Data Deskripsi PDRB Indonesia tahun 2009 PDRB antar provinsi di Indonesia

III PEMBAHASAN

3.1 Data

Data yang digunakan adalah data Produk Domestik Regional Bruto PDRB harga berlaku menurut provinsi-provinsi di Indonesia dan sektor lapangan usaha tahun 2009 BPS 2010a. Objek pengamatannya adalah 33 provinsi yang ada di Indonesia. Tabel 1 Objek 33 provinsi. Objek Provinsi 1 Aceh 2 Sumatera Utara 3 Sumatera Barat 4 Riau 5 Kepulauan Riau 6 Jambi 7 Sumatera Selatan 8 Kepulauan Bangka Belitung 9 Bengkulu 10 Lampung 11 DKI Jakarta 12 Jawa Barat 13 Banten 14 Jawa Tengah 15 DI Yogyakarta 16 Jawa Timur 17 Bali 18 NTB 19 NTT 20 Kalimantan Barat 21 Kalimantan Tengah 22 Kalimantan Selatan 23 Kalimantan Timur 24 Sulawesi Utara 25 Gorontalo 26 Sulawesi Tengah 27 Sulawesi Selatan 28 Sulawesi Barat 29 Sulawesi Tenggara 30 Maluku 31 Maluku Utara 32 Papua 33 Papua Barat Tabel 2 Peubah sektor lapangan usaha. Peubah Keterangan X1 Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan X2 Pertambangan dan penggalian X3 Industri pengolahan X4 Listrik, gas, dan air bersih X5 Konstruksi X6 Perdagangan, hotel, dan restoran X7 Pengangkutan dan komunikasi X8 Keuangan, real estate, dan jasa perusahaan X9 Jasa-jasa

3.2 Deskripsi PDRB Indonesia tahun 2009 PDRB antar provinsi di Indonesia

Jumlah PDRB dari provinsi-provinsi di Indonesia pada tahun 2009 adalah 4,527,909 miliar rupiah Lampiran 1. Provinsi di Indonesia memiliki rata-rata PDRB sebesar 137,209.36 miliar rupiah. Gambar 2 memperlihatkan keadaan PDRB seluruh provinsi di Indonesia. Pada grafik bisa dilihat bahwa objek 31, 25, 30, 28, 9 adalah provinsi- provinsi yang memiliki PDRB lebih kecil dari pada provinsi yang lain, sedangkan provinsi dari pulau Jawa 11, 12, 16, 14 merupakan provinsi-provinsi dengan PDRB yang lebih besar dari pada provinsi lain di Indonesia. Terdapat delapan provinsi yang memiliki PDRB di atas 137,209.36 miliar rupiah Lampiran 1, jadi hanya terdapat delapan provinsi yang memiliki nilai PDRB di atas rata-rata. Gambar 2 Grafik PDRB provinsi-provinsi di Indonesia tahun 2009. Gambar 2 memperlihatkan bahwa sebagian besar provinsi yang memiliki nilai PDRB di atas rata-rata berada pada empat provinsi di Pulau Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa Pulau Jawa sangat dominan dalam menentukan perekonomian Indonesia sekaligus menunjukkan bahwa pembangunan di Indonesia sangat terpusat di Pulau Jawa. Delapan provinsi yang memiliki PDRB di atas rata-rata terdiri atas empat provinsi di Pulau Jawa yaitu Provinsi DKI Jakarta 11, Provinsi Jawa Barat 12, Provinsi Jawa Tengah 14, dan Provinsi Jawa Timur 16; tiga provinsi di Pulau Sumatera yaitu Provinsi Sumatera Utara 2, Provinsi Riau 4, dan Provinsi Sumatera Selatan 7; serta satu provinsi di Pulau Kalimantan yaitu Provinsi Kalimantan Timur 23. Meskipun demikian, terdapat provinsi yang memiliki PDRB di bawah rata-rata yaitu Provinsi Banten 13 dan Provinsi DI Yogyakarta. Struktur PDRB di Pulau Jawa Gambar 3 menunjukkan struktur PDRB di Pulau Jawa. Tiga sektor penyumbang terbesar bagi PDRB di Pulau Jawa tahun 2009 yaitu sektor industri pengolahan X3, sektor perdagangan, hotel, dan restoran X6, sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan X1. Sektor industri pengolahan X3 merupakan sektor yang memberikan sumbangan terbesar bagi PDRB di Pulau Jawa pada tahun 2009, sedangkan sektor yang terkecil dalam memberikan sumbangan terhadap PDRB di Pulau Jawa adalah sektor pertambangan dan penggalian X2. Hal ini disebabkan karena di Pulau Jawa hanya terdapat sedikit bahan tambang yang bisa dimanfaatkan. Gambar 3 Grafik struktur PDRB di Pulau Jawa. 