STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Teams Assisted Individualization (TAI) DAN Numbered Head Together(NHT)YANG DIMODIFIKASI DENGAN METODE DISCOVERY TERHADAP PRESTASI BELAJAR POKOK BAHASAN

(1)

commit to user

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Teams

Assisted Individualization (TAI) DAN Numbered Head Together (NHT)

YANG DIMODIFIKASI DENGAN METODE DISCOVERY

TERHADAP PRESTASI BELAJAR POKOK BAHASAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Oleh:

RIZALA NOER AINI K 3305038

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Teams

Assisted Individualization (TAI) DAN Numbered Head Together (NHT)

YANG DIMODIFIKASI DENGAN METODE DISCOVERY

TERHADAP PRESTASI BELAJAR POKOK BAHASAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

Oleh:

RIZALA NOER AINI K 3305038

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(3)

commit to user

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S NIP. 19510601 197603 2 004

Pembimbing II

Budi Utami, S.Pd, M.Pd NIP. 19741015 200501 2 003 HALAMAN PENGESAHAN


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari : Rabu

Tanggal : 22 Desember 2010

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dra. Hj. Bakti Mulyani, M.Si …………....

Sekretaris : Sri Retno Dwi Ariani, S.Si, M.Si ………

Anggota I : Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S .…………....

Anggota II : Budi Utami, S.Pd, M.Pd ………

Disahkan oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727 198702 1 001


(5)

commit to user

ABSTRAK

Rizala Noer Aini. K3305038. STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

Teams Assisted Individualization (TAI) DAN Numbered

Head Together

(NHT) YANG DIMODIFIKASI DENGAN METODE

DISCOVERY

TERHADAP PRESTASI BELAJAR POKOK BAHASAN

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Desember 2010.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pelaksanaan

pembelajaran kooperatif tipe TAI yang dimodifikasi dengan metode discovery

dapat memberikan prestasi belajar lebih tinggi daripada pelaksanaan

pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dimodifikasi dengan metode discovery

pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan

penelitian Static Group Pretest Postest Design dimana kelas eksperimen 1 yang

digunakan adalah kelas dengan metode pembelajaran TAI yang dimodifikasi

dengan discovery dan kelas eksperimen 2 dengan metode pembelajaran NHT yang

dimodifikasi dengan discovery. Populasi adalah siswa kelas X Reguler SMA

Negeri 4 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Pengambilan sampel penelitian

menggunakan teknik cluster random sampling. Data utama penelitian ini adalah

berupa prestasi belajar siswa yang diperoleh dari aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Teknik analisis data yang digunakan adalah Uji t pihak kanan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa kelas

eksperimen TAI yang dimodifikasi dengan discovery lebih tinggi daripada

prestasi belajar siswa kelas eksperimen NHT yang dimodifikasi dengan discovery.

Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata kelas TAI lebih tinggi dari pada kelas NHT. Pada aspek kognitif nilai rata-rata TAI = 31,543 > NHT = 27,543; untuk aspek afektif nilai rata-rata TAI = 106,486 > NHT = 102,257; dan untuk aspek psikomotor nilai rata-rata TAI = 20,543 > NHT = 19,429. Lebih tingginya prestasi belajar kelas TAI daripada NHT dibuktikan dengan hasil perhitungan menggunakan uji t-pihak kanan. Dimana hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi belajar kognitif diperoleh thitung = 2,232 > ttabel = 1,67 , untuk prestasi belajar afektif

diperoleh thitung = 1,931 > ttabel = 1,67, dan begitupula dengan prestasi belajar

psikomotor diperoleh thitung = 2,486 yang lebih tinggi dari ttabel = 1,67.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

Rizala Noer Aini. K3305038. THE COMPARATIVE STUDY OF COOPERATIVE LEARNING IN

Teams Asisted Individualization (TAI) TYPE AND

Numbered Head Together (NHT) WITH

MODIFICATED DISCOVERY METHOD TOWARD

ACHIEVEMENT CHEMISTRY LEARNING ON SUB TOPIC ELECTROLYTE AND NON ELECTROLYTE SOLUTION OF STUDENT AT CLASS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA IN ACADEMIC YEAR 2009/2010 . Thesis, Surakarta: The Faculty of Teaching and Science Education of Sebelas Maret University. December 2010.

The research aimed to know whether using TAI with modificated discovery method can provide the learning achievement higher than using NHT with modificated discovery method on sub topic electrolyte and non electrolyte solutions.

The research used experiment method with The Static Group Pretest Postest Design where the first experiment class that used in the research were the

class learning by using TAI with modificated discovery method and the second

experiment class learning by using NHT with modificated discovery method . The population were the student of class X Regular of SMA N 4 Surakarta in 2009/2010. The sample were taken by using cluster random sampling technique. The main data of this research was achievement students learning outcome from cognitive, affective and psychomotor aspect. The technique of analizing data were used t-test right side.

The result of the research shown that achievement of student learning by using TAI with discovery method higher than achievement of student learning by using NHT with modificated discovery method. It could be realized that cognitive, affective and psychomotor means on TAI class higher than NHT class. The cognitive means of TAI = 31,543 > NHT = 27,543; the affective means of TAI = 106,486 > NHT = 102,257; and the psychomotor means of TAI = 20,543 > NHT = 19,429. The higher achievement learning by using TAI method than NHT method could be realized that the result of counting by using t-test right side. The

result of t-test right side for cognitive learning achievement were aequired tcount=

2,232 > ttable= 1,67, for affective of learning achievement were aequired tcount=

1,931 > ttable= 1,67 and also the psychomotor of learning achievement were

aequired tcount= 2,486 it was higher than ttable= 1,67.


(7)

commit to user

MOTTO

“ Bismillahirrohmaanirrohiim “

(Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang) (QS. Al Fatihah: 1)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (QS. Al Insyirah: 6)

Sabar bila dijalani sebagaimana mestinya akan mampu mengubah musibah menjadi karunia, tantangan menjadi peluang, hambatan menjadi kesempatan, keterbatasan menjadi anugrah

(Zero to Hero)

Orang yang berpikir positif berupaya mengubah kekurangan dan kelemahan untuk mendahsyatkan potensi yang ada. Bukan menyalahkan / menyesali. Karena di balik

kelemahan itu tersimpan kekuatan dahsyat yang kadang tak disadari. (Zero to Hero)

Optimisme yang sesungguhnya adalah menyadari masalah serta mengenali pemecahannya. Mengetahui kesulitan dan yakin bahwa kesulitan itu dapat diatasi.

Melihat yang negatif tetapi menekankan yang positif. Menghadapi yang terburuk namun mengharapkan yang terbaik. Mempunyai alasan untuk menggerutu tetapi memilih untuk tersenyum

(Zero to Hero)

Masalah tak harus dihindari tetapi harus dihadapi dengan penuh semangat (Penulis)

Dalam hidup ini penting untuk menjadi sukses tetapi kesuksesan abadi adalah apabila hidup kita dapat berguna dan berarti bagi orang lain yang membutuhkan

(Albert Einstein)


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSEMBAHAN

Dengan penuh kasih, karya ini kupersembahkan untuk  Ibu dan Ayahku tercinta yang senantiasa menyertakan namaku dalam setiap doanya,terima kasih atas kasih sayang, motivasi, usaha, perjuangan dan pengorbanan yang begitu besar

 Adikku tersayang terimakasih bantuan dan semangatnya Semoga kelak menjadi kebanggaan keluarga

 Motivasi Semangat Hidup_Q  Seluruh Keluarga Besarku  Teman-teman kimia ‘05  Almamater


(9)

commit to user

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan banyak rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik tanpa bantuan, saran, dorongan dan perhatian dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati perkenankan penulis menghaturkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penyusunan skripsi.

2. Ibu Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si. selaku Ketua Jurusan P. MIPA, yang telah

menyetujui atas permohonan penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S. selaku ketua Program Pendidikan Kimia yang

telah memberikan pengarahan dan izin penulisan skripsi ini dan selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Ibu Budi Utami, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing II yang telah pula memberikan

bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga memperlancar penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Hj. Bakti Mulyani selaku Ketua Penguji Skripsi yang telah memberikan masukan dan evaluasi dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Sri Retno Dwi Ariani, S.Si, M.Si selaku Sekretaris Penguji Skripsi yang telah memberikan masukan dan eveluasi dalam penulisan skripsi ini.


