iklim atau aktivitas untuk menunjangnya. Siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi cenderung lebih mudah memahami konsep dan mengonstruksi pengetahuannya.

Menurut pandangan teori konstruktivis, pikiran individu merupakan sistem pemrosesan dan penyimpanan informasi yang dapat dibandingkan dengan struktur konseptual suatu disiplin akademik. Keberhasilan pembelajaran terletak pada kebermaknaan antara struktur konsep yang dikelola dengan konstruksi informasi baru yang muncul. Untuk kesinambungan struktur konsep akademik


(18)

5 dan struktur individu dalam mengelola informasi, diperlukan pengembangan strategi pengantar pembelajaran yang disebut advance organizer.

Advance organizer merupakan model pembelajaran yang dikembangkan berdarsarkan teori Ausubel. Model Advance organizer dirancang untuk memperkuat struktur kognitif siswa-pengetahuan mereka tentang pelajaran tertentu dan bagaiman mengelola, memperjelas, dan memelihara pengetahuan tersebut dengan baik (Ausubel, 1963). Nilai-nilai instruksional dari model ini tampak jelas, gagasan-gagasan yang digunakan sebagai advance organizer itu sendiri juga dipelajari, sebagaimana informasi “lain” yang disajikan pada siswa. Kemampuan untuk belajar dari bacaan, ceramah dan media lain yang digunakan untuk presentasi merupakan pengaruh lain, yang pada akhirnya membentuk minat penelitian siswa dan kebiasaan berpikir secara cermat (Joyce, 2011).

Hasil penelitian Rachel (2013) melaporkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam pencapaian dan ingatan pada konsep gravitasi siswa yang diajar dengan advance organizer. Penelitian Wachanga (2013) menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan advance organizer dalam pembelajaran kimia. Temuan Ivie (1998) menyimpulkan bahwa advance organizer mendorong siswa untuk berpikir tingkat tinggi pada level analisis, sintesis dan evaluasi. Hasil yang sama ditemukan oleh Shihusa dan Keraro (2009) melaporkan bahwa kelas yang diberikan pembelajaran biologi melalui advance organizer memiliki level motivasi lebih tinggi daripada pembelajaran tradisional tanpa advance organizer. Hasil penelitian Tasiwan (2013) menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran advance organizer berbasis proyek siswa mengalami peningkatan kemampuan analisis-sintesis dalam aspek


(19)

6 menguraikan, mengkategorikan, mengidentifikasi, merumuskan pernyataan, mengkonstruksi, menentukan konsep, dan menganalisis konsep dengan rata-rata peningkatan delta skor sebesar 54,46 %.

Selain penggunaan model pembelajaran yang tepat, pemilihan media pembelajaran juga diperhatikan. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan informasi kepada siswa tentang materi yang diajarkan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan sisw untuk belajar. Penggunaan media pembelajaran secara kreatif akan memperbesar kemungkinan bagi siswa untuk belajar lebih banyak, mengaplikasikan apa yang dipelajarinya, dan meningkatkan penampilan dalam melakukan keterampilan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan pembelajaran. Media pembelajaran dapat diklasifikasikan kedalam beberapa bentuk, salah satunya adalah bentuk media visual gerak.

Salah satu contoh media pembelajaran visual gerak adalah Physics Education Technology (PhET). Media PhET menekankan hubungan antara fenomena kehidupan nyata dengan ilmu yang mendasari, mendukung pendekatan interaktif dan konstruktivis, memberikan umpan balik, dan menyediakan tempat kerja kreatif (Finkelstein, 2006). Media interaktif PhET Colorado merupakan media simulasi interaktif yang menyenangkan dan berbasis penemuan (research based) yang berupa software dan dapat digunakan untuk memperjelas konsep-konsep fisis atau fenomena yang akan diterangkan yang merupakan ciptaan dari

komunitas sains PhET Project di University of Colorado, USA

(PhET.colorado.edu ). Kelebihan dari media PhET yakni dapat dijadikan suatu pendekatan pembelajaran yang membutuhkan keterlibatan dan interaksi dengan


(20)

7 siswa, mendidik siswa agar memiliki pola berpikir konstruktivisme, dimana siswa dapat menggabungkan pengetahuan awal mereka dengan temuan-temuan virtual dari simulasi yang dijalankan, membuat pembelajaran lebih menarik karena siswa dapat belajar sekaligus bermain pada simulasi tersebut, dan memvisualisasikan konsep-konsep IPA dalam bentuk model.

