Reaksi lain yang juga dapat digunakan untuk membuat pupuk ZA adalah dengan mereaksikan garam gypsum dengan amonium karbonat melalui reaksi
berikut . NH
4 2
CO
3
+ CaSO
4
→ NH
4 2
SO
4
+ CaCO
3
.................... 6 Bentuk pupuk ZA yang dapat dijumpai di pasaran adalah seperti bubuk
kasar atau bongkahan-bongkahan kecil bewarna putih seperti gula pasir dan mudah larut dalam air Patnaik, 2002. Penggunaan pupuk ZA dalam bidang
pertanian yang berlebihan dapat menyebabkan turunnya pH tanah. Tampilan fisik pupuk ZA dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Pupuk ZA Sumber: www.trivenichemical.com, 1 Juni 2009
2.3.3 Pupuk TSP Triple Super Phosphate
Fosfor P merupakan salah satu unsur makro primer yang dibutuhkan oleh tanaman Tisdale dan Nelson, 1975 in Dana, 2007. Kekurangan unsur P
dapat diamati dari adanya gejala tertundanya pematangan sel. Bold and Wynne
1985 menyatakan gejala kekurangan P juga biasanya tampak pada fase awal pertumbuhan. Pada tumbuhan tingkat tinggi, tanaman yang kekurangan P
gejalanya dapat terlihat pada daun tua di mana warna daun menjadi keunguan, perakaran menjadi dangkal dan sempit penyebarannya, batang menjadi lemah.
Menurut Bold dan Wynne, 1985 fosfor merupakan salah satu unsur yang berperan dalam proses penyusunan karbohidrat dan senyawa kaya nitrogen.
Gula terfosforilasi yang kaya energi muncul dalam proses fotosintesis. Fosforilasi adenosin menghasilkan adenosine monofosfat, difosfat, trifosfat AMP, ADP, dan
ATP dimana tanaman menyimpan energinya untuk kelangsungan proses kimia lainnya. Menurut Buckman dan Brady 1982, fosfor berpengaruh baik pada
proses pembelahan sel dan pembentukan lemak pada organisme. Salah satu pupuk fosfor yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pupuk TSP Triple
Super Phosphate .
Pupuk TSP merupakan senyawa yang terbentuk melalui reaksi kompleks berikut.
3Ca
3
PO
4 2
·CaF
2
+ 4H
3
PO
4
+ 9H
2
O -- 9CaH
2
PO
4 2
+ CaF
2
......... 7 Reaksi tersebut akan menghasilkan pupuk TSP dengan kadar fosfor P sebesar
45 dalam bentuk P
2
O
5,
sehingga pupuk TSP juga dikategorikan sebagai pupuk fosfor Havlin et al., 2005.
Bentuk umum yang dapat dijumpai berupa butiran kecil kasar dengan warna kecoklatan, abu-abu, atau kekuningan dan bahan penyusunnya seperti tanah
yang mengering Havlin et al., 2005. Bentuk pupuk TSP dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Pupuk TSP Sumber: http:www.jhbunn.co.uk, 1 Juni 2009
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2009 dan terbagi menjadi tiga tahap. Tahap 1 merupakan penelitian pendahuluan yang
berlangsung mulai 11–20 Maret. Tahap 2 terdiri atas dua penelitian utama yang berlangsung mulai 19–28 April dan 8–17 Mei. Tahap 3 merupakan penelitian
tambahan yang berlangsung mulai 12-19 Mei. Lokasi penelitian adalah di ruang kultur mikroalga, Laboratorium Biologi Laut dan Laboratorium Oseanografi
Kimia, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB. Analisis kimia air laut yang digunakan untuk media kultur dilakukan di Laboratorium
Produktivitas Lingkungan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK-IPB.
3.2 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratorium yang terdiri atas tiga tahap penelitian, yaitu penelitian pendahuluan,
penelitian utama, dan penelitian tambahan. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk melihat dan mengevaluasi pengaruh pemberian dosis komposisi pupuk
yang diberikan, faktor teknis penelitian, serta faktor eksternal dan lingkungan terhadap pertumbuhan kultur Chlorella sp.. Hasil pengamatan dan evaluasi pada
penelitian pendahuluan selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan penelitian utama.
Penelitian utama terdiri atas dua bagian yaitu penelitian utama di ruang kultur tertutup dan penelitian utama di ruang kultur semi terbuka. Pembagian
17