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7. Bapak Drs. Edy Pudiyanto, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 4 Surakarta yang

telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

8. Ibu Dra. Hartiningsih, M.Pd, selaku guru Kimia SMA Negeri 4 Surakarta yang

telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian.

9. Siswa-siswi kelas XE dan XF. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

10. Bapak dan Ibu serta adikku tersayang yang senantiasa memberikan doa, kasih

sayang, dukungan serta semangat bagi penulis.

11. Motivasiku yang senantiasa memberi semangat pada penulis.

12. Sahabat dan teman-teman (Gusik, Tanti, Puji, Endah, Mbak Novi, Dek Rina, dll)

terimakasih untuk segala dukungan, persahabatan dan bantuan serta semangatnya. 13. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Penulis menyadari sepenuhnya skripsi yang telah dikerjakan ini masih jauh dari kesempurnaan maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.

Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Desember 2010

Penulis


(11)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL... ii

PERSETUJUAN... iii

PENGESAHAN... iv

ABSTRAK... v

ABSTRACT... vi

MOTTO... vii

PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Pembatasan Masalah... 6

D. Perumusan Masalah... 6

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Manfaat Penelitian... 7

BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Studi Komparasi... 8

2. Belajar dan Pembelajaran... 8

3. Mengajar ... 13

4. Metode Pembelajaran... 15

5. Pembelajaran Kooperatif ... 17

6. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI... 21

7. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT... 25

8. Metode Discovery... 26

9. Prestasi Belajar... 27

10. Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit... 30

B. Kerangka Berfikir... 35

C. Pengajuan Hipotesis... 37

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian... 38

B. Metode Penelitian... 38

C. Populasi dan Sampel... 40

D. Variabel Penelitian... 41

E. Teknik Pengumpulan Data... 41

F. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis... 48

2. Pengujian Hipotesis... 50

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data... 51


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis

1. Uji Normalitas... 56

2. Uji Homogenitas... 57

C. Hasil Pengujian Hipotesis... 58

D. Pembahasan... 59

BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan... 68

B. Implikasi... 68

C. Saran... 69

DAFTAR PUSTAKA... 70

LAMPIRAN... 72


(13)

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Perbandingan Sifat-sifat Larutan Elektrolit dan Larutan Non

Elektrolit ... 31

Tabel 2 Pengelompokkan Larutan Berdasarkan Jenisnya... 32

Tabel 3 Rancangan Penelitian... 39

Tabel 4 Ringkasan Hasil Try Out Instrumen Penelitian untuk Uji Validitas Soal pada Aspek Kognitif... 43

Tabel 5 Ringkasan hasil Try Out Instrumen Penelitian untuk Uji Reliabilitas Soal pada Aspek Kognitif……… 44

Tabel 6 Ringkasan Hasil Try Out Instrumen Penelitian untuk Uji Taraf Kesukaran Soal pada Aspek Kognitif... 44

Tabel 7 Ringkasan Hasil Try Out Instrumen Penelitian untuk Uji Daya Pembeda Soal pada Aspek Kognitif... 45

Tabel 8 Kriteria Skor Penilaian Afektif... 46

Tabel 9 Ringkasan Hasil Try Out untuk Validitas Soal pada Aspek Afektif………. 47

Tabel 10 Ringkasan Hasil Try Out untuk Reliabilitas Soal pada Aspek Afektif………. 47

Tabel 11 Rangkuman Deskripsi Data Penelitian ... 51

Tabel 12 Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Belajar Kognitif Siswa dengan Metode TAI yang Dimodifikasi dengan Discovery dan Metode NHT yang Dimodifikasi dengan Discovery... 52

Tabel 13 Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Siswa dengan Metode TAI yang Dimodifikasi dengan Discovery dan Metode NHT yang Dimodifikasi dengan Discovery... 53

Tabel 14 Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa dengan Metode TAI yang Dimodifikasi dengan Discovery dan Metode NHT yang Dimodifikasi dengan Discovery... 55

Tabel 15 Rangkuman Uji Normalitas Selisih Nilai Kognitif ... 56

Tabel 16 Rangkuman Uji Normalitas Nilai Afektif ... 56

Tabel 17 Rangkuman Uji Normalitas Nilai Psikomotor ... 56

Tabel 18 Rangkuman Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif ... 57

Tabel 19 Rangkuman Uji Homogenitas Nilai Afektif... 57

Tabel 20 Rangkuman Uji Homogenitas Nilai Psikomotor... 57

Tabel 21 Uji t-pihak kanan Prestasi Belajar Kognitif... 58


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 22 Uji t-pihak kanan Prestasi Belajar Afektif... 58

Tabel 23 Uji t-pihak kanan Prestasi Belajar Psikomotor... 58


(15)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Percobaan Daya Hantar Listrik Suatu Benda... 30

Gambar 2 Hantaran Listrik melalui Larutan HCl... 31

Gambar 3 Perbandingan Daya Hantar Larutan... 33

Gambar 4 Proses Pelarutan Padatan Kristal ... 34

Gambar 5 Histogram Selisih Nilai Prestasi Belajar Kognitif Siswa dengan Metode TAI yang Dimodifikasi dengan Discovery dan Metode NHT yang Dimodifikasi dengan Discovery... 52

Gambar 6 Histogram Nilai Afektif Siswa dengan Metode TAI yang Dimodifikasi dengan Discovery dan Metode NHT yang Dimodifikasi dengan Discovery... 54

Gambar 7 Histogram Nilai Psikomotor Siswa dengan Metode TAI yang Dimodifikasi dengan Discovery dan Metode NHT yang Dimodifikasi dengan Discovery... 55

Gambar 8 Proses Kegiatan Praktikum Kelas Eksperimen 1……… 157

Gambar 9 Proses Kegiatan Praktikum Kelas Eksperimen 2………. 157

Gambar 10 Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen 1... 157

Gambar 11 Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen 2... 157

Gambar 12 Penghargaan tim Terbaik... 157

Gambar 13 Siswa Mengerjakan Soal Postest... 157


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus……… 72

Lampiran 2 RPP………. 75

Lampiran 3 LKS……… 85

Lampiran 4 Kisi-kisi Soal Tes Kognitif...………. 94

Lampiran 5 Indikator Tes Prestasi Belajar Kognitif…………... 95

Lampiran 6 Lembar Soal Kognitif……… 97

Lampiran 7 Kunci Jawaban Soal Kognitif ……… 105

Lampiran 8 Lembar Jawab Soal Kognitif……… 106

Lampiran 9 Kisi-kisi Instrumen Aspek Afektif...……… 107

Lampiran 10 Soal Instrumen Penilaian Afektif……….. 109

Lampiran 11 Lembar Penilaian Psikomotor……… 113

Lampiran 12 Uji Validitas,Reliabilitas,Taraf Kesukaran dan Daya Pembeda Soal Tes Kognitif……….. 116

Lampiran 13 Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Tes Afektif……… 119

Lampiran 14 Data Induk Penelitian Aspek Kognitif ……… 122

Lampiran 15 Data Induk Penelitian Aspek Afektif………. 123

Lampiran 16 Data Induk Penelitian Aspek Psikomotor……….. 127

Lampiran 17 Normalitas Data Penelitian……… 132

Lampiran 18 Uji Homogenitas Data Penelitian……….. 142

Lampiran 19 Uji t-pihak kanan……… 147

Lampiran 20 Daftar Nilai Ulangan Akhir Semester Mata Pelajaran Kimia Semester Ganjil Tahun Ajaran 2009/2010... 150

Lampiran 21 Normalitas Nilai UAS……… 151

Lampiran 22 Uji Homogenitas Nilai UAS Semester Ganjil………… 153

Lampiran 23 Uji t-matching Nilai UAS……….. 154

Lampiran 24 Pembagian Kelompok Kelas TAI... 155

Lampiran 25 Pembagian kelompok Kelas NHT... 156

Lampiran 26 Dokumentasi Penelitian………. 157


(17)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa.