Efek penggunaan media PhET dalam pembelajaran fisika dapat dilihat berdasarkan temuan Prihatiningtyas (2013) yang menunjukkan bahwa implementasi simulasi PhET dan KIT sederhana untuk mengajarkan keterampilan psikomotor siswa pada pokok bahasan alat optik dapat menuntaskan hasil belajar psikomotor siswa. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh hasil penelitian Sari (2013) bahwa pembelajaran IPA dengan LKS sebagai penunjang media virtual PhET untuk melatih keterampilan proses pada matei hukum Archimedes dapat tercapai hasil belajar kognititf produk dan keterampilan proses serta siswa merespons positif. Kombinasi antara advance organizer dengan media PhET diharapkan dapat menjadikan proses pembelajaran lebih efektif, karena selain dapat memperkuat struktur kognitif siswa berupa struktur-struktur konseptual juga dapat meningkatkan keterampilan proses dan kebiasaan berpikir secara cermat.

Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian yang relevan namun belum pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu merupakan kombinasi antara model advance organizer dengan media PhET. Penelitian yang

dimaksud berjudul: “Efek Model Pembelajaran Advance Organizer

Menggunakan Media PhET dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar Siswa”.


(21)

8 1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar fisika siswa secara umum masih rendah atau tidak mencapai KKM.

2. Siswa hanya mampu menjawab konsep dasar atau hapalan tetapi tidak mampu menyelesaikan soal yang memerlukan analisis atau menggunakan kemampuan berpikir kritis.

3. Model pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran masih dominan model pembelajaran yang berpusat pada guru.

4. Siswa tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

5. Kegiatan eksperimen jarang dilakukan sehingga siswa kurang memiliki keterampilan proses sains.

6. Media pembelajaran tidak dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

7. Motivasi siswa yang sangat kurang dalam proses belajar mengajar. 1.3. Batasan Masalah

Melihat luasnya cakupan masalah-masalah yang teridentifikasi dibandingkan waktu dan kemampuan peneliti, peneliti merasa perlu memberi batasan terhadap masalah yang akan dikaji agar analisis hasil penelitian ini dapat dilakukan lebih dalam dan terarah, maka masalah yang dipilih dalam penelitian ini adalah :


(22)

9 2. Siswa tidak menggunakan kemampuan berpikir kritis dalam

menyelesaikan persoalan fisika.

3. Model pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran masih dominan model pembelajaran yang berpusat pada guru.

4. Media pembelajaran tidak dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran advance organizer menggunakan media PhET dan pembelajaran konvensional?

2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi dengan kemampuan berpikir kritis rendah?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis dalam mempengaruhi hasil belajar siswa?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran advance organizer menggunakan media PhET dan pembelajaran konvensional.


(23)

10 2. Untuk menganalisis perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi dengan kemampuan berpikir kritis rendah.

3. Untuk menganalisis interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. 1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Bagi guru, dapat menjadi salah satu acuan pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga guru mempunyai penambahan variasi maupun model-model pembelajaran termasuk guru yang dapat membangun kreativitas mengajarnya.

2. Memotivasi pendidik untuk menerapkan model pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif sehingga peserta didik menjadi bersemangat dan tidak cepat jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran yang dilaksanakan. 3. Bagi kelembagaan, penelitian pengembangan inovasi pembelajaran di

sekolah diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru dan dosen dalam mengatasi masalah-masalah pada proses belajar mengajar khususnya bidang pembelajaran fisika.

1.7. Defenisi Operasional

a. Model Pembelajaran Advance Organizer

Model advance organizer dalam penelitian ini merupakan model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori Ausubel. Model ini dirancang untuk memperkuat struktur kognitif siswa-pengetahuan mereka tentang pelajaran tertentu dan bagaiman mengelola, memperjelas, dan


(24)

11 memelihara pengetahuan tersebut dengan baik (Ausubel, 1963).. Kemampuan untuk belajar dari bacaan, ceramah dan media lain yang digunakan untuk presentasi merupakan pengaruh lain, yang pada akhirnya membentuk minat penelitian siswa dan kebiasaan berpikir secara cermat (Joyce, 2011).

b. Media PhET

Media interaktif PhET Colorado merupakan media interaktif yang menyenangkan dan berbasis penemuan (research based) yang berupa software dan dapat digunakan untuk memperjelas konsep-konsep fisis atau fenomena yang akan diterangkan yang merupakan ciptaan dari komunitas sains PhET Project di University of Colorado, USA (PhET.colorado.edu ). Media PhET dalam penelitian ini diinjeksikan kedalam fase pertama model advance organizer yaitu menyajikan organizer.

c. Kemampuan Berpikir Kritis

kemapuan berpikir kritis dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis yang diukur melalui lima indiator kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan oleh Angelo. Berpikir kritis menurut Angelo adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensistesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan dan mengevaluasi. Indikator kemampuan berpikir kritis diungkapkan melalui aspek-aspek perilaku yang disebutkan dalam definisi berpikir kritis, yaitu kemampuan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi (Haryani, 2012:3).


