I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningkatkan kesejahteraan manusia dan mendorong pembangunan manusia menjadi
perhatian penting bagi para penyelenggara pemerintahan. Oleh karena itu, Perserikatan
Bangsa-Bangsa PBB menetapkan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur
sejauh
mana pembangunan
manusia seutuhnya telah membuahkan hasil di suatu
negara, yaitu yang sering disebut dengan Indeks Pembangunan Manusia IPM atau
Human Development Index HDI. Pada dasarnya
IPM digunakan
untuk mengklasifikasikan apakah suatu negara
adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang. Namun, IPM juga
dipercaya sebagai
pengukur efektifitas
program dan kebijakan pemerintah terhadap kualitas hidup penduduknya Basri dan
Munandar 2009. IPM
terbentuk berdasarkan
dimensi kesehatan, dimensi pendidikan, dan dimensi
standar hidup layak. Namun, dalam karya ilmiah ini akan dibatasi pada dimensi standar
hidup layak. Standar hidup layak adalah suatu ukuran kualitas hidup manusia. Dalam
cakupan lebih luas standar hidup layak menggambarkan tingkat kesejahteraan yang
dinikmati oleh penduduk sebagai dampak semakin membaiknya ekonomi. Standar hidup
layak dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Regional
Bruto PDRB.
PDRB yang
digunakan yaitu PDRB atas dasar harga berlaku menurut provinsi dan sektor pada
tahun 2009 di Indonesia. PDRB provinsi-provinsi di Indonesia
beragam. Hal ini dikarenakan masing-masing provinsi memiliki keunggulan pada sektor-
sektor tertentu. Sebagai contoh perbandingan antara PDRB Provinsi Jawa Timur dan
Provinsi Jawa Barat. Jawa Timur memiliki PDRB sebesar 686,848 miliar rupiah yang
disumbangkan oleh sektor tertinggi yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran
sebesar 195,202 miliar rupiah, sedangkan Jawa Barat memiliki PDRB sebesar 689,841
miliar rupiah dengan sumbangan terbesar berasal dari sektor industri pengolahan, yaitu
281,248 miliar rupiah.
PDRB suatu provinsi dapat dijadikan sebagai acuan pembangunan provinsi tersebut.
Hal ini
dapat juga
menjadi acuan
pembangunan nasional. Sehingga penting adanya pemetaan provins
i
berdasarkan PDRB
agar pemerintah
dapat mengamati
pembangunan di Indonesia. Penggunaan biplot dapat digunakan untuk
memperoleh pemetaan dengan lebih baik. Pemetaan provinsi dapat digunakan untuk
memperoleh gambaran posisi pembangunan di suatu provinsi. Pada karya ilmiah ini,
pemetaan dilakukan berdasarkan peubah- peubah sektor.
Analisis biplot diperkenalkan oleh Gabriel pada tahun 1971 Gabriel 1971. Analisis
bilpot merupakan salah satu analisis data peubah ganda yang dapat memberikan
gambaran secara grafik tentang kedekatan antar objek, keragaman peubah, korelasi antar
peubah, dan keterkaitan antara objek dengan peubah. Selain itu, analisis biplot digunakan
untuk menggambarkan hubungan antara peubah dengan objek yang berada pada ruang
berdimensi tinggi ke dalam ruang berdimensi rendah, biasanya dua atau tiga Greenacre
2010.
1.2 Tujuan