Metode Pembelajaran Kooperatif Tinjauan Pustaka

berceramah daripada memberi kebebasan bekerja kepada siswa-siswanya. Masalahnya kapan ia harus memberi informasi kepada siswa, kapan harus membiarkan siswa mencari informasi sendiri. Tujuan dari penyajian yang bermacam-macam metode mengajar dan aplikasinya dalam pengajaran kimia adalah agar guru memiliki pengetahuan yang luas tentang metode-metode dan memiliki ketrampilan untuk menerapkannya khususnya dalam pengajaran kimia. Dengan mengetahui keunggulan dan kelemahan dari tiap-tiap metode mengajar, maka guru dapat menerapkan metode itu dengan tepat sehingga ia mampu pula mengkombinasikan penggunaan beberapa tujuan yang telah dirumuskannya itu dan tidak kaku dengan perubahan dari metode yang satu ke metode yang lain. Dengan pemilihan metode mengajar yang tepat maka akan mempengaruhi belajar siswa dengan baik sehingga siswa benar-benar memahami materi yang diberikan kepada mereka Davies, 1987: 248.

4. Metode Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pengajaran yang didasarkan pada paham konstruktivisme sosiologis. Dalam teori konstruktivisme, peserta didik harus menemukan sendiri dan memecahkan informasi baru dengan aturan sama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Sesuai dengan disiplin ilmu kimia, dalam hal ini perkembangan ilmu kimia sangat dinamis maka kondisi seperti ini mutlak diperlukan. Pandangan konstruktivisme menyatakan bahwa peserta didik diberi kesempatan agar menggunakan suatu strategi sendiri dalam belajar secara sadar dan pendidik dalam hal ini membimbing peserta didik ke tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Oleh karena itu agar peserta didik benar-benar memahami mereka harus bekerja untuk memecahkan masalah dan kesulitan yang ada dengan ide-ide dan kemampuannya. Pendekatan dalam pembelajaran konstruktivisme dapat menggunakan pembelajaran kooperatif. Menurut teori ini peserta didik akan lebih mudah menemukan dan mengerti akan konsep-konsep yang sulit jika mereka dapat membicarakan dan mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Peserta didik secara rutin bekerja dalam kelompok yang terdiri sekitar 4-5 orang untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah dalam hal ini penekanannya pada aspek- aspek sosial dalam pembelajarannya. Pada sistem pengajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan teman-temannya dalam tugas terstruktur. Pengajaran inilah yang disebut dengan sistem pengajaran gotong royong cooperative learning Slavin, 1995: 289. Pengelompokan peserta didik dalam suatu kelompok dapat didasarkan pada fasilitas yang tersedia, perbedaan individual dalam minat belajar dan kemampuan belajar, jenis pekerjaan yang diberikan, wilayah tempat tinggal peserta didik, jenis kelamin, berdasarkan lotrerandom. Dalam pembagian kelompok ini, kelompok dibagi secara heterogen, baik dari segi kemampuan belajar maupun jenis kelamin agar terjadi dinamika kegiatan belajar yang lebih baik dari kelompok, sehingga tidak terkesan ada kelompok yang kuat dan ada kelompok yang lemah Slavin, 1995: 291. Menurut Slavin, keberhasilan dari proses belajar kooperatif adalah karena adanya lima prinsip, yaitu : a. Adanya sumbangan dari ketua kelompok Tugas ketua kelompok adalah memberikan sumbangan pengetahuannya untuk anggota kelompoknya, karena ketua dianggap berkemampuan lebih dibandingkan anggota yang lain. Anggota yang lain diharapkan memperhatikan dan mempelajari informasi yang diberikan oleh ketua kelompoknya. b. Keheterogenan kelompok Kelompok belajar lebih efektif bila mempunyai anggota kelompok yang heterogen, baik dalam jenis kelamin, latar belakang sosial atau tingkat kecerdasan. c. Ketergantungan pribadi yang positif Ketergantungan pribadi ini bisa memberikan motivasi bagi setiap individu karena pada awalnya mereka harus mampu membangun pengetahuannya sendiri sebelum mereka bekerja sama dengan temannya. d. Ketrampilan bekerja sama Dalam proses bekerja sama perlu adanya ketrampilan khusus sehingga kelompok tersebut berhasil membawa nama kelompoknya. e. Otonomi kelompok Setiap kelompok memiliki tujuan agar menjadi terbaik jika mereka mengalami kesulitan dalam proses pemecahan masalah. Peran guru pada pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran konvensional. Pada proses pembelajaran konvensional menekankan pada penyamarataan siswa tanpa memperhatikan perbedaan individu, sehingga dalam mengajar guru tidak memperhatikan bahwa siswa mempunyai kemampuan awal yang berbeda yang berpengaruh terhadap daya serap siswa pada materi yang dipelajari. Selain itu guru cenderung mendominasi dan memegang peran utama dalam menentukan metode dan isi pengajaran, sehingga kegiatan belajar yang diberikan guru cenderung sama, karena cara itu dianggap paling mudah untuk mengontrol ketenangan dalam kelas. Peran serta siswa dalam proses belajar kurang diutamakan. Akibatnya siswa cenderung mudah jenuh, kurang inisiatif, sangat tergantung pada guru dan tidak terlatih untuk belajar mandiri. Sedangkan pada pembelajaran kooperatif guru berperan sebagai fasilitator belajar bagi siswa-siswanya. Guru hanya sekedar memberikan informasi yang dapat merangsang siswa. Siswa didorong untuk bertanya, mengemukakan pendapat, mengembangkan ide dan berargumentasi tentang ide dan pendapatnya. Sebagai fasilitator guru harus merencanakan pembelajaran yang memberikan siswa kesempatan untuk berdiskusi, mengeksploitasi ide-ide dan bereksperimen dengan konsep-konsep ilmiah. Ketika para siswa bekerja dengan aktivitas-aktivitas kooperatif, guru perlu memonitor secara teliti untuk mengetahui kemajuan yang diperoleh. Di dalam metode pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suatu kondisi yang mendorong siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain, berdiskusi dan beradu argumentasi dengan temannya, menilai kemampuan pengetahuan dan mengisi kekurangan anggota kelompok lainnya. Bila diorganisasikan dengan tepat, siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain dalam kelompoknya untuk memahami konsep yang sedang dipelajari. Saat ini, para peneliti di seluruh dunia sedang mempelajari aplikasi praktis dari prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif, dan banyak metode pembelajaran kooperatif sudah ditemukan. Slavin, 2008 : 9. Antara lain Student Teams Achevement Divisions STAD, Teams Games Tournaments TGT, Jigsaw II, Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC, Teams Assisted Individualization TAI Slavin, 2008: 11, Group Investigation GI ,Co-op Co-op. Slavin, 2008 : 25.

