Sejarah Perkembangan Sistem Jaminan Mutu

1. Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik BPS, 2008, kinerja perekonomian Indonesia tercermin dalam angka Produk Domestik Bruto PDB Indonesia tahun 2007 mencapai Rp 3.957,4 triliun atau tumbuh sebesar 6,3 dibandingkan tahun 2006. Bila dirinci menurut skala usaha, pertumbuhan PDB Usaha Kecil dan Menengah UKM mencapai 6,4 dan Usaha Besar UB tumbuh 6,2 . Dibandingkan tahun 2006 pertumbuhan PDB UKM hanya 5,7 , dan PDB UB hanya 5,2 . UKM memberikan kontribusi sebesar Rp 2.121,3 triliun atau 53,6 dari total PDB Indonesia. Pertumbuhan PDB UKM terjadi di semua sektor ekonomi. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor bangunan sebesar 9,3 , diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran 8,5 , dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 7,8 . Ekspor hasil produksi UKM selama tahun 2007 mencapai Rp 142,8 triliun atau 20 terhadap total ekspor non migas nasional sebesar Rp 713,4 triliun. Bila dirinci menurut sektor , sebagian besar hasil produksi UKM yang diekspor yaitu 89 berupa komoditi yang dihasilkan sektor industri, diikuti oleh sektor pertanian sebesar 9,8 , dan sektor pertambangan sebesar 1,2 . Adapun jumlah populasi UKM pada tahun 2007 mencapai 49,8 juta unit usaha atau 99,99 terhadap total unit usaha di Indonesia, sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 91,8 juta orang atau 97,3 terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia.

