Hasil Tangkapan Maksimum Lestari Ikan Kerapu

34 62 14 336 97 533 222 384 135 100 200 300 400 500 600 Bubu Pancing J u m la h i k a n e k o r Kerapu Tikus Kerapu Macan Kerapu Lumpur Kerapu Sunu Gambar 9. Jumlah ikan kerapu yang tertangkap di Teluk Lasongko berdasarkan jenis alat tangkap selama bulan Mei – Agustus 2007 Di Teluk Lasongko, alat tangkap yang digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan kerapu terdiri dari alat tangkap bubu dan pancing. Dari kedua jenis alat tangkap tersebut, alat tangkap bubu memiliki jumlah hasil tangkapan yang lebih banyak dibanding alat tangkap pancing. Jumlah ikan kerapu yang tertangkap dengan alat tangkap bubu mencapai 1 315 ekor 73.75 sedangkan alat tangkap pancing mencapai 468 ekor 26.25 . Lebih jelasnya, jumlah ikan kerapu yang tertangkap di Teluk Lasongko berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 9.

4.2 Hasil Tangkapan Maksimum Lestari Ikan Kerapu

Seperti telah dijelaskan bahwa ikan kerapu di Teluk Lasongko ditangkap dengan menggunakan alat tangkap bubu dan pancing. Dari kedua jenis alat tangkap tersebut, alat tangkap bubu lebih banyak digunakan oleh nelayan 38.5 dibanding alat tangkap pancing 61.5. Tabel 4 memperlihatkan perkembangan jumlah alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Teluk Lasongko tahun 2000 – 2007. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa jumlah alat tangkap pancing cenderung konstan sedangkan alat tangkap bubu cenderung menurun, kendati terjadi peningkatan pada tahun 2006 dan 2007. 35 Tabel 4. Jumlah alat tangkap di Teluk Lasongko tahun 2000 - 2007 Jumlah Alat Tangkap unit No Tahun Pancing Bubu 1 2000 440 1.345 2 2001 437 1.345 3 2002 439 504 4 2003 440 390 5 2004 443 365 6 2005 441 362 7 2006 438 612 8 2007 438 693 Sumber : Diolah dari data statistik perikanan Kabupaten Buton 2008 Karena ikan kerapu di Teluk Lasongko ditangkap dengan menggunakan dua jenis alat maka sebelum dilakukan pendugaan MSY terlebih dahulu dilakukan standarisasi upaya. Sebelumnya dilakukan perhitungan nilai fishing power index FPI dari masing-masing alat tangkap. Tabel 5 memperlihatkan upaya hasil standarisasi dan total hasil tangkapan masing-masing jenis ikan kerapu di Teluk Lasongko. Dapat dilihat bahwa upaya standar cenderung menurun, kendati terjadi peningkatan pada tahun 2006 dan 2007. Penurunan drastis terjadi pada tahun 2002 di mana terjadi penurunan lebih dari setengah jumlah upaya tahun sebelumnya. Penurunan ini terus berlanjut hingga tahun 2005 dan kemudian meningkat pada tahun 2006 dan 2007, kendati jumlah upaya tersebut masih sekitar setengah dari jumlah upaya pada tahun 2001. Tabel 5. Jumlah upaya standar dan hasil tangkapan ikan kerapu di Teluk Lasongko tahun 2000 - 2007 Upaya Standar unit upaya Hasil tangkapan ton No Tahun Kerapu Tikus Kerapu Macan Kerapu Lumpur Kerapu Sunu Kerapu Tikus Kerapu Macan Kerapu Lumpur Kerapu Sunu 1 2000 110 399 581 445 3.52 28.62 58.84 39.33 2 2001 94 398 575 448 4.42 35.96 73.92 49.41 3 2002 66 211 303 239 3.94 32.05 65.89 44.04 4 2003 66 185 269 210 2.65 21.55 44.30 29.61 5 2004 71 180 265 202 3.44 28.00 57.56 38.48 6 2005 42 179 256 204 3.58 29.12 59.86 40.01 7 2006 74 234 344 265 3.54 28.80 59.21 39.58 8 2007 50 253 368 287 3.55 28.89 59.38 39.69 Sumber : Diolah dari data statistik perikanan Kabupaten Buton 2008 Hasil tangkapan per satuan upaya atau catch per unit effort CPUE ikan kerapu di Teluk Lasongko cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun untuk 36 - 