5. Metode GI Group Investigation

Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN INTERAKTIF SETTING KOOPERATIF DAN METODE CERAMAH PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN GARIS SINGGUNG

4 15 75

EKSPERIMENTASI PENGAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE MENGAJAR KOOPERATIF TIPE TAI TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH

0 3 66

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DAN MODEL LT

0 4 73

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Teams Assisted Individualization (TAI) DAN Numbered Head Together(NHT)YANG DIMODIFIKASI DENGAN METODE DISCOVERY TERHADAP PRESTASI BELAJAR POKOK BAHASAN

0 4 86

Studi komparasi penggunaan metode stad dilengkapi modul dengan lks terhadap prestasi belajar siswa sub pokok bahasan konsep mol semester i sma Negeri 1 Manyaran tahun ajaran 2008 2009

0 5 87

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN NHT YANG DILENGKAPI MEDIA WORKSHEET TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN STRUKTUR ATOM.

0 4 25

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN NHT YANG DILENGKAPI MEDIA WORKSHEET TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 4 19

PENGARUH METODE MENGAJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA.

0 3 20

STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN TGT DAN STAD TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK HUKUM DASAR KIMIA.

0 0 7

STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DILENGKAPI LEMBAR KERJA SISWA (LKS) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA KELAS XI SMA

0 0 9