Kemajuan bangsa Indonesia hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk mencapainya, pembaharuan pendidikan di Indonesia perlu terus dilakukan untuk menciptakan dunia pendidikan yang adaptif terhadap perubahan jaman (Nurhadi,2004:1).

Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah saat ini menunjukkan bahwa pendidikan itu tidak bersifat statis, melainkan sesuatu yang dinamis dan menuntut perubahan serta penyempurnaan. Upaya tersebut mencakup semua komponen pendidikan seperti perubahan kurikulum dan proses belajar mengajar, peningkatan kualitas guru, pengadaan sarana dan prasarana belajar yang memadai, penyempurnaan sistem penilaian, penataan organisasi dan manajemen pendidikan serta usaha-usaha lain yang berkenaan dengan peningkatan kualitas pendidikan.

Salah satu upaya pemerintah untuk menyempurnakan sistem pendidikan yang ada adalah dengan memprogramkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai tindak lanjut dari pembaruan kurikulum berbasis kompetensi. KTSP merupakan kurikulum operasional yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan serta merupakan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya jalur pendidikan sekolah (E. Mulyasa, 2007: 44).

Kegiatan utama pendidikan di sekolah adalah pembelajaran. Pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang langsung berhubungan


(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengan peserta didik yang merupakan input dalam proses belajar mengajar dan diharapkan akan menghasilkan output berupa peserta didik yang memiliki kemampuan yang mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor, sesuai dengan tuntutan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) maupun KTSP.

Kimia merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam yang turut serta memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknlogi. Melalui proses belajar mengajar di sekolah, diharapkan siswa dapat menguasai materi ajar dengan tepat sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Beberapa hal yang mempengaruhi proses belajar siswa SMA dalam belajar kimia adalah sebagai berikut : kemampuan awal yang dimiliki siswa, peran aktif siswa dalam mengikuti pelajaran, kemampuan guru dalam penyampaian materi pelajaran, dan penggunaan metode mengajar yang sesuai dengan materi.

Dalam pembelajaran kimia di SMA banyak pokok bahasan yang menuntut siswa melaksanakan eksperimen, salah satunya adalah Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Pembelajaran materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit berdasarkan karakteristik KTSP sesuai dengan konsep kimia yang menekankan pada ketrampilan proses (E.Mulyasa, 2007:247). Dalam kurikulum ini disebutkan bahwa standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa adalah : ”Memahami sifat-sifat Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit ”. Standar kompetensi ini dituangkan dalam kompetensi dasar, yaitu mengidentifikasi sifat Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit berdasarkan data percobaan. Pencapaian kompetensi dasar tersebut dapat dikembangkan melalui pemilihan metode pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Untuk itu dalam pembelajarannya perlu digunakan metode pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembentukan konsep sehingga dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar.

Dalam kegiatan belajar mengajar yang berorientasikan pada keaktifan dan kemandirian siswa, maka siswa perlu mencoba sendiri, mencari jawaban sendiri dalam memecahkan masalah, bekerjasama dengan teman sekelas, menyimpulkan hasil kerjasama dan lain sebagainya. Guru hanya membantu mengarahkan siswa


(19)

commit to user

dan bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Hal ini sesuai dengan jurnal Dilek Isik & Kamuran Tarım (2009) tentang konstruktivisme

“As constructivist approach suggests, the teacher is a facilitator or coach who oversees the students’ learning process. Students are active learners who play a critical role in their own learning as they create projects, work with others, and use their own learning styles to succeed”.

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang konstruktivistik. Hal ini atas dasar bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila siswa dapat saling mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi dengan temannya. Pembelajaran kooperatif juga dapat membangkitkan pembelajaan yang menarik perhatian siswa, meningkatkan keterampilan sosial, membantu menyesuaikan diri, mengurangi perbedaan etnis dan meningkatkan rasa percaya diri siswa. (Slavin, 1995: 273).

Dalam kegiatan belajar mengajar diharapkan para guru kimia dapat memberikan motivasi dan mengajarkan materi kimia dengan lebih menarik dan bersahabat, sehingga anggapan yang keliru selama ini bahwa kimia merupakan mata pelajaran sulit bagi siswa SMA akan hilang dari mereka. Guru kimia SMA diharapkan dapat memilih strategi pembelajaran yang sesuai kondisi sekolah maupun kondisi siswanya. Dengan pemilihan strategi pembelajaran yang tepat, guru diharapkan dapat menyampaikan materi kimia dengan lebih interaktif, menarik dan menyenangkan.

Pengajaran kimia dalam KTSP disarankan dalam pembelajarannya menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik konsep kimia. Berdasarkan hal tersebut di atas maka kegiatan belajar mengajar kimia tidak boleh diartikan di dalamnya hanya terdapat keharusan menyampaiakan konsep, prinsip, hukum, dan teori tetapi harus menekankan bagaimana cara untuk memperoleh konsep, prinsip, hukum dan teori tersebut. Agar dapat memperoleh konsep, prinsip, hukum dan teori dengan baik maka siswa perlu dilatih untuk mengamati, mengelompokkan, menafsirkan, meramalkan, meneliti, dan mengkomunikasikan yang disebut dengan keterampilan proses.

Menurut Sukardjo (2004:5) pendekatan pembelajaran yang dilakukan saat ini kurang sesuai dengan hakikat sains, dimana sains merupakan ilmu yang


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diperoleh melalui eksperimen dan bersifat kantitatif, namun kenyataannya sebagian besar pendekatan pembelajaran yang dipakai masih berupa pendekatan ekspositorik. Lebih lanjut menurut Sukardjo, alternatif pemecahan masalah tersebut adalah dengan memperbanyak penggunaan keterampilan proses. Keterampilan proses akan terbina dalam diri siswa apabila dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembentukan konsep sendiri, sehingga dapat meningkatkan cara berpikir siswa dan untuk meningkatkan pengetahuan.

Pemberlakuan KTSP pada kenyataannya tidak banyak mengubah cara mengajar guru. Proses belajar mengajar yang dilakukan secara konvensional di SMA Negeri 4 Surakarta khususnya kelas X dinilai sudah cukup berhasil, walaupun menurut salah satu guru kimia kelas X ada beberapa siswa yang hasil belajar kimianya kurang baik disebabkan kurang memperhatikan saat guru mengajar. Hal ini memang yang menjadi kelemahan dari metode ceramah dimana hampir seluruh waktu belajar digunakan untuk mendengar dan mencatat. Siswa jarang diberi metode pembelajaran kooperatif yang dapat mengaktifkan kegiatan siswa dalam bekerjasama dengan kelompoknya. Karena situasi belajar yang pasif, maka siswa cepat merasa bosan dan akan cenderung mengantuk sehingga sulit berkonsentrasi dalam belajar.

Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu metode mengajar yang dapat membuat siswa aktif berinteraksi serta menemukan dan membangun sendiri pemahaman mereka terutama dalam materi larutan elektrolit dan non elektrolit sehingga perlu adanya modifikasi antara metode kooperatif dengan metode discovery. Metode discovery mendasarkan pada prinsip bahwa isi atau materi suatu bidang studi bukanlah merupakan serangkaian fakta yang lepas (terisolasi), tetapi ada berbagai cara untuk mengorganisasikan fakta yang terperinci dalam memahami suatu konsep. Metode discovery tergolong heuristik, karena siswa dibimbing untuk menemukan sendiri, jadi berbeda dengan kebiasaan ceramah untuk menerangkan seluruhnya kepada mereka. (Maridi dkk, 2004:39)

Pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) dan Numbered Head Together (NHT) menekankan pada struktur-struktur khusus yang


(21)

commit to user

dirancang khusus untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Metode TAI mengelompokkan siswa dalam kelompok kecil yang yang dipimpin oleh seorang ketua kelompok atau tutor sebaya yang mempunyai pengetahuan yang lebih dibandingkan anggotanya. Kesulitan pemahaman materi yang dialami oleh siswa dapat dipecahkan bersama karena keberhasilan dari tiap individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Untuk itu metode TAI menitikberatkan pada keaktifan siswa dan memerlukan kemampuan interaksi sosial yang baik antara semua komponen pengajaran. Pada metode NHT juga mengelompokkan siswa dalam kelompok kecil, seluruh kelompok dapat membangun prosedur untuk memberikan kelonggaran waktu bagi siswa untuk berpikir dan menanggapi serta membantu temannya. Komparasi antara kedua metode ini dikarenakan keduanya sebanding, yaitu sama-sama merupakan pembelajaran kooperatif.

