berfungsi sebagai panggilan bagi individu lain untuk membentuk kelompok baru dan menunjukkan kesiapan aktifitas seksual.
Menurut Chivers 1980, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku bersuara owa Jawa, yaitu cuaca, kelimpahan pakan, musim kawin,
kepadatan populasi dan adanya panggilan oleh kelompok lain. Terdapat empat jenis suara yang dikeluarkan oleh owa Jawa, yaitu suara
betina sendiri untuk menandakan daerah teritorialnya, suara jantan yang dikeluarkan saat berjumpa dengan kelompok tetangga, dan saat jantan mengalami
proses penyapihan yang biasanya dilakukan agak jauh dari kelompok utamanya. Suara yang dikeluarkan bersama antar anggota keluarga saat terjadi konflik, dan
suara dari anggota keluarga sebagai tanda bahaya Supriatna, 2000. Sedangkan menurut Sutrisno 2001, terdapat tiga jenis suara yang
dikeluarkan oleh owa Jawa, yaitu suara pada pagi hari morning call yang dilakukan oleh individu betina dewasa. Suara tanda bahaya alarm call yang
dikeluarkan saat keadaan bahaya karena adanya predator dan untuk melindungi daerah teritorialnya, jenis suara ini dikeluarkan oleh semua anggota kelompok.
Serta suara pada kondisi tertentu conditional call yang dikeluarkan oleh individu owa Jawa tanpa alasan tertentu.
Purwanto 1992 menambahkan, saat melakukan perilaku bersuara, owa Jawa memanfaatkan tajuk pohon bagian atas yaitu pada ketinggian 33-47 m.
Perilaku bersuara paling rendah dilakukan pada pohon dengan ketinggian 23 m, yang biasanya berlangsung saat melakukan aktifitas makan. Menurut Chivers
1980 pemilihan tajuk bagian tengah dan atas dimaksudkan agar suara yang dikeluarkan owa Jawa mampu terdengar dengan jarak yang lebih jauh. Suara H.
moloch yang keras dapat terdengar sampai sejauh 500-1.500 meter Kappeler, 1981.
5. Pola Penggunaan Ruang
Aspek pola penggunaan ruang menggambarkan interaksi antara satwa dengan habitatnya. Dalam hal ini, mobilitas, luas dan komposisi daerah jelajah
merupakan parameter yang lebih banyak digunakan sebagai indikator dari strategi penggunaan ruang oleh satwaliar. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh
Santosa 1993 menunjukkan bahwa satwaliar tidak menyebar dan
mengeksploitasi ruang secara acak, melainkan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam diri satwa itu sendiri umur, jenis kelamin dan morfologi
dan faktor luar atau yang lebih dikenal dengan sebutan faktor ekologi ketersediaan makanan, kondisi fisik biotik dan iklim dari habitatnya.
Menurut Krebs dan Davis 1978 dalam Santosa 1993 yang lebih menekankan pada proses optimalisasi dari perilaku berpendapat bahwa
penyebaran geografi dan ketersediaan makanan akan dapat digunakan sebagai dasar untuk memprediksi pola penggunaan ruang oleh satwa.
III. ME ETODE PE
ENELITIA AN
A. Lo
Halim selama
Juli 20
B. Al
kamer rafiata
kelom
okasi dan W
Kegiatan mun - Salak
a dua bulan 008 hingga t
Waktu
penelitian k TNGHS
n, pengamb tanggal 26 A
dilaksanak , Provinsi
bilan data d Agustus 200
kan di Jawa Bar
dilakukan ± 08.
Taman Na rat. Penelit
dua bulan asional Gu
tian berlang dari tangg
unung gsung
gal 14
C. Pa
primer
lat dan Bah
Peralatan ra, binokul
ambang da mpok H. mol
han
yang digun ler, stopwa
an alat tulis loch.
nakan dalam atch, kom
s. Sedangka m penelitia
mpas, tallys an bahan y
an terdiri a sheet, rang
yang diguna atas : peta k
ge finder, akan adalah
kerja, tali
h dua
arameter ya
Parameter r dan data se
ang Diama
r yang diam ekunder. Da
ti
mati dan diu ata primer m
ukur dalam meliputi :
m penelitian terdiri atass data
1. La
vo 2.
Po ho
kat sem
ama suatu ru ocalization
osisi individ rizontal. Se
tegori. Seh mbilan kate
uang yang d sampai ber
du dalam ecara vertik
hingga ruan egori. Pemb
ditempati sa rpindah tem
Gamb ruang terb
al dan horiz ng yang dig
agian tajuk aat mulai m
mpat ke ruan
bar 1 Pemb bagi menjad
zontal tajuk gunakan H.
pohon dapa melakukan a
ng yang berb
bagian Tajuk di dua yai
k pohon dib . moloch te
at dilihat pa aktifitas ber
beda. rsuara
itu vertikal bagi menjad
erbagi ke d ada Gambar
l dan di tiga
dalam r 1.
k Pohon.