(25)

12 d. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah tingkat pencapaian siswa terhadap tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Pencapaian siswa yang diukur adalah domain kognitif berupa pemahaman konsep yang diperoleh melalui tes hasil belajar. Dimyati dan Mudjiono (2006 : 250), memandang hasil belajar sebagai suatu puncak proses belajar, dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Ahmadi (2004 : 130) menyatakan bahwa, ”jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, dan pengetahuan”.

e. Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran konvensional dalam penelitian ini merupakan model pembelajaran yang biasa diterapkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Menurut Ridwan (2008) model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang biasa diterapkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1991: 523) konvensional artinya berdasarkan kebiasaan atau tradisional. Jadi, pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Pada umumnya pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang lebih terpusat pada guru sehingga membuat siswa pasif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran.


(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran advance organizer menggunakan media PhET dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai signifikansi 0,019 < 0,05.

2. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah dengan kemampuan berpikir kritis tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hasil belajar siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa dengan kemampuan berpikir kritis rendah.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kemampuan berpikir kritis dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai signifikansi 0,043 < 0,05. Kemampuan berpikir kritis siswa berpengaruh lebih besar terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran konvensional dibandingkan pada pembelajaran advance organizer menggunakan media PhET. Hasil belajar siswa pada advance organizer menggunakan media PhET mendapat pengaruh lebih dominan dari penggunaan model pembelajaran tersebut daripada kemampuan berpikir kritisnya.


(27)

68

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti mempunyai beberapa saran, yaitu :

1. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran advance organizer menggunakan media PhET disarankan untuk menyusun organizer atau materi pelajaran dengan lebih sistematis, sehingga siswa lebih mudah memahami konsep-konsep fisika dan mudah menghubungkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari sehingga dampak dari model tersebut dapat tercapai secara maksimal.

2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan sebelum memulai proses pembelajaran, terlebih dahulu dijelaskan kepada siswa bagaimana pelaksanaan model pembelajaran advance organizer menggunakan media PhET. Sehingga pada saat pelaksanaan pembelajaran para siswa sudah mengerti apa yang akan dilakukan dan tidak menyita waktu untuk fase-fase pembelajaran.

3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mempersiapkan kegiatan eksperimen dengan lebih baik, dari sisi kelengkapan alat, prosedur pelaksaan dan peran observer dalam kegiatan tersebut. Dengan demikian hasil eksperimen yang didapat siswa maupun peneliti menjadi lebih akurat.


(28)

69

DAFTAR PUSTAKA

Angelo, Thomas A C & Cross, Patricia. 1995. Classroom Assessment Technique :

A Handbook for College Teacher, 2nd Edition.

Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara. Ausubel, D. P. 1968. Educational Psychology: A Cognitive View. New York :

Holt, Rinehart & Winston.

Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar.Jakarta : Erlangga.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Efendi.R. 2010. “Kemampuan Fisika Siswa Indonesia Dalam TIMSS (Trend Of International On Mathematics And Science Study)”Prosiding Seminar

Fisika 2010 (Online). http:/www.fi.itb.ac.id

Ennis, Robert H. 1962. A Concept of Critical Thinking. Harvard Educational Review, Vol 32 (1) : 81-111

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran

Abad 21 (Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013). Jakarta : Ghalia

Indonesia.

Hewitt, P. G. 2006. Conceptual Physics Tenth Edition. New York : Pearson Addison Wesley.

Fraenkel, J.R, Wallen, N.E, Hyun, H.H,. 2011. How to Design and Evaluate

Research in Education. San Fransisco : Mc Graw Hill Coorporate.

Ivie, S. D. 1998. Ausubel’s Learning Theory : An Approaching To Higher Order Thingking Skills. Educational Psychologist David Paul Ausubel. High

School Juornal. Vol. 82 (1) : 1-40.

Joyce, B. 2011. Model of Teaching(Model-model Pengajaran) Edisi Kedelapan . Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Kardi, S., Nur, M. 2000. Pengajaran Langsung.Surabaya: UNESA

Lawson, A.E. 1995. Science Teaching and The Development of Thinking.

California : Wadsworth Publishing Company.