Berdasar uraian tersebut, untuk itu dilakukan penelitian dengan judul : “STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Teams Assisted Individualization (TAI) DAN Numbered Head Together (NHT) YANG DIMODIFIKASI DENGAN METODE DISCOVERY TERHADAP PRESTASI BELAJAR POKOK BAHASAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010.”

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran kooperatif tipe TAI dan NHT yang dimodifikasi dengan metode discovery dapat digunakan dalam pembelajaran kimia materi larutan elektrolit dan non elektrolit?

2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran kimia materi larutan elektrolit dan non elektrolit dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TAI dan NHT yang dimodifikasi dengan metode discovery ?

3. Apakah prestasi belajar siswa pada pembelajaran kimia materi larutan elektrolit dan non elektrolit dengan pembelajaran kooperatif tipe TAI yang


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dimodifikasi dengan metode discovery lebih tinggi dibandingkan tipe NHT yang dimodifikasi dengan metode discovery?

C. Pembatasan Masalah

Supaya penelitian ini lebih terfokus dan terarah, maka perlu diadakan pembatasan masalah. Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada:

1. Subyek penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X Reguler SMA Negeri 4 Surakarta semester 2 Tahun Ajaran 2009/2010.

2. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah metode pembelajaran kooperatif tipe TAI dan NHT yang dimodifikasi dengan metode discovery melalui praktikum.

3. Materi Pelajaran

Materi pelajaran dibatasi pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.

4. Prestasi Belajar

Prestasi belajar ditinjau dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Prestasi belajar aspek kognitif diperoleh dari selisih antara nilai pretes dan postest. Untuk nilai afektif diperoleh dari angket afektif. Sedangkan pada penilaian aspek psikomotor diperoleh melalui check list unjuk kerja praktikum.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

”Apakah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TAI yang dimodifikasi dengan metode discovery dapat memberikan prestasi belajar lebih tinggi daripada pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dimodifikasi dengan metode discovery pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit kelas X SMAN 4 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010?”


(23)

commit to user E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk:

”Mengetahui apakah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TAI yang dimodifikasi dengan metode discovery dapat memberikan prestasi belajar lebih tinggi daripada pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dimodifikasi dengan metode discovery pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit kelas X SMAN 4 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Untuk memberikan informasi tentang pencapaian hasil belajar siswa yang diperoleh melalui pembelajaran kooperatif tipe TAI dan NHT yang dimodifikasi dengan metode discovery.

2. Manfaat Praktis

a. Masukan bagi para guru maupun tenaga kependidikan lainnya dalam memilih metode pembelajaran yang tepat dalam upaya memperbaiki dan memudahkan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

b. Bahan acuan bagi para guru utuk menerapkan pembelajaran yang berorientasi pada keterlibatan secara aktif siswa dalam proses belajar mengajar.


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Studi Komparasi

Studi berasal dari bahasa Inggris “to study” yang artinya belajar, mempelajari (Wojowasito & Poerwodarminto, 1972:194). Mempelajari di sini berarti ingin mendapatkan sesuatu yang khusus, yang didorong oleh rasa ingin tahu terhadap apa yang belum dipelajari dan dikenal. Sedangkan komparasi berasal dari bahasa Inggris “comparison” yang artinya perbandingan (Wojowasito & Poerwodarminto, 1972:26).

Arswani Sujud mengemukakan bahwa “Penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang prosedur-prosedur kerja” (Suharsimi Arikunto, 2006 : 267). Menurut Winarno Surakhmad dalam bukunya Pengantar Pengetahuan Ilmiah (1990 : 143) menyatakan bahwa “Komparasi adalah penyelidikan diskriptif yang berusaha mencari pemecahan melalui analisis tentang hubungan sebab akibat yakni memilih faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi atau fenomena yang diselidiki dan membandingkan satu faktor dengan faktor lain.”

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa yang dimaksud studi komparasi adalah suatu kegiatan untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu hal atau masalah dengan membandingkan dua variabel atau lebih dari suatu obyek penelitian.

2. Belajar dan Pembelajaran a.Pengertian Belajar

Belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai usahanya untuk memenuhi kebutuhan dan mengembangkan dirinya. Mengingat pentingnya belajar, para ahli berusaha merumuskan pengertian belajar. Walaupun antara yang satu dengan yang lain


(25)

commit to user

berbeda, namun pada prinsipnya adalah sama. Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan-tindakannya yang berhubungan dengan belajar terutama belajar disekolah, dan setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda tentang belajar. Misalnya seorang guru yang mengartikan belajar sebagai kegiatan menghafalkan fakta akan lain cara mengajarnya dengan guru yang mengartikan bahwa belajar sebagai suatu proses penerapan prinsip (Slameto, 1991: 2).

Para ahli psikologi kognitif mengemukakan bahwa belajar adalah pemrosesan informasi atau transformasi informasi dari input (stimulus) ke output (respon). Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru (Ratna Wilis Dahar, 1989: 17-21).

Pengertian belajar yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan adalah belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan atau kontruksi kognitif

dalam diri peserta didik yang dilakukan dengan jalan bekerja sama dengan peserta didik lain serta terlibat komunikasi dengan lingkungan belajar yang ada disekitar peserta didik.

Dari pengertian belajar diatas maka akan dalam bahasan ini akan membahas beberapa teori belajar yang relevan dengan masalah yang dibahas pada penelitian ini yaitu teori belajar kontruktivisme Jean Piaget dan Vygotsky.

1) Teori Belajar Kontruktivisme Jean Piaget

Kontruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan manusia adalah kontruksi (bentukan) manusia sendiri (Von Lasersfeld, 1987 dalam Paul Suparno, 1997: 18). Pengetahuan selalu merupakan akibat dari konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan yang dilakukan seseorang. Seseorang membentuk struktur kognitif meliputi skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan. Pola pembelajaran melalui pendekatan kontruktivisme merupakan salah satu pola pendekatan pembelajaran sains. Dengan pendekatan ini siswa diajak untuk aktif mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip baru yang dikaitkan dengan konsep dan prinsip yang sudah dikenal sebelumnya. Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan inti dari pola pembelajaran dengan pendekatan kontrukstivisme.


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Teori perkembangan mental Piaget disebut teori perkembangan intelektual atau perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkontruksi ilmu pengetahuan.

Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif melainkan melalui tindakan, perkembangan kognitif bergantung pada seberapa jauh keaktifan siswa memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi dengan lingkungan tidaklah cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi siswa mampu memanfaatkan pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan. Karena perkembangan intelektual siswa didasrkan pada dua prinsip yaitu pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki siswa.

Pertumbuhan intelektual merupakan proses yang terus menerus dan setiap kali terjadi reorganisasi atau rekontruksi karena adanya pemahaman baru, maka individu berada pada tingkat intelektual yang lebih tinggi dari sebelumnya. Perkembangan kognitif bukanlah merupakan akumulasi dari informasi yang terpisah, namun lebih merupakan pengkontruksian suatu kerangka mental untuk memahami lingkungan mereka. Bagi Piaget intelegensi merupakan jumlah struktur yang tersedia yang dapat digunakan seseorang pada saat-saat tertentu. Sehingga peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai dengan dirinya. Guru hanyalah sebagi mediator, fasilitator, dan teman yang membuat situasi kondusif untuk terjadinya kontruksi pengetahuan pada diri siswa.

Ciri pembelajaran dalam pandangan kontruktivisme antara lain:

a) Menyediakan pengalaman belajar dengan mengkaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar melalui proses pembentukan pengetahuan.

b) Menyediakan berbagi alternatif pengalaman belajar.

c) Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman konkrit.

d) Mengintegrasikan pembelajaran yaitu terjadinya interaksi dan 10


(27)

commit to user

kerjasama seseorang dengan orang lain atau dengan lingkungan. e) Memanfaatkan berbagai media.

f) Melibatkan siswa secara individu dan sosial.