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 11 12 16 14 23 2 4 7 13 27 10 32 3 1 5 17 20 22 6 18 15 21 24 26 29 19 8 33 9 28 30 25 31 M il iar R u p iah Provinsi 10 20 30 40 50 11 12 13 14 15 16 P er sen tase Provinsi X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 Peluang usaha sektor industri pengolahan X3 tertinggi pada Provinsi Banten 13 yaitu sebesar 43.17, kemudian disusul Provinsi Jawa Barat 12 sebesar 40.77. Hal ini disebabkan karena kedua provinsi tersebut memiliki daerah yang cocok dengan pertumbuhan industri pengolahan. Sementara itu, pada provinsi DKI Jakarta 11 peluang usaha tertinggi adalah sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan X8 yaitu sebesar 28.17 Lampiran 2. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3. Struktur PDRB di Indonesia Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya. Jika sumberdaya itu dimanfaatkan dengan baik maka akan dapat meningkatkan pendapatan negara dan membawa masyarakat Indonesia pada kehidupan yang lebih layak. Di Indonesia terdapat sembilan sektor yang dapat memengaruhinya. Struktur PDRB di Indonesia dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama menjelaskan struktur PDRB di Pulau Sumatera Gambar 4, bagian kedua menjelaskan struktur PDRB di Pulau Bali, Nusa Tenggara, dan Kalimantan Gambar 5, dan bagian ketiga menjelaskan struktur PDRB di Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua Gambar 6. Gambar 4 Grafik struktur PDRB di Pulau Sumatera. Pada Gambar 4 penyumbang tertinggi PDRB Provinsi Aceh 1 adalah sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan X1 yaitu 28.48 Lampiran 2. Oleh karena itu, sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan X1 merupakan sektor yang dominan di Provinsi Aceh. Masyarakat Aceh dapat mengembangkan sektor X1 dengan baik agar dapat meningkatkan perekonomian daerah Aceh, sedangkan penyumbang terendah adalah sektor listrik, gas, dan air bersih X4 sebesar 0.36. Pada Provinsi Sumatera Utara 2 antara sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan X1 dan sektor industri pengolahan X3 tidak jauh berbeda yaitu 23.03 dan 23.29 Gambar 4. Namun, sektor industri pengolahan X3 yang menjadi sektor dominan di Provinsi Sumatera Utara 2. Sementara itu, Provinsi Sumatera Barat 3 mempunyai sektor dominan yang sama dengan Provinsi Aceh 1, yaitu sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan X1 dengan nilai sebesar 23.95. Hal ini sesuai dengan kondisi nyata bahwa di Sumatera Barat banyak terdapat lahan kehutanan, terutama hutan karet dan perkebunan kelapa sawit. Sektor yang paling dominan dengan nilai sumbangan sebesar 38.43 di Provinsi Riau 4 adalah sektor pertambangan dan penggalian X2. Disusul dengan sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan X1 pada urutan kedua sebesar 20.28. Sektor industri pengolahan X3 merupakan sektor paling dominan di Provinsi Kepulauan Riau 5 sebesar 46.2. Berikutnya ada sektor perdagangan, hotel, dan restoran X6 dengan sumbangan sebesar 19.55. Sektor yang memberikan sumbangan tertinggi bagi PDRB di Provinsi Jambi 6 yaitu sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan X1 sebesar 27.45. Provinsi Sumatera Selatan 7 dan Kepulauan Bangka 10 20 30 40 50 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P er sen tase Provinsi X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 Belitung 8 