C. Sejarah Perkembangan Sistem Jaminan Mutu

Perkembangan Sistem Jaminan Mutu dimulai sejak adanya usaha-usaha manuasia untuk memproduksi barang dimulai kira-kira sejak 5.000 tahun yang lalu. Beberapa bukti sejarah memperlihatkan bahwa : - Pada jaman pemerintahan Nebukadnezar di Babilonia tahun 605-502 SM, telah ada spesifikasi untuk bangunan, pangan dan lain-lain. - Di Cina tahun 1644 SM telah ada spesifikasi mutu untuk keramik Pada masa tersebut belum ada ukuran standar untuk mutu yang disepakati. Karakteristik mutu pada awalnya diekspresikan secara kualitatif dengan kata- kata. Selain itu belum dikenal adanya merek sebagai penanda mutu dan penanda produsen penghasil barang Muhandri dan Kadarisman, 2006. Sampai akhir abad 19, konsep Sistem Jaminan Mutu tidak banyak berubah. Prinsip-prinsip pengendalian mutu yang dipakai adalah : 1 Pemeriksaan mutu dilakukan oleh konsumen bila cocok ditentukan harganya dan 2 Adanya Konsep Ketrampilan pembeli percaya pada mutu produk setelah beberapa kali melakukan pembelian. Perkembangan Sistem Manajemen Mutu di atas dikenal sebagai konsep mutu kuno. Masa berikutnya dalam perkembangan Sistem Jaminan Mutu disebut sebagai konsep mutu modern, dan dapat dilihat pada Gambar 1 Jones, 1991 dalam Muhandri dan Kadarisman, 2006. Evolusi Sistem Mutu Tahun 1900 1918 1937 1960 1980 Gambar 1. Evolusi Sistem Jaminan Mutu TQM Quality Assurance Statistic Inspector Foreman Operator Operator Quality Control Sistem Pengendalian Mutu Operator terjadi pada abad ke 19 menggunakan konsep bahwa operator atau pekerja bertanggung jawab untuk membuat dan memeriksa sendiri hasil pekerjaannya. Belum ada sistem yang terkendali untuk menjaga mutu. Pemilik yang merupakan pengelola bahkan kadang-kadang juga merupakan karyawan yang menghasilkan barang mempercayai karyawan dalam hal mutu produk karena karyawan merupakan orang yang terlatih dan mempunyai ketrampilan teknis yang tinggi. Masa ini dicirikan dengan Muhandri dan Kadarisman, 2006 : 1. Jumlah produksi yang masih sedikit, kadang-kadang hanya melayani pesanan. 2. Seorang atau sekelompok kecil orang membuat barang secara utuh. 3. Karyawan mengendalikan sendiri seluruh pekerjaannya membeli, memotong, menghaluskan, mengukur dan sebagainya. 4. Produsen sering disebut sebagai pengrajin. Foreman Quality Control Pada awal abad 20 terjadi perubahan yang mendasar pada konsep produksi. Permintaan terhadap barang industri yang meningkat sudah tidak memungkinkan lagi untuk dilayani dengan sistem “pengrajin”. Sistem produksi sudah mulai dilakukan dengan konsep spesialisasi. Karyawan-karyawan dibawahi oleh seorang mandor foreman yang bertugas mengawasi pekerjaan dan mutu produk yang dihasilkan. Masa ini dicirikan dengan Muhandri dan Kadarisman, 2006 : 1. Jumlah produksi yang mulai meningkat tidak hanya untuk memenuhi pesanan, tapi dijual secara massal. 2. Karyawan dikelompokkan menurut jenis pekerjaan dan diawasi oleh seorang mandor yang tidak terlibat dalam pekerjaan menghasilkan barang. Inspection Quality Control Selama Perang Dunia I sistem pabrikasi semakin rumit karena perusahaan dituntut untuk meningkatkan produktivitas dan kelengkapan produk untuk mengejar kebutuhan konsumen. Pada masa ini mulai ada bagian yang bekerja penuh full time khusus untuk mengawasi mutu produk selama proses produksi dengan melakukan pemeriksaan secara penuh. Organisasi perusahaan pun membesar seiring dengan adanya bagian-bagian khusus di atas. Masa ini dicirikan dengan Muhandri dan Kadarisman, 2006 : 1. Sistem pabrikasi yang makin kompleks. 2. Skala produksi yang makin membesar. 3. Mutu produk mulai banyak mengalami “gangguan“ 4. Adanya “full time inspector“ 5. Organisasi inspeksi pemeriksaan dipisahkan dari produksi. Statistic Quality Control Perang Dunia II memberikan dampak yang cukup penting dalam sejarah perkembangan Sistem Manajemen Mutu dengan munculnya konsep Pengendalian Mutu Statistik Statistic Quality Control. Meskipun teknik Pengendalian Mutu Statistik sudah dimulai sejak tahun 1929 diperkenalkan oleh Walter A. Shewart, namun perkembangan penerimaan masyarakat industri terhadap teknik ini berjalan sangat lambat. Perkembangan yang pesat baru terjadi ketika masa Perang Dunia II. Pada masa itu negara-negara yang terlibat perang berusaha memproduksi senjata secara besar-besaran . Produksi yang bersifat massal tersebut tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh pada tiap produk Setelah proses diatur secara baku, maka produk diambil secara sampling contoh saja yang dianggap mewakili produk keseluruhan dan diperiksa. Sistem ini yang dikenal dengan Pengendalian Mutu Statistik. Masa ini dicirikan dengan Muhandri dan Kadarisman, 2006 : 1. Produksi yang bersifat massal. 2. Pemeriksaan 100 produk tidak memungkinkan untuk dilaksanakan. 3. Penggunaan teknik Sampling dan Control Chart. Quality Assurance Pergeseran dari konsep Pengendalian Mutu Quality Control ke Jaminan Mutu Quality Assurance terjadi sekitar tahun 1960. Dengan konsep Jaminan Mutu tidak hanya dilakukan pemeriksaan yang baik pada proses produksi, tetapi meliputi perencanaan, perancangan produksi, pengadaan bahan baku, transportasi, penyimpanan, dan sebagainya. Konsep Jaminan Mutu merupakan cikal bakal konsep awal dari konsep yang lebih komprehensif lagi yaitu Total Quality Control TQC, yang akhirnya lebih tepat disebut dengan Total Quality Management TQM. Masa ini dicirikan dengan Muhandri dan Kadarisman, 2006 : 1. Pengendalian dilakukan mulai dari pengadaan bahan sampai dengan bahan dikirim ke konsumen. 2. Pengendalian mutu dengan Teknik Statistik tetap dilakukan. 3. Tanggung jawab mutu masih ada di bagian Pengawasan Mutu Quality Control . 4. Unsur-unsur seperti perencanaan, pengarahan, koordinasi, pengendalian, monitoring dan evaluasi mulai diperhatikan untuk menjamin mutu. Total Quality Management Gagasan konsep Pengendaliam Mutu Terpadu pertama kali dicetuskan oleh Armand V. Feigenbaum Presiden Direktur General System Company Inc., AS pada tahun 1950-an Hardjomidjojo, 2002. Pengendalian Mutu Terpadu pada awalnya menitikberatkan perhatian pada pendekatan mutu dari berbagai aspek- aspek seperti perancangan, produksi, pemasaran dan produktivitas, sehingga seluruh departemen dalam perusahaan terlibat dalam kegiatan mutu. Tujuan kegiatan mutu dalam TQM awal ini adalah memadukan usaha pengembangan, pemeliharaan dan penyempurnaan mutu oleh berbagai kelompok dalam perusahaan sehingga pemasaran, perekayasaan, produksi dan pelayanan terlaksana pada kondisi yang paling ekonomis dalam memberikan kepuasan penuh pada konsumen. Perkembangan TQM lebih lanjut adalah munculnya berbagai macam standar sistem manajemen mutu yang baru antara lain : ISO 9000, Six Sigma, Malcolm Baldrige Framework, EFQM The European Foundation for Quality Management, dan BSC Balanced Scorecard. D. Konsep Mutu dan Manajemen Mutu D.1 Konsep Mutu