Berdasarkan ciri pembelajaran kontruktivisme dan perkembangan kognitif Piaget maka dapat disimpulkan bahwa teori belajar kontruktivis dari Jean Piaget sesuai dengan pembelajaran kooperatif tipe TAI dan NHT yang dimodifikasi dengan discovery karena siswa dituntut aktif dalam membentuk pengetahuan mereka sendiri.

2) Teori Vygotsky

Teori perkembangan kognitif yang dinyatakan oleh Vygotsky mengembangkan pemahaman pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran di mana pebelajar tinggal yakni interaksi sosial melalui dialog dan komunikasi verbal. Vygotsky memperkenalkan gagasan Zone Proximal Development (ZPD). Menurut Vygotsky bahwa pembelajaran terjadi apabila siswa bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan kemampuan siswa, atau tugas-tugas itu berada dalam ZPD siswa, yaitu tingkat perkembangan intelektual yang sedikit lebih tinggi di atas perkembangan intelektual siswa yang dimiliki saat ini. Vygotsky membedakan antara perkembangan dengan belajar. Belajar tidak sama dengan perkembangan tetapai belajar terkait dengan perkembangan, yakni belajar dapat menyebabkan terjadinya proses perkembangan intelektual.

Vygotsky memberikan batasan tentang teori perkembangan ZPD, yakni sebagai berikut : jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya didefinisikan sebagai kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sebaya yang lebih mampu. Vygotsky sangat yakin bahwa kemampuan yang tinggi pada umumnya akan muncul dalam dialog atau kerjasama antar individu siswa, sebelum kemampuan yang lebih tinggi itu diserap ke dalam individu siswa (Isjoni, 2007 : 40).


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Ada dua hal yang ditekankan dalam teori Vygotsky, yakni :

a) Menghendaki setting kelas dengan pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran kooperatif, sehingga siswa dapat berinteraksi dengan temannya dalam tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-trategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD-nya.

b) Menekankan tentang scafolding, yang artinya memberikan kepada sesorang siswa bantuan belajar dan pemecahan masalah pada tahap-tahap awal pembelajaran yang kemudian mengurangi bantuan itu dan memberikan kepada siswa untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Bantuan yang diberikan siswa dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, atau apapun yang lain yang memungkinkan siswa tumbuh secara mandiri.

(Slavin, 1995 : 49) Pembelajaran kooperatif tipe TAI dan NHT yang dimodifikasi discovery

dalam penelitian ini memenuhi dua hal yang ditekankan dalam teori Vygotsky. Dengan demikian teori Vygotsky sesuai dengan pembelajaran kooperatif tipe TAI dan NHT yang dimodifikasi discovery.

b. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran pada hakikatnya adalah pengajaran yang mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan (Poerwodarminto, 2003: 22). Kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer dalam kegiatan belajar pembelajaran tersebut, sedangkan pembelajaran merupakan kegiatan sekunder yang diupayakan untuk dapat tercapainya kegiatan belajar yang optimal.

Beberapa definisi pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain:

1) Pembelajaran adalah mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar (Nana Sudjana, 1996: 7).


(29)

commit to user

2) Menurut Alvin W. Howard, pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan ketrampilan, sikap, cita-cita, penghargaan dan pengetahuan (Slameto, 1995: 32).

3) Menurut Mursell, pembelajaran digambarkan sebagai mengorganisasikan belajar, sehingga dengan mengorganisasikan itu, belajar menjadi lebih berarti atau bermakna bagi siswa (Slameto, 1995: 33).

Dari pengertian pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan ekstern dalam kegiatan belajar mengajar agar terjadi proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

3. Mengajar

a.Pengertian Mengajar

Mengajar merupakan istilah kunci yang tak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena erat hubungannya antara belajar dan mengajar. Pengertian umum yang dipahami mengajar merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswa. Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses belajar mengajar.

Mengajar menurut Alvin W. Howard (dalam Roestiyah NK, 1991:15) adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah, atau mengembangkan skill, attitudes, idealis/cita-cita,

apprection/pengharapan, dan knowledge. Selaras dengan pernyataan tersebut,

Nana Sudjana (1996:29) berpendapat bahwa: sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya adalah suatu proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan kepada siswa dalam melakukan proses belajar.

Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan pembelajaran untuk membantu dan membimbing siswa sehingga kemampuannya dapat berkembang menuju kedewasaan.


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user b. Prinsip-prinsip Mengajar

Agar tujuan mengajar tercapai, maka diperlukan prinsip-prinsip mengajar. Prinsip-prinsip mengajar menurut Roestiyah NK (1991:19) adalah :

1). Perhatian

Dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian anak pada pelajaran yang disampaikan.

2). Aktivitas

Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas anak dalam berpikir maupun berbuat.

3). Apresiasi

Setiap guru dalam mengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa atau pengalamannya.

4). Peragaan

Saat mengajar di depan kelas guru harus berusaha menunjukkan benda-benda yang asli.

5). Repitasi

Penjelasan suatu unit pelajaran perlu diulang-ulang sehingga pengertian itu makin lama makin jelas dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah ulangan atau tes.

6). Korelasi

Hubungan antara setiap mata pelajaran perlu diperhatikan agar dapat memperluas atau memperdalam pengetahuan siswa sendiri.

7). Konsentrasi

Hubungan antara mata pelajaran dapat diperluas yaitu dipusatkan kepada salah satu pusat minat, sehingga anak memperoleh pengetahuan secara luas dan mendalam.

8). Sosialisasi

Dalam perkembangannya, anak perlu bergaul dengan temannya, karena anak disamping sebagai individu juga mempunyai segi lain yang perlu dikembangkan.


(31)

commit to user 9). Individualisasi

Setiap individu mempunyai perbedaan yang khas, sehingga guru diharapkan dapat mendalami perbedaan secara individu serta dapat melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaan anak.

10). Evaluasi

Evaluasi biasanya dilakukan dalam bentuk tes. Evaluasi dapat menggambarkan kemajuan anak, prestasinya, hasil rata-ratanya, dan juga dapat menjadi umpan balik bagi guru.

4. Metode Pembelajaran a. Pengertian

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian metode. Menurut Mulyani Sumantri (2001: 114) metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar mengajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan.

Menurut Mulyati Arifin (1990: 107) metode mengajar menyangkut permasalahan fisik apa yang harus diberikan kepada siswa, sehingga kemampuan intelektualnya dapat berkembang, sehingga belajar dapat berjalan secara efisien dan bermakna bagi siswa.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas suatu metode mengajar. Menurut Winarno Surakhmad (1990:75) terdapat empat faktor yang mempengaruhi baik dan tidaknya suatu metode mengajar. Empat faktor yang dimaksud adalah “tujuan yang ingin dicapai, siswa, situasi dan guru”.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan pengertian metode pembelajaran adalah cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan membuat kemampuan intelektual siswa berkembang, sehingga belajar dapat berjalan secara efisien dan bermakna bagi siswa.

b. Macam-macam Metode Pembelajaran

Ada beberapa macam metode pembelajaran yang sering digunakan untuk meningkatkan efektifitas dalam mengajar diantaranya adalah metode ceramah (konvensional), metode tanya jawab, metode diskusi, metode demonstrasi,


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

inkuiry, discovery dan sebagainya. Setiap metode pembelajaran mempunyai

kelebihan dan kelemahannya sendiri-sendiri, jadi sebuah metode pembelajaran belum tentu cocok bila diterapkan untuk materi tertentu. Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas pada umumnya masih menggunakan metode pembelajaran klasikal (ceramah) dan kenyataanya sering dijumpai masih rendahnya hasil belajar siswa di sekolah. Untuk mengatasi hal tersebut salah satunya diperlukan inovasi dalam hal metode pembelajaran. Untuk memperoleh hasil yang maksimal maka seorang guru harus bisa untuk memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, materi yang akan disampaikan, situasi kelas serta disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia.

c. Pertimbangan dalam Menentukan Metode Pembelajaran

Menurut Margono (1995: 8), untuk menentukan metode pembelajaran yang baik perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain:

a. Tujuan Pengajaran

Berisi perumusan pola tingkah laku yang berupa kemampuan, ketrampilan, dan sikap yang diharapkan dapat dimiliki setelah kegiatan belajar selesai.

b. Materi Pengajaran

Tiap bidang studi memiliki isi dan struktur yang berbeda. IPA berbeda dengan Matematika, hal ini memberikan corak yang khas pada pemilihan metode.

c. Siswa

Perlu diperhatikan jumlah siswa, perbedaan kemampuan siswa dan tingkat perkembangannya, perbedaan kesempatan, kecepatan dan ragam belajarnya.

d. Guru

Harus memperhatikan kemampuan profesionalnya, kepribadiannya dan gaya mengajarnya.

e. Fasilitas

Perlu mempertimbangkan ketersediaan alat, media, ruangan, dan penggunaan waktu yang dimiliki siswa dan sebagainya.

