Metode Untuk Membuat Prediksi Pemulihan Cadangan Biomassa

27 kebakaran berbeda tempat tetapi dianggap sebagai urutan umurwaktu bekas terjadinya kebakaran. Kondisi lokasi penelitian memiliki persyaratan edafis dan persyaratan klimatis yang sama meskipun prediksi pemulihannya menggunakan pendekatan pseudo chrono sequences. Pembuatan prediksi pemulihan cadangan biomassa karbon vegetasi dilakukan sebagai berikut: a Penghitungan biomassa karbon pada hutan gambut bekas kebakaran berulang 1 tahun, setelah 3 tahun dan setelah 8 tahun b Pembuatan persamaan untuk menghitung hubungan antara waktu bekas terjadinya kebakaran hutan gambut dengan biomassa vegetasi. Model persamaan yang terpilih didasarkan pada rerata simpangan paling kecil, nilai koefisien determinasi R 2 paling besar dan nilai residual standard error paling kecil.

3.6. Analisis Data

3.6.1. Analisis data dilakukan dengan menggunakan software statistik SAS Institute 1995. Analisis data yang dilakukan antara lain: • Pembuatan persamaan allometrik lokal untuk pendugaan biomassa tegakan JIFPRO 2000 : y = a DBH Untuk Mengetahui Tingkat Cadangan Karbon Vegetasi b ; y = a DBH x Tinggi Total b ; y = a DBH x Kerapatan Jenis Kayu b ; y = a DBH x Tinggi Total x Kerapatan Jenis Kayu • Keterangan : y = biomassa, DBH = diameter setinggi dada, a dan b = nilai koefisien persamaan b • Uji persamaan allometrik lain yang sudah ada • Uji validitas persamaan allometrik yang diperoleh dari hasil penelitian dengan menggunakan kriteria nilai koefisien determinasi R 2 • Analisis uji nilai simpangan mean error Chave et al. 2005: , nilai simpangan mean error, AIC Akaike Information Criterion dan RSE Residual of Standard Error Chave et al. 2005 = 28 dimana: = nilai hasil dugaan yi = nilai sebenarnya • Analisis uji nilai AIC Akaike Information Criterion Chave et al. 2005: -2 ln nilai likelihood fitted model + 2 jumlah parameter model

3.6.2. Analisis Uji Beda Nyata

• Analisis uji beda nyata nilai tengah diantara klaster plot yang diukur dengan ulangan sebanyak empat ulangan empat subplot pada masing- masing klaster dengan menggunakan Uji Tukey. Uji beda nyata nilai tengah tersebut diuji dengan hipotesis sebagai berikut: H : τ 1 = .... = τ 4 = 0 perlakuan tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati, H 1 : paling sedikit ada satu i dimana τ i ≠ 0. Jika nilai F hitung lebih besar dari F α, db1, db2 maka hipotesis H ditolak dan hipotesis H 1 • Analisis uji beda nyata antar persamaan allometrik dengan menggunakan rumus Mattjik dan Sumertajaya 2002 F diterima Mattjik dan Sumertajaya 2002. hitung sebagai berikut: dimana: SSE a = Sum of Square Error persamaan allometrik pertama SSE b = Sum of Square Error persamaan allometrik kedua Jumlah parameter a sebagai derajat bebas 1 Jumlah pengamatan – Jumlah parameter a – Jumlah parameter b sebagai derajat bebas 2 Selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan membandingkan antara F hitung dengan F tabel sebagai berikut: Jika F hitung Fα, db1, db2 maka dua persamaan allometrik yang dibandingkan tidak berbeda nyata Jika F hitung Fα, db1, db2 maka dua persamaan allometrik yang dibandingkan berbeda nyata