Mustaji. 2012. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran. Online : http//pasca.tp.ac.id/site/


(29)

70 Nurhadi, M. 2004. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan

Konstruktivis dalam Pengajaran.Surabaya: Unesa.

Prihatiningtyas, S, Prastowo, T, Jatmiko, B. 2013. Impelementasi Simulasi PhET dan KIT Sederhana Untuk Mengajarkan Keterampilan Psikomotor Siswa Pada Materi Pokok Bahasan Alat Optik. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia.

Vol.2 (1) : 18-22.

Rachel, A. 2013. Effect of Advance Organizers on Attainment and Retention of Students’ Concept of Gravity in Nigeria. International Journal of

Research Studies in Educational Technology. Vol 2 (1) : 81-90

Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu

Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung : Penerbit CV

Alfabeta.

Samudra, G.B. 2014. Permasalahan – Permasalahan yang Dihadapi Siswa SMA di Kota Singaraja dalam Mempelajari Fisika. e-Journal Program

Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Vol.4.

Sardiman., (2009), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sari, D.P, Lutfi, A, Qosyim, A. 2013. Uji Coba Pembelajaran IPA Dengan LKS Sebagai Penunjang Media Virtual PhET Untuk Melatih Keterampilan Proses Pada Materi Hukum Archimedes. Jurnal Pendidikan Sains

e-Pensa. Vol 1 (2) Tahun 2013 : 15-20

Sedarmayanti. 2011. Metodologi Penelitian.Bandung: Munandar maju.

Shihusa, H., and Keraro, F.N. 2009. Using Advance Organizer to Enhance Students’ Motivation in Learning Biology. Eurasia Journal of

Mathematics, Science & Technology Education. Vol. 5 (4) : 413-420

Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Belajar.Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sudjana, N. 2002. Metode Statistikedisik ke-5. Bandung : Tarsito.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantatif kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2002. Statistik Untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara. Suriasumantri, J.S. 2005. Filsafat Ilmu.Jakarta: Pustaka Sinar harapan.


(30)

71 Survey Internasional TIMSS, Balitbang Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Tahun 2012, Diakses 12 November 2014.

Tasiwan, Nugroho, S.E., Hartono. 214. Analisis Tingkat Motivasi Siswa dalam Pembelajaran IPA Model Advance Organizer Berbasis Proyek. Jurnal

Pendidikan IPA Indonesia Vol. 3 (1) : 43-50

Wachanga, S.W, Arimba, A.M, Mbugua, Z.K,. Effects of Advance Organizer Teaching Approach on Secondary School Students’ Achievement in Chemistry in Maara District, Kenya. International Journal of Social


(1)

12

d. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah tingkat pencapaian siswa terhadap tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Pencapaian siswa yang diukur adalah domain kognitif berupa pemahaman konsep yang diperoleh melalui tes hasil belajar. Dimyati dan Mudjiono (2006 : 250), memandang hasil belajar sebagai suatu puncak proses belajar, dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Ahmadi (2004 : 130) menyatakan bahwa, ”jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, dan pengetahuan”.

e. Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran konvensional dalam penelitian ini merupakan model pembelajaran yang biasa diterapkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Menurut Ridwan (2008) model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang biasa diterapkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1991: 523) konvensional artinya berdasarkan kebiasaan atau tradisional. Jadi, pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Pada umumnya pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang lebih terpusat pada guru sehingga membuat siswa pasif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran.


(2)

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran advance organizer menggunakan media PhET dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai signifikansi 0,019 < 0,05.

2. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah dengan kemampuan berpikir kritis tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hasil belajar siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa dengan kemampuan berpikir kritis rendah.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kemampuan berpikir kritis dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai signifikansi 0,043 < 0,05. Kemampuan berpikir kritis siswa berpengaruh lebih besar terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran konvensional dibandingkan pada pembelajaran advance organizer menggunakan media PhET. Hasil belajar siswa pada advance organizer menggunakan media PhET mendapat pengaruh lebih dominan dari penggunaan model pembelajaran tersebut daripada kemampuan berpikir kritisnya.


(3)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti mempunyai beberapa saran, yaitu :

1. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran advance organizer menggunakan media PhET disarankan untuk menyusun organizer atau materi pelajaran dengan lebih sistematis, sehingga siswa lebih mudah memahami konsep-konsep fisika dan mudah menghubungkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari sehingga dampak dari model tersebut dapat tercapai secara maksimal.

2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan sebelum memulai proses pembelajaran, terlebih dahulu dijelaskan kepada siswa bagaimana pelaksanaan model pembelajaran advance organizer menggunakan media PhET. Sehingga pada saat pelaksanaan pembelajaran para siswa sudah mengerti apa yang akan dilakukan dan tidak menyita waktu untuk fase-fase pembelajaran.