Metode pembelajaran adalah cara yang merupakan alat untuk menyajikan materi pelajaran guna mencapai tujuan pengajaran (Winarno


(33)

commit to user

Surakhmad, 1986: 96). Metode merupakan cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya hasil belajar yang memuaskan. Untuk mencapai hal tersebut maka guru harus dapat memilih dan mengembangkan metode mengajar yang tepat, efisien, serta efektif sesuai dengan materi yang diajarkan.

5. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian

Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar dalam kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun kelompok (Arends, 2008: 4). Dalam pembelajaran kooperatif para peserta didik dikelompokkan secara arif dan proporsional.

Pengelompokan peserta didik dalam suatu kelompok dapat didasarkan pada: fasilitas yang tersedia, perbedaan individu dalam minat belajar dan kemampuan belajar, jenis pekerjaan yang diberikan, wilayah tempat tinggal peserta didik, jenis kelamin, dan berdasarkan lotre atau random. Dalam pembagian kelompok ini, kelompok dibagi secara heterogen baik dari segi kemampuan belajar maupun jenis kelamin agar terjadi dinamika kegiatan belajar yang lebih baik dari kelompok, sehingga tidak terkesan ada kelompok yang kuat dan ada kelompok yang lemah (Mulyani Sumantri, 2001: 127-128).

Dalam pembelajaran kooperatif, siswa dikelompokkan secara variatif (beraneka ragam) berdasarkan prestasi siswa mereka sebelumnya, kesukaan/kebiasaan, dan jenis kelamin (Slavin: 1995: 3). Pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan yang tidak ditemukan dalam kegiatan individual seperti interaksi sosial, pertanggungjawaban individu dan kerja sama dengan kelompok. Dalam kegiatan belajar individual cenderung mementingkan pribadi dan tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya.

Menurut Piaget, pengetahuan datang dari tindakan dan perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada seberapa jauh siswa aktif berinteraksi


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengan lingkungan, dalam arti pengetahuan itu merupakan sebuah proses. Dalam perkembangannya, teori pengembangan Piaget adalah model konstruktivisme. Konstruksi pengetahuan dari pengalaman dan proses ini khas bagi setiap individu. Landasan filosofi konstruktivisme menurut Depdiknas (2002: 2) adalah filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dalam diri mereka sendiri. Pengetahuan dibangun dalam pikiran (dikonstruksi) dari hasil interpretasi atau suatu gejala, sehingga pengetahuan sangatlah dipengaruhi oleh pola pikir orang tersebut (E. Mulyasa, 2003: 238). Siswa harus dibiasakan untuk memecahkan masalah dan menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya.

Dalam model pembelajaran konstruktivisme, strategi pokok yang diperlukan adalah pembelajaran bermakna (meaningful learning). Agar suatu informasi pengetahuan dapat dipahami, maka harus bermakna secara potensial. Dalam meaningful learning, setiap unsur materi ajar harus diolah dan diinterpresentasikan sedemikian rupa sehingga masuk akal (make senses) dan bermakna (meaningful) bagi siswa. Dengan pendekatan pembelajaran ini, pengetahuan dapat diterima dan tersimpan lebih baik karena masuk otak melalui proses masuk akal. (Ratna Wilis Dahar, 1989:112)

Dalam teori konstruktivisme peserta didik harus menemukan sendiri dan memecahkan informasi baru dengan aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Sesuai dengan disiplin ilmu kimia dimana dalam hal ini perkembangan dalam dunia kimia sangat dinamis maka kondisi seperti ini mutlak diperlukan. Pandangan konstruktivisme menyatakan bahwa peserta didik diberi kesempatan agar menggunakan suatu strategi sendiri dalam belajar secara sendiri dan pendidikan dalam hal ini membimbing peserta didik ke tingkat pengetahuan yang mengarah lebih tinggi. Oleh karena itu, agar peserta didik benar-benar memahami mereka harus bekerja keras untuk memecahkan masalah dan kesulitan yang ada dengan ide-ide dan kemampuannya.

Ide pokok pada teori konstruktivisme adalah peserta didik secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri. Pendekatan dalam pembelajaran


(35)

commit to user

konstruktivisme dapat menggunakan pembelajaran secara kooperatif ekstensif. Menurut teori ini peserta didik akan lebih mudah menanamkan dan mengerti akan konsep-konsep yang sulit jika mereka dapat membicarakan dan mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Peserta didik secara rutin bekerja dalam kelompok yang terdiri sekitar 4-5 orang untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah dalam hal ini penekanannya pada aspek sosial dalam pembelajaran dan penggunaan kelompok yang sederajat untuk menghasilkan pemikiran. Pada sistem pengajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling bekerja sama dengan teman-temannya dalam tugas-tugas terstruktur dan inilah yang disebut pengajaran gotong royong atau cooperative

learning. (Slavin, 1995: 3).

Strategi tersebut di atas juga memerlukan tukar pikiran, diskusi, dan perdebatan dalam kerangka mencapai pemahaman yang sama atas materi pelajaran. Oleh karena pembelajaran model konstruktivisme, akan terjadi pembelajaran yang melibatkan negosiasi dan interpretasi. Kondisi penyesuaian pikiran ini dilakukan siswa dengan guru, antara sesama siswa atau antara siswa dengan lingkungan belajarnya. Oleh sebab itu, dalam konstruktivisme ini diperlukan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) agar pembelajaran ideal (E. Mulyasa, 2003: 239). Dengan demikian tercipta hubungan kerjasama antara guru dengan siswa jika guru mampu memfasilitasi siswa.

b.Macam-macam Metode dalam Pembelajaran Kooperatif

Lima prinsip metode belajar kooperatif yang dikembangkan dan terus dilakukan serta diperbaiki antara lain:

1) Student Teams Achievement Division (STAD);

2) Teams Games Tournament (TGT);

3) Jigsaw;

4) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC);

5) Teams Assisted Individualization (TAI).

Selain itu ada juga metode belajar lain masih juga dikembangkan dan dipelajari yaitu:


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) Learning Together (LT);

3) Complex Instruction;

4) Metode Pendekatan Struktural (Structural Dyadic Methods) yang terdiri dari Think Pair Share (TPS) dan Numbered Head

Together (NHT).

(Slavin, 1995: 9-10) c. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (1995: 2), metode-metode dalam model pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan dibandingkan metode lain, yaitu:

1) Meningkatkan kemampuan siswa; 2) Meningkatkan rasa percaya diri;

3) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan keahlian dan pengetahuan;

4) Memperbaiki hubungan antarkelompok. d. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Disamping itu ada juga kelemahannya, yaitu:

1) Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakannya; 2) Bila terjadi persaingan negatif maka hasilnya akan buruk. e. Prinsip Keberhasilan Pembelajaran Kooperatif

Keberhasilan dari proses belajar kooperatif adalah karena ada lima prinsip, yaitu:

1) Adanya sumbangan dari ketua kelompok

Tugas dari seorang ketua kelompok adalah memberikan sumbangan pengetahuannya untuk anggota kelompoknya, karena ketua kelompoknya adalah seseorang yang dinilai berkemampuan lebih dibandingkan dengan anggota yang lainnya. Dalam hal ini anggota kelompok diharapkan dapat memperhatikan, mempelajari informasi/penjelasan yang diberikan oleh ketua kelompok jika ada anggota kelompok yang merasa belum jelas.

