II LANDASAN TEORI
2.1 Produk Domestik
Regional Bruto
PDRB Produk Domestik Regional Bruto PDRB
merupakan salah satu indikator ekonomi guna mengukur tingkat kemampuan daerah untuk
mengelola potensi yang dimilikinya. PDRB dibutuhkan sebagai indikator ekonomi makro
regional yang bisa mencerminkan kinerja perekonomian suatu daerah. Besaran PDRB
pada suatu waktu tertentu dapat digunakan sebagai cerminan kinerja perekonomian dan
sebagai gambaran struktur ekonomi suatu daerah, sedangkan perbandingan PDRB antar
waktu bisa digunakan sebagai indikator kemajuan pembangunan ekonomi daerah
tersebut.
Produk Domestik Regional Bruto PDRB adalah jumlah nilai tambah yang tercipta dari
seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah dalam satu kurun waktu tertentu, biasanya
setahun. Dalam skala nasional disebut PDB Produk Domestik Bruto dan untuk skala
daerah disebut PDRB.
Produk Domestik Bruto maupun agregat turunannya
disajikan dalam
dua versi
penilaian, yaitu atas dasar berlaku dan atas dasar harga konstan. Harga berlaku adalah
nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap
tahun, sedangkan harga konstan penilaiannya didasarkan kepada harga satu tahun dasar
tertentu BPS 2010b.
Menurut Mankiw
1998, untuk
memudahkan pemahaman tentang bagaimana sebuah perekonomian menggunakan sumber-
sumber dayanya yang langka, para ekonom mencoba memilah-milah komposisi PDRB
menjadi
beberapa macam
pengeluaran. Perumusan PDRB adalah sebagai berikut:
Y = C + I + G + NX di mana,
Y = Produk Domestik Regional Bruto
PDRB C
= Konsumsi I
= Investasi G
= Pengeluaran pemerintah NX = Ekspor neto selisih antara ekspor
dan impor. Adapun definisi komposisi PDRB yang
digunakan, yaitu: Konsumsi adalah pengeluaran oleh rumah
tangga dan perusahaan atas berbagai barang dan jasa.
Investasi adalah pembelian atas berbagai peralatan modal, persiapan dagang atau
inventori, dan struktur bisnis. Pengeluaran pemerintah adalah mencakup
seluruh pembelian berbagai barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah.
Ekspor neto adalah pembelian oleh pihak asing atas berbagai barang dan jasa yang
diproduksi di dalam negeri ekspor dikurangi oleh pembelian produk setempat
atas berbagai barang dan jasa yang diproduksi di luar negeri impor.
2.2 Boxplot
Boxplot atau
diagram kotak
garis merupakan salah satu alat peraga dalam
pembandingan data
dengan cara
menggambarkan kotak garis masing-masing kelompok data secara berdampingan sehingga
perbandingan lokasi pemusatan maupun rentangan penyebaran data antar kelompok
dapat dilihat secara sekaligus Aunuddin 1989. Ukuran panjang kotak berdasarkan
ringkasan 5 angka, yaitu nilai minimum, kuartil pertama Q
1
, kuartil kedua atau median Q
2
, kuartil ketiga Q
3
, dan nilai maksimum dari data yang sudah diurutkan.
Secara visual diagram kotak garis dapat menggambarkan lokasi pemusatan data,
rentangan penyebaran data, dan kemiringan pola sebaran data. Lokasi pemusatan data
diwakili oleh nilai median, dan rentangan penyebaran data dapat dilihat dari panjang
kotak yang merupakan jarak antara Q
1
dan Q
3
atau jarak antar kuartil. Posisi median di dalam kotak akan menunjukkan kemiringan
pola sebaran, letak median yang lebih dekat ke Q
1
mencirikan suatu sebaran dengan kemiringan positif atau memanjang ke arah
nilai-nilai yang besar, dan kemiringan negatif terjadi bila posisi median lebih dekat ke Q
3
. Panjang garis yang menjulur ke luar dari
kotak menjadi petunjuk adanya data yang agak jauh dari kumpulannya.
Letak Q
1
dan Q
3
membatasi kotak, sedangkan median Me berada di dalam
kotak. Hal ini menunjukkan bahwa 50 data menyebar di dalam kotak dan sisanya terbagi
sama banyak menyebar di sekitar garis atas dan bawah kotak. Didefinisikan:
batas bawah
dan batas atas .
Data yang terletak di atas batas atas BA atau di bawah batas bawah BB akan terlihat
sebagai titik yang terpisah sehingga disebut sebagai pencilan Hoaglin et al. 1991.
Gambar 1 Boxplot dan keterangannya.
2.3 Korelasi
Korelasi adalah nilai yang menunjukkan kekuatan dan arah hubungan linear antara dua
peubah acak. Nilai korelasi antara peubah x dan y dapat diperoleh dengan rumus berikut
Walpole 2005
dengan i = 1, 2, 3, . . ., n. Nilai korelasi positif menunjukkan bahwa
nilai dua peubah tersebut memiliki hubungan linear positif dan begitu juga sebaliknya.
Semakin dekat nilai korelasi ke -1 atau +1, semakin kuat korelasi antara kedua peubah
tersebut, sebaliknya jika nilai korelasinya mendekati 0 maka semakin lemah korelasi
antara kedua peubah tersebut.
2.4 Analisis Biplot