3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mempersiapkan kegiatan eksperimen dengan lebih baik, dari sisi kelengkapan alat, prosedur pelaksaan dan peran observer dalam kegiatan tersebut. Dengan demikian hasil eksperimen yang didapat siswa maupun peneliti menjadi lebih akurat.


(4)

69

DAFTAR PUSTAKA

Angelo, Thomas A C & Cross, Patricia. 1995. Classroom Assessment Technique : A Handbook for College Teacher, 2nd Edition.

Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara. Ausubel, D. P. 1968. Educational Psychology: A Cognitive View. New York :

Holt, Rinehart & Winston.

Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Efendi.R. 2010. “Kemampuan Fisika Siswa Indonesia Dalam TIMSS (Trend Of International On Mathematics And Science Study)”Prosiding Seminar Fisika 2010 (Online). http:/www.fi.itb.ac.id

Ennis, Robert H. 1962. A Concept of Critical Thinking. Harvard Educational Review, Vol 32 (1) : 81-111

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21 (Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013). Jakarta : Ghalia Indonesia.

Hewitt, P. G. 2006. Conceptual Physics Tenth Edition. New York : Pearson Addison Wesley.

Fraenkel, J.R, Wallen, N.E, Hyun, H.H,. 2011. How to Design and Evaluate Research in Education. San Fransisco : Mc Graw Hill Coorporate.

Ivie, S. D. 1998. Ausubel’s Learning Theory : An Approaching To Higher Order Thingking Skills. Educational Psychologist David Paul Ausubel. High School Juornal. Vol. 82 (1) : 1-40.

Joyce, B. 2011. Model of Teaching (Model-model Pengajaran) Edisi Kedelapan . Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Kardi, S., Nur, M. 2000. Pengajaran Langsung.Surabaya: UNESA

Lawson, A.E. 1995. Science Teaching and The Development of Thinking. California : Wadsworth Publishing Company.

Mustaji. 2012. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran. Online : http//pasca.tp.ac.id/site/


(5)

70

Nurhadi, M. 2004. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan

Konstruktivis dalam Pengajaran.Surabaya: Unesa.

Prihatiningtyas, S, Prastowo, T, Jatmiko, B. 2013. Impelementasi Simulasi PhET dan KIT Sederhana Untuk Mengajarkan Keterampilan Psikomotor Siswa Pada Materi Pokok Bahasan Alat Optik. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. Vol.2 (1) : 18-22.

Rachel, A. 2013. Effect of Advance Organizers on Attainment and Retention of Students’ Concept of Gravity in Nigeria. International Journal of Research Studies in Educational Technology. Vol 2 (1) : 81-90

Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung : Penerbit CV

Alfabeta.

Samudra, G.B. 2014. Permasalahan – Permasalahan yang Dihadapi Siswa SMA di Kota Singaraja dalam Mempelajari Fisika. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Vol.4.

Sardiman., (2009), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sari, D.P, Lutfi, A, Qosyim, A. 2013. Uji Coba Pembelajaran IPA Dengan LKS Sebagai Penunjang Media Virtual PhET Untuk Melatih Keterampilan Proses Pada Materi Hukum Archimedes. Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa. Vol 1 (2) Tahun 2013 : 15-20

Sedarmayanti. 2011. Metodologi Penelitian.Bandung: Munandar maju.

Shihusa, H., and Keraro, F.N. 2009. Using Advance Organizer to Enhance

Students’ Motivation in Learning Biology. Eurasia Journal of

Mathematics, Science & Technology Education. Vol. 5 (4) : 413-420 Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Belajar.Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sudjana, N. 2002. Metode Statistikedisik ke-5. Bandung : Tarsito.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantatif kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2002. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara. Suriasumantri, J.S. 2005. Filsafat Ilmu.Jakarta: Pustaka Sinar harapan.


(6)

71 Survey Internasional TIMSS, Balitbang Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Tahun 2012, Diakses 12 November 2014.

Tasiwan, Nugroho, S.E., Hartono. 214. Analisis Tingkat Motivasi Siswa dalam Pembelajaran IPA Model Advance Organizer Berbasis Proyek. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia Vol. 3 (1) : 43-50

Wachanga, S.W, Arimba, A.M, Mbugua, Z.K,. Effects of Advance Organizer Teaching Approach on Secondary School Students’ Achievement in Chemistry in Maara District, Kenya. International Journal of Social Science and Interdiciplinary Research. Vol 2 (6)