2) Keheterogenan kelompok

Kelompok belajar yang efektif adalah yang mempunyai anggota kelompok yang heterogen, baik dalam hal jenis kelamin, latar belakang sosial, ataupun tingkat kecerdasan.


(37)

commit to user 3) Ketergantungan pribadi yang positif

Setiap anggota kelompok belajar untuk berkembang dan bekerja satu sama lain. Ketergantungan pribadi ini dapat memberikan motivasi bagi setiap individu karena pada awalnya mereka harus bisa membangun pengetahuannya sendiri terlebih dahulu sebelum bekerja sama dengan temannya.

4) Ketrampilan bekerja sama

Dalam proses bekerja sama perlu adanya ketrampilan khusus sehingga kelompok tersebut dapat berhasil membawa nama kelompoknya. Proses yang dibutuhkan di sini adalah adanya komunikasi yang baik antar anggota kelompok.

5) Otonomi kelompok

Setiap kelompok mempunyai tujuan agar bisa membawa nama kelompoknya untuk menjadi yang terbaik. Jika mereka mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah setelah melampaui tahap kegiatan kelompok maka mereka akan bertanya kepada gurunya bukan kepada kelompok lain.

Dalam metode mengajar kooperatif diharapkan siswa bekerja sama satu sama lainnya berdiskusi dan berdebat, menilai kemampuan pengetahuan dan mengisi kekurangan anggota lainnya. Bila diorganisasikan dengan tepat, siswa dapat bekeja sama dengan yang lainnya untuk memastikan bahwa setiap siswa dalam kelompok tersebut telah menguasai konsep yang telah diajarkan. Hal ini akan menumbuhkan realisasi bahwa siswa membutuhkan belajar dan berpikir untuk memecahkan masalah dan mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilannya.

6. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Assisted Individualization (TAI) a. Pengertian

Metode pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI) adalah suatau metode pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Slavin. “Teams

Assisted Individualization” merupakan metode pembelajaran secara kelompok

dimana terdapat terdapat seorang siswa yang lebih mampu berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam satu kelompok. Hal ini relevan dengan penelitian Ross Kirkham dan Damian Ringelstein tahun 2008 (e-Journal of Business Education & Scholarship


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menjelaskan bahwa proses interaksi siswa dengan bantuan siswa lain dapat memberikan dampak positif dan dapat meningkatkan hasil akademik siswa.

Dalam hal ini peran guru hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Guru cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya.

b.Komponen dalam Teams Assisted Individualization (TAI)

Menurut Slavin (2008:195-200) secara umum Teams Assisted

Individualization (TAI)terdiri dari 8 komponen yaitu :

1) Kelompok / Tim

Siswa dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing terdiri dari 4-5 orang siswa yang mewakili bagian dari kelasnya dalam menjalankan aktivitas akademik, jenis kelamin, dan suku atau etnik. Fungsi utama dari kelompok adalah membentuk semua anggota kelompok agar mengingat materi yang telah diberikan dan lebih memahami materi yang nantinya digunakan dalam persiapan mengerjakan lembar kerja.

2) Tes Pengelompokan

Siswa-siswa diberi tes awal pada awal program pengajaran. Hasil dari tes awal ini digunakan sebagai pedoman dalam pembentukan kelompok.

3) Materi Kurikulum

Proses pengajaran harus sesuai dengan materi yang terdapat dalam kurikulum yang berlaku dengan menerapkan teknik dan strategi pemecahan masalah untuk penguasaan materi.

4) Kelompok Belajar

Berdasarkan tes pengelompokan maka dibentuk kelompok belajar. Siswa dalam kelompoknya mendengarkan presentasi dari guru dan mengerjakan lembar kerja. Jika ada siswa yang belum paham tentang materi dapat bertanya pada anggota lainnya atau ketua yang telah ditunjuk, kalau belum paham juga baru meminta penjelasan dari guru.

5) Penilaian dan Pengakuan Tim

Setelah diberikan tes, kemudian tes tersebut dikoreksi dan dinilai berdasarkan kriteria tertentu. Tim akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan jika dapat melampaui kriteria yang telah ditentukan.

6) Mengajar Kelompok

Materi yang belum dipahami oleh suatu kelompok dapat ditanyakan kepada guru dan guru memberikan penjelasan pada kelompok tersebut.


(39)

commit to user

Pada saat guru mengajar, siswa dapat sambil memahami materi baik secara individual dan kelompok dengan kebebasan yang bertanggung jawab. Dalam hal ini keaktifan siswa sangat diutamakan.

7) Lembar Kerja

Pada setiap materi yang diajarkan diberikan lembar kerja secara individual untuk mengetahui pemahaman individu.

8) Mengajar Seluruh Kelas

Setelah akhir dari pengajaran pokok bahasan suatu materi guru menghentikan program pengelompokan dan menjelaskan konsep-konsep yang belum dipahami dengan strategi pemecahan masalah yang relevan serta memberikan kesimpulan dari materi tersebut.

f. Pelaksanaan Metode Teams Assisted Individualization (TAI)

Langkah-langkah pelaksanaan metode Teams Assisted Individualization

(TAI) adalah sebagai berikut : 1) Tes pengelompokan.

2) Membentuk kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa. 3) Siswa diberikan lembar kerja.

4) Guru memberikan pengajaran berupa pengenalan materi dan konsep-konsep utama pada siswa.

5) Masing-masing individu mengerjakan tugas yang diberikan guru melalui lembar kerja pada buku mereka.

6) Setelah selesai mengerjakan secara mandiri kemudian salng mencocokkan dengan teman sekelompoknya.

7) Jika ada siswa yang belum paham tentang materi dapat bertanya pada anggota lainnya atau asisten yang telah ditunjuk, kalau belum paham juga baru meminta penjelasan dari guru.

8) Setelah paket soal selesai dikerjakan maka dicocokkan dengan kelompok lain untuk mengukur keberhasilan dari kelompok untuk kemudian diberikan nilai oleh guru.

9) Setelah akhir dari pengajaran pokok bahasan suatu materi, guru menghentikan program pengelmpokkan dan menjelaskan konsep-konsep


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang belum dipahai dengan strategi pemecahan masalah yang relevan. Guru menyimpulkan penekanan materi yang dianggap penting. Pada akhir pembelajaran diberikan kesimpulan dari materi (Slavin, 2008 : 102-104). g. Kelebihan Metode Teams Assisted Individualization (TAI)

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TAI antara lain:

1) Dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI guru dapat menciptakan suasana lingkungan kelas yang saling menghargai nilai-nilai ilmiah dan termotivasi untuk mengadakan penelitian sederhana yang bermanfaat bagi perbaikan dalam proses pembelajaran dan meningkatkan kemampuan guru mata pelajaran.

2) Guru semakin bersemangat dan mantap dalam mempersiapkan diri untuk melaksanakan pembelajaran.

3) Peserta didik merasa senang karena dilibatkan dalam proses belajar dan tertantang dengan persoalan-persoalan baru yang belum pernah mereka temui sebelumnya sehingga memicu mereka untuk terus melakukan penemuan-penemuan.

4) Memungkinkan peran aktif peserta didik dalam proses penilaian diri sendiri, refleksi, pemikiran yang kritis dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik.

5) Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memungkinkan guru dan siswa bersama-sama bertanggungjawab merancang proses pembelajaran dan untuk mengevaluasi kemajuan belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

6) Pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI peserta didik mendapatkan penghargaan atas usaha mereka.

7) Melatih peserta didik untuk bekerja secara kelompok, melatih keharmonisan dalam hidup bersama atas dasar saling menghargai.

h. Kelemahan Metode Teams Assisted Individualization (TAI)

Kelemahan Metode TAI yaitu apabila metode pembelajaran ini merupakan metode pembelajaran yang baru diketahui siswa kemungkinan sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri dan sebagian mengganggu antar siswa lain.


(41)

commit to user

7. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Teknik Pengajaran Numbered Head Together (NHT) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993). Tujuan utama penggunaan teknik ini adalah untuk memupuk jiwa bekerja sama diantara para siswa. Berdasarkan penelitian Larry Maheady, Jean Michielli, Gregory Harper dan Barbara Mallete ( Jurnal of

Behavioral Education Vol.15, No.1 ) menujukkan bahwa Metode NHT efektif dan

efisien dalam meningkatkan respon siswa.