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun C P U E to n s a tu a n u p a y a Kerapu Tikus Kerapu Macan Kerapu Lumpur Kerapu Sunu masing-masing jenisnya Gambar 10. Peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2002. Kendati pada tahun 2003 terjadi penurunan, namun kemudian meningkat kembali hingga mencapai nilai tertinggi pada tahun 2005, lalu menurun kembali pada tahun 2006 dan 2007. Gambar 10. Hasil tangkapan per satuan upaya CPUE ikan kerapu di Teluk Lasongko tahun 2000 – 2007 Tabel 6. Koefisien regresi dan determinasi antara CPUE atau ln CPUE dengan upaya standar Koefisien regresi Koefisien Determinasi R 2 Model Schaefer Model Fox No Jenis Ikan a b c d Model Schaefer Model Fox 1 Kerapu tikus 0.1014 -0.00066 -2.0841 -0.0123 0.7196 0.7496 2 Kerapu Macan 0.2011 -0.00031 -1.4209 -0.0028 0.7672 0.8140 3 Kerapu Lumpur 0.2860 -0.00030 -1.0676 -0.0019 0.7640 0.8133 4 Kerapu Sunu 0.2444 -0.00033 -1.2278 -0.0024 0.7638 0.8092 Melalui metode regresi sederhana antara CPUE model Schaefer atau ln CPUE model Fox dengan upaya standar diperoleh nilai koefisien regresi dan koefisien determinasi R 2 untuk masing-masing jenis ikan kerapu seperti yang ditunjukan pada Tabel 6. Dari Tabel 6 tersebut di atas dapat dilihat bahwa nilai R 2 untuk model Fox lebih besar dari model Schaefer sehingga model Fox lebih cocok digunakan dalam perhitungan nila MSY dan f opt ikan kerapu. 37 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 25 75 125 175 225 275 325 375 425 475 525 575 625 675 725 775 825 Upaya Satuan upaya H a si l ta n g k a p a n to n Kerapu Tikus Kerapu Macan Kerapu Lumpur Kerapu Sunu Berdasarkan nilai koefisien regresi pada Tabel 5 kemudian dapat disusun persamaan hubungan antara jumlah hasil tangkapan dengan upaya penangkapan sebagai berikut : - Kerapu tikus : y = x.exp-2.0841 – 0.0123x - Kerapu macan : y = x.exp-1.4209 – 0.0028x - Kerapu lumpur : y = x.exp-1.0676 – 0.0019x - Kerapu sunu : y = x.exp-1,2278 – 0.0024x Gambar 11. Kurva hubungan antara upaya penangkapan dan jumlah hasil tangkapan ikan kerapu di Teluk Lasongko Gambar 11 memperlihatkan kurva hubungan antara upaya penangkapan dengan hasil tangkapan masing-masing jenis ikan kerapu di Teluk Lasongko. Kurva-kurva tersebut berbentuk parabola asimetris yang menunjukkan bahwa hasil tangkapan akan meningkat dengan bertambahnya jumah upaya hingga mencapai titik maksimal dan kemudian menurun walau terjadi penambahan jumlah upaya. 38 Tabel 7. Nilai MSY dan f opt ikan kerapu di Teluk Lasongko F opt unit upaya No Jenis Ikan MSY ton Total Pancing Bubu 1 Kerapu tikus 3.72 81 30 51 2 Kerapu Macan 31.73 357 160 197 3 Kerapu Lumpur 66.57 526 175 351 4 Kerapu Sunu 44.90 417 150 267 Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan model Fox diperoleh nilai MSY dan f opt seperti yang ditunjukkan pada Tabel 7. Dari Tabel 7 tersebut dapat dilihat bahwa ikan kerapu lumpur memiliki nila MSY tertinggi 66.57 tontahun dan yang paling rendah adalah ikan kerapu tikus 3.72 tontahun. Dengan menggunakan pendekatan kehati-hatian precautionary approach, Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia menetapkan jumlah hasil tangkapan yang diperbolehkan JHB sebesar 80 dari MSY Barani 2004; Mous et al . 2005. Berdasarkan hal tersebut maka JHB ikan kerapu di Teluk Lasongko adalah 2.98 ton pertahun untuk kerapu tikus, 25.38 ton pertahun untuk ikan kerapu macan, 53.26 ton pertahun untuk kerapu lumpur dan 35.92 ton pertahun untuk ikan kerapu sunu.

4.3 Frekuensi Panjang Ikan Kerapu