Spesifikasi Data METODE PENELITIAN

• H 1 : b i ≠ 0 Kriteria uji: • t hitung t α 2n-k , maka tolak H • t hitung t α 2n-k , maka terima H Jika tolak H berarti variabel independen berpengaruh nyata signifikan terhadap variabel dependen di dalam model. Sebaliknya, jika terima H berarti variabel independen tidak berpengaruh nyata atau tidak signifikan terhadap variabel dependen.

3.4. Spesifikasi Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data nominal industri minyak goreng sawit di seluruh Indonesia terutama yang berkaitan dengan faktor produksi. Agar data dapat menunjukkan keadaan yang sebenarnya, maka data yang berbentuk nominal tersebut harus diubah ke dalam bentuk nilai riil. Data riil diperoleh dengan cara membagi data nominal dari variabel-variabel yang diamati dengan IHPB kategori minyak goreng sawit di Indonesia, lalu dikalikan dengan 100. Untuk lebih jelasnya maka data secara spesifik dapat dirinci sebagai berikut: 1. Variabel yang djelaskan outputY Output yang dihasilkan industri minyak goreng sawit di Indonesia pada kurun waktu tahun 1990 sampai dengan 2005. Diukur dalam ribu rupiah. 2. Variabel yang menjelaskan input a. Bahan baku X 1 Merupakan nilai nominal dari biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku dan penolong yang digunakan oleh industri minyak goreng sawit di Indonesia dalam menghasilkan output minyak goreng sawit, yang diukur dalam satuan ribu rupiah. b. Modal X 2 Menunjukkan nilai nominal dari modal tetap yang asetnya bersifat jangka panjang, yang diukur dalam ribuan rupiah. c. Energi X 3 Merupakan nilai nominal dari jumlah energi yang dipakai industri minyak goreng sawit Indonesia, yang diukur dalam ribu rupiah. d. Tenaga kerja X 4 Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi minyak goreng sawit di Indonesia, meliputi tenaga kerja yang dibayar paid workers maupun yang tidak dibayar unpaid workers dengan jenis kelamin pria maupun wanita. yang diukur dalam satuan jiwaorang. e. Dummy krisis ekonomi D k Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 di Indonesia yang berdampak pada kegiatan produksi industri minyak goreng sawit di Indonesia.

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT

4.1. Perkembangan Industri Minyak Goreng Sawit di Indonesia

Minyak goreng merupakan salah satu bahan makanan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia. Komoditas ini digunakan untuk memasak berbagai masakan dan makanan. Minyak goreng dapat pula dikategorikan sebagai komoditas yang cukup strategis, karena pengalaman yang ada selama ini menunjukkan bahwa kelangkaan minyak goreng dapat menimbulkan dampak ekonomis yang cukup berarti bagi perekonomian nasional. Pada awal masa perkembangannya, industri minyak goreng Indonesia dimulai dengan menggunakan bahan baku yang berasal dari minyak kelapa. Sejalan dengan diperkenalkannya tanaman kelapa sawit sebagai salah satu tanaman perkebunan di Indonesia, minyak kelapa mulai tergeser posisinya oleh minyak kelapa sawit sebagai bahan baku minyak goreng. Pergeseran tersebut dikarenakan kelapa sawit lebih mudah dibudayakan. Budididaya kelapa sawit tidak tergantung musim tertentu, lebih tahan hama dan dapat diusahakan dalam skala besar sehingga dapat mencapai skala ekonomi tertentu. Minyak sawit memiliki lemak jenuh yang rendah dibandingkan dengan minyak kelapa. Lemak jenuh diperkirakan sebagai penyebab penyakit jantung koroner. Rendahnya lemak jenuh dalam minyak sawit dikarenakan adanya proses pemanasan dan pengepresan dalam produksi minyak sawit. Keunggulan lain yang dimiliki oleh minyak sawit dibandingkan dengan minyak kelapa adalah harganya yang lebih murah dan warnanya yang lebih jernih sehingga aman bagi kesehatan.