Menurut Nurhadi (2004:121) langkah-langkah yang digunakan di dalam kelas untuk penggunaan metode NHT ini ada empat langkah penting, yaitu:

1) Penomoran (Numbering)

Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 orang tiap kelompok. Masing-masing anggota kelompok tersebut diberi nomor urut yang berbeda untuk setiap anggota kelompok, demikian dengan kelompok lain juga diberi nomor seperti kelompok tersebut.

2) Pengajuan pertanyaan (Questioning)

Guru mengajukan sebuah kasus atau pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan ini dapat bervariasi dari yang bersifat umum, spesifik ataupun penerapan. Soal yang bersifat umum misalnya pertanyaan yang membutuhkan jawaban berupa pendapat atau uraian, sedangkan pertanyaan spesifik misalnya pertanyaan mengenai suatu tempat sehingga jawabannnya pasti, sedangkan pertanyaan yang bersifat penerapan misalnya penerapan suatu rumus ke dalam suatu perhitungan.

3) Berfikir Bersama (Head Together)

Para siswa yang termasuk dalam satu kelompok berfikir bersama mengenai pemecahan soal maupun kasus yang diberikan oleh guru. Setiap anggota kelompok harus meyakinkan bahwa semua anggota dalam kelompoknya mengerti dan memahami jawaban dari soal tersebut.

4) Pemberian jawaban (Answering)

Guru menyebutkan salah satu nomor dan para siswa dari setiap kelompok yang memiliki nomor seperti yang disebutkan mengangkat tangan dan memberikan jawaban untuk semua kelas. Jawaban dari masing-masing kelompok didiskusikan dengan seluruh kelas.


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 8. Metode Discovery

Carin dalam Moh Amin (1987:126) mengatakan bahwa “ Discovery

adalah suatu proses mental di mana anak atau individu mengasimilasikan konsep dan prinsip-prinsip”. Dengan kata lain discovery terjadi bila siswa terlibat dalam menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa prinsip atau konsep. Proses-proses mental tersebut misalnya : mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, mengukur, dan menarik kesimpulan. Metode ini mendasarkan pada prinsip bahwa isi/materi suatu bidang studi bukanlah merupakan serangkaian fakta yang lepas (terisolasi), tetapi ada berbagai cara untuk mengorganisasikan fakta yang terperinci dalam memahami suatu konsep.

Metode ini mencari atau menemukan hubungan yang sebelahnya tidak disadari atau menemukan kesamaan diantara gagasan-gagasan. Beberapa langkah metode penemuan yaitu:

1) Guru menyajikan masalah-masalah yang harus diteliti oleh siswa, sehingga menciptakan tantangan dan dorongan untuk mencari jawaban.

2) Guru menahan informasi sekedar untuk mendorong siswa bereksperimen. 3) Terjadinya persamaan (moment of insight) adalah pada waktu siswa

mengetahui prinsip-prinsip dasar sehingga :

a) Dapat melihat hubungan diantara berbagai fakta dihadapannya b) Dapat mengetahui sebab-sebab dari suatu gejala (fenomena)

c) Dapat menghubungkan peristiwa yang dihadapinya dengan pengetahuan yang dimilikinya

4) Siswa dapat menunjukkan bukti-bukti operasional dari pengertian atau generalisasi

5) Siswa diminta merumuskan secara tertulis/diucapkan prinsip, aturan umum yang mendasari konsep atau gagasan

Metode penemuan ini tergolong heuristik, karena siswa dibimbing untuk menemukan sendiri, jadi berbeda dengan kebiasaan ceramah untuk menerangkan seluruhnya kepada mereka. Metode penemuan ini penting karena alasan sebagai berikut :

1) Ilmu pengetahuan diperoleh melalui penemuan demi penemuan.


(43)

commit to user

2) Konsep yang abstrak akan mudah dipahami/diingat bila melalui proses penemuan sendiri.

3) Menemukan sendiri menimbulkan percaya diri sendiri, meningkatkan kemapuan memecahkan masalah dan lebih kreatif, meningkatkan motivasi, rasa ingin tahu untuk belajar lebih lanjut.

Metode penemuan ini perlu memperhatikan hal-hal berikut :

1) Penemuan sendiri pada metode penemuan hanya berlaku bagi yang bersangkutan (siswa).

2) Tidak semua materi dapat disajikan dengan metode penemuan ini. 3) Metode penemuan memerlukan banyak waktu.

4) Bila siswa mendapat kesukaran membuat kesimpulan perlu dibantu. 5) Perlu pengecekan terhadap kesimpulan yang diketemukan oleh siswa.

(Maridi,dkk, 2004:39-40)

9. Prestasi Belajar a. Pengertian

Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu “prestatie” (Zainal Arifin, 1990:2). Menurut Winkel (1996: 62) “Prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai. Prestasi merupakan suatu hasil usaha yang telah dilaksanakan menurut batas kemampuan dari pelaksana usaha tersebut. Sedangkan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan, ketrampilan terhadap mata pelajaran dengan dibuktikan melalui hasil tes”. Menurut Suharsimi Arikunto (2003: 2) “Prestasi belajar diartikan sebagai usaha nyata yang diukur untuk memenuhi kebutuhan didaktik dan kegiatan pembelajaran”.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah melakukan usaha untuk mendapat ilmu pengetahuan.

b. Fungsi Prestasi Belajar

Zainal Arifin (1990:2-3) menyebutkan bahwa prestasi belajar semakin membutuhkan perhatian yang besar dari kalangan pendidik karena mempunyai lima fungsi utama antara lain :

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak didik.


(1)

commit to user

keterampilan untuk tujuan perhatian dan pencapaian. Untuk deskriptor minat prosentase nilai untuk kelas TAI yang dimodifikasi discovery sebesar 77,32% sedangkan untuk kelas NHT yang dimodifikasi discovery prosentasenya sebesar 72,32%. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi sehingga dari prosentase nilai dapat dilihat bahwa minat siswa-siswa kelas eksperimen TAI yang dimodifikasi dengan discovery terhadap mata pelajaran kimia lebih tinggi dari pada minat siswa-siswa kelas NHT yang dimodifikasi dengan discovery.

Konsep diri merupakan evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya. Pada penelitian ini, siswa-siswa pada kelas TAI yang dimodifikasi dengan discovery memiliki konsep diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa-siswa pada kelas NHT yang dimodifikasi dengan discovery. Hal ini ditunjukkan pada deskriptor konsep diri prosentase nilai kelas TAI yang dimodifikasi dengan discovery sebesar 69,05% sedangkan pada kelas NHT yang dimodfikasi dengan discovery sebesar 68,1%.

Nilai merupakan suatu keyakinan yang dalam tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik atau jelek. Untuk deskriptor nilai prosentase nilai kelas TAI yang dimodifikasi dengan discovery sebesar 75,71% sedangkan untuk kelas NHT yang dimodifikasi dengan discovery sebesar 73,69%. Hal ini dapat dikatakan bahwa siswa-siswa di kelas TAI yang dimodifikasi dengan discovery memiliki keyakinan yang lebih dari pada siswa-siswa di kelas NHT yang dimodifikasi dengan discovery.

Untuk deskriptor karakteristik moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain maupun tindakan yang dilakukan diri sendiri. Pada penelitian ini dapat dikatakan bahwa karakteristik moral siswa-siswa kelas TAI yang dimodifikasi dengan discovery lebih peka dibandingkan dengan siswa-siswa di kelas NHT yang dimodifikasi dengan discovery karena pada saat pembelajaran di kelas TAI yang dimodifkasi dengan discovery sangat menekankan kerjasama kelompok jadi antar individu memiliki kepekaan moral terhadap satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini dapat ditunjukkan pada deskriptor moral prosentase nilai untuk kelas TAI yang dimodifikasi dengan discovery sebesar 80,14% sedangkan pada kelas NHT yang dimodifikasi discovery sebesar 78,86%.

Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian secara keseluruhan prestasi belajar afektif kelas TAI yang dimodifikasi dengan discovery lebih tinggi