mempunyai sektor dominan yang sama yaitu sektor industri pengolahan X3 masing-masing sebesar 23.64 dan 21.64. Sementara itu, Provinsi Bengkulu 9 dan Lampung 10 unggul dalam sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan X1 yaitu sebesar 38.61 dan 39.28. Hal ini berarti sektor tersebut merupakan sektor paling dominan di provinsi tersebut. Gambar 5 Grafik struktur PDRB di Pulau Bali, Nusa Tenggara, dan Kalimantan. Struktur PDRB Pulau Bali, Nusa Tenggara, dan Kalimantan dapat dilihat pada Gambar 5. Sektor yang dominan di Provinsi Bali 17 yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran X6 dengan sumbangan sebesar 30. Sektor dengan persentase tertinggi di Provinsi NTB 18 yaitu sektor pertambangan dan penggalian X2 sebesar 36.11. Hal ini berarti sektor yang paling dominan di provinsi 18 yaitu sektor X2. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan X1 merupakan sektor paling dominan di empat provinsi, yaitu Provinsi NTT 19, Kalimantan Barat 20, Kalimantan Tengah 21, Kalimantan Selatan 22 masing- masing sebesar 39.51, 25.68, 28.19, 22.11. Sementara itu, pada Provinsi Kalimantan Timur 23 persentase sektor tertinggi yaitu sektor pertambangan dan penggalian X2 sebesar 45.84. Dengan demikian, sektor yang dominan di provinsi Kalimantan Timur 23 adalah sektor pertambangan dan penggalian. Gambar 6 Grafik struktur PDRB di Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua. 10 20 30 40 50 17 18 19 20 21 22 23 P er sen tase Provinsi X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 10 20 30 40 50 60 70 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 P er sen tase Provinsi X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 Pada Gambar 6 Provinsi Sulawesi Utara 24 hingga provinsi Maluku Utara 31 sektor paling dominan ditunjukkan oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan X1, sedangkan pada Provinsi Papua 32 sektor paling dominan yaitu sektor pertambangan dan penggalian X2. Hal ini disebabkan pada Provinsi Papua 32 terdapat perusahaan pertambangan emas terbesar di Indonesia. Sementara itu, sektor yang dominan di Provinsi Papua Barat 33 yaitu sektor industri pengolahan X3. Persentase nilai PDRB dapat dilihat pada Lampiran 2. Struktur PDRB di Pulau Jawa mengacu pada Gambar 3. Di Provinsi DKI Jakarta 11 sektor paling dominan yaitu sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan X8 sebesar 28.17. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa DKI Jakarta merupakan ibu kota Negara Indonesia yang pertumbuhan ekonominya dipengaruhi oleh perusahaan, real estate, dan jasa perusahaan. Sementara itu, sektor industri pengolahan X3 merupakan sektor yang dominan di tiga provinsi yaitu Provinsi Jawa Barat 12, Provinsi Banten 13, Provinsi Jawa Tengah 14 masing-masing sebesar 40.77, 43.17, 32.76. Hal ini mencerminkan bahwa provinsi-provinsi tersebut cocok untuk kegiatan industri dan pengolahan. Provinsi DI Yogyakarta 15 dan Provinsi Jawa Timur 16 mempunyai sektor yang sama yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran X6 dengan sumbangan masing- masing sebesar 19.72 dan 28.42. PDRB antar sektor Sebaran PDRB menurut sektor disajikan oleh data logaritmik Lampiran 3. Gambaran dari peubah sektor dan PDRB yang ditata sesuai dengan mediannya disajikan sebagai boxplot dan diberikan pada Gambar 7. X9 X8 X7 X6 X5 X4 X3 X2 X1 6 5 4 3 2 1 Sektor M il ia r R u pi ah lo g 12 31 30 11 16 11 31 Gambar 7 Boxplot PDRB dan peubah sektor lapangan usaha. Dari boxplot di atas dapat dilihat