Pengaruh Pemberian Dosis Komposisi Pupuk yang Berbeda Terhadap

tersebut tidak dapat dijadikan sebagai kesimpulan akhir penelitian, karena kecenderungan arah dan bentuk kurva pertumbuhan kedua tahap penelitian utama tersebut berbeda, pada penelitian di ruang semi terbuka, kecenderungan pola pertumbuhan umum kultur Chlorella sp. menunjukkan penurunan. Tabel 8. Duncan grouping pengaruh komposisi pupuk terhadap pertumbuhan Chlorella sp. pada kultur di ruang semi terbuka Perlakuan Duncan Grouping Jumlah Rata-Rata Chlorella sp. selml 1 CDEFG 954.166.6667 2 CDEF 958.333.3333 3 BCDEF 970.833.3333 4 BCDEF 979.166.6667 5 BCDEF 1.008.333.333 6 DEFG 895.833.3333 7 ABC 1.120.833.333 8 EFG 837.500 9 ABCD 1.075.000 10 BCDEF 983.333.3333 11 ABCD 1.075.000 12 CDEFG 937.500 13 ABCD 1.058.333.333 14 ABC 1.133.333.333 15 CDEFG 941.666.6667 16 CDEFG 950.000 17 BCDEF 1.004.166.667 18 ABCDE 1.037.500 19 FG 804.166.6667 20 DEFG 858.333.3333 21 CDEF 958.333.3333 22 DEFG 900.000 23 A 1.220.833.333 24 CDEFG 945.833.3333 25 CDEFG 945.833.3333 26 G 745.833.3333 Oleh karena itu uji lanjutan perlu dilakukan untuk menentukan kultur dengan perlakuan pupuk mana saja yang memberikan hasil optimal terhadap pertumbuhan sel Chlorella sp. di ruang kultur semi terbuka. Duncan Grouping untuk kultur 1-27 diberikan pada Tabel 7. Kultur Chlorella sp. dengan rata-rata kelimpahan sel paling tinggi ditunjukkan oleh kultur dengan komposisi pupuk 23 sebagai nutrien pertumbuhannya. Pupuk tersebut memiliki komposisi 50 mg Za, 50 mg Urea, dan 50 mg TSP dan mampu menghasilkan jumlah rata-rata kelimpahan sel sebanyak 1.220.833.333 selml. Berdasarkan Tabel 7, komposisi pupuk 23 A memiliki pengaruh yang relatif sama dengan komposisi pupuk 7, 9, 11, 13, 14, 18, dan 27 memiliki kode Duncan Grouping A pada susunannya. Berdasarkan hasil Duncan Grouping tersebut dapat dilihat bahwa sebaran pengaruh komposisi pupuk perlakuan tersebut adalah acak Tabel 1 dan tidak menunjukkan kecenderungan pengaruh dosis maupun komposisi pupuk terhadap kultur Chlorella sp. seperti yang ditunjukkan pada penelitian utama di ruang kultur tertutup. Berdasarkan perlakuan variasi dosis komposisi pupuk perlakuan yang sama Tabel 1 dan Tabel 6, hasil penelitian utama di ruang semi terbuka menunjukkan pola pertumbuhan Chlorella sp. yang berbeda jauh dibandingkan penelitian di ruang kultur tertutup. Pola kecenderungan pengelompokan sebaran komposisi ammonium, fosfat, dan nitrat berdasarkan Tabel 6 tidak terlihat pada penelitian utama di ruang semi terbuka. Uraian tersebut menunjukkan bahwa terdapat faktor selain ketersediaan nutrisi dari pupuk perlakuan yang memberikan pengaruh lebih besar terhadap pertumbuhan Chlorella sp.. Faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap pertumbuhan sel Chlorella sp. adalah temperatur, salinitas, dan pH medium kultur.

2. Pendugaan Pengaruh Temperatur

o

C, Salinitas ppt, dan pH Terhadap Pertumbuham

Chlorella sp. di Ruangan Kultur Semi Terbuka Perbedaan bentuk kurva pertumbuhan kultur Chlorella sp. pada penelitian utama di ruang kultur tertutup dan ruang kultur semi terbuka diduga disebabkan oleh faktor eksternal yang mempengaruhi kultur selama penelitian berlangsung, yaitu temperatur, salinitas, dan kadar keasaman pH kultur. Temperatur ruangan yang tercatat selama kultur berkisar antara 28-30 o C Lampiran 14 pada saat pengamatan dilakukan. Interval perubahan temperatur ruangan yang cukup besar terjadi antara waktu siang dan malam, yaitu sebesar 27 o C pada saat malam dini hari dan 31 o C pada siang hari yang terik. Temperatur kultur yang tercatat selama pengamatan adalah 26-27 o C dan dapat mencapai temperatur minimal 26 o C pada dini hari. Perubahan temperatur tersebut diduga dipengaruhi oleh siklus penyinaran harian matahari terhadap lingkungan dan kultur. Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty 1995 dan Taw 1990 kisaran temperatur tersebut masih berada dalam kisaran temperatur optimal pertumbuhan Chlorella sp. untuk kultur di luar ruangan outdoor culture, yaitu 25-30 o C. Perubahan temperatur rata-rata ruangan dan kultur Chlorella sp. dapat dilihat pada Gambar 21. Gambar 18 menunjukkan bahwa temperatur ruangan kultur semi terbuka berada pada rentang yang lebih tinggi dibandingkan temperatur rata-rata medium kultur Chlorella sp. yang terdiri atas air laut. Temperatur rata-rata kultur berada pada nilai yang konstan yaitu sekitar 26 o C. Meskipun rentang temperatur ruang dan kultur berada pada kondisi optimum pertumbuhan Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995, namun diduga rentang temperatur tersebut mempengaruhi adaptasi Chlorella sp. terhadap lingkungan barunya. Gambar 18. Perubahan rata-rata temperatur o C medium kultur Chlorella sp. dan ruangan pada penelitian utama di ruang semi terbuka Pendugaan pengaruh faktor temperatur tersebut dijelaskan sebagai berikut. Pertama, inokulan Chlorella sp. yang digunakan dalam penelitian ini sebelumnya diduga telah beraklimatisasi terhadap lingkungan tempat preservasi yang memiliki temperatur yang relatif rendah 10-15 o C. Kedua, pembuatan stock kultur untuk keseluruhan penelitian dilakukan di ruangan yang memiliki temperatur yang juga lebih rendah dengan fluktuasi harian yang relatif tetap yaitu 22-23 o C ruang kultur tertutup. Berdasarkan kedua kondisi tersebut, maka diduga sel Chlorella sp. tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan temperatur ruang yang relatif tinggi dengan fluktuasi harian yang tidak tetap, meskipun aklimatisasi sel Chlorella sp. telah dilakukan untuk mengantisipasi hal tersebut. Ketidakmampuan sel Chlorella sp. untuk beradaptasi dapat mengakibatkan stress