keragaman dan data pencilan. Pada Gambar 7 hanya peubah X1, X2, X3, dan X7 yang tidak mempunyai pencilan. Objek 12 Jawa Barat, 11 DKI Jakarta, dan 16 Jawa Timur merupakan pencilan atas dari peubah X4, X5, X6, dan X8, berarti ketiga objek ini mempunyai selisih yang cukup besar jika dibandingkan dengan rata-rata maupun nilai objek di bawahnya. Lokasi pemusatan peubah X3, X4, X7, dan X9 ke arah nilai PDRB yang kecil. Hal ini dapat dilihat dari nilai median dari masing- masing peubah. Lokasi pemusatan X2 dan X5 ke arah nilai PDRB yang besar, sedangkan lokasi pemusatan untuk peubah X1, X6, dan X8 berada pada nilai mediannya. Peubah X1, X6, dan X8 mempunyai pola sebaran data mendekati simetri atau mediannya hampir sama dengan rata-rata. Peubah X3, X4, X7, dan X9 mempunyai pola sebaran data dengan kemiringan positif. Hal ini dapat dilihat posisi median yang lebih dekat dengan Q 1 serta kondisi ini menunjukkan bahwa rata-rata dari peubah tersebut lebih besar dari mediannya. Sementara itu, peubah X2 dan X5 mempunyai pola sebaran data dengan kemiringan negatif. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata dari peubah tersebut berada di bawah mediannya. Pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan X1 mempunyai median dan rata-rata yang hampir sama yaitu 4.02 dan 4.04, hal ini berarti penjuluran data pada peubah X1 simetri. Sektor pertambangan dan penggalian X2 memiliki nilai sumbangan terhadap PDRB relatif lebih kecil dari pada X1. Dapat dilihat pada Gambar 7 bahwa median menuju ke arah nilai PDRB yang besar. Hal ini berarti rata-rata dari sektor X2 lebih kecil dari pada mediannya. Dilihat dari Gambar 7, peubah X3 memberikan nilai sumbangan terhadap PDRB terbesar dibandingkan dengan sektor lain, sedangkan sektor yang memberikan sumbangan terkecil terhadap PDRB di Indonesia adalah sektor listrik, gas, dan air bersih X4. Pada sektor listrik, gas, dan air bersih X4 terdapat satu objek yang nilainya jauh lebih tinggi dibanding dengan objek lain. Objek tersebut adalah Jawa Barat 12 yang merupakan objek dengan sumbangan terbesar bagi PDRB di Indonesia dengan nilai sumbangan sebesar 4.29. Pada peubah X5 terdapat pencilan atas dan pencilan bawah. Pencilan atas yaitu objek yang memberikan sumbangan terhadap PDRB yang lebih besar, yaitu Provinsi DKI Jakarta 11, sedangkan objek yang memberikan sumbangan terkecil yaitu Provinsi Maluku 30 dan Maluku Utara 31. Hal ini berarti peubah 30 dan 31 memberikan kontribusi kecil terhadap pembangunan Indonesia pada sektor konstruksi X5. Provinsi Jawa Timur 16 merupakan objek dengan sumbangan terbesar terhadap PDRB pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran X6. Pada peubah X6 nilai tengah median sama dengan rata-ratanya sehingga penjuluran data peubah tersebut simetri. Secara visual sektor pengangkutan dan komunikasi X7 dapat dilihat bahwa median menuju ke arah nilai PDRB yang kecil. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata data pada sektor tersebut lebih besar dari pada mediannya. Sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan X8 mempunyai satu provinsi yang terletak jauh dari provinsi lain yaitu DKI Jakarta 11. Hal ini terjadi karena provinsi DKI Jakarta memiliki nilai sumbangan terhadap PDRB yang jauh lebih besar dibanding dengan provinsi lain. Pada sektor jasa-jasa X9 terdapat pencilan bawah yaitu Provinsi Maluku Utara 31. Hal ini menunjukkan bahwa objek 31 memberikan sumbangan terkecil pada sektor jasa-jasa X9.

3.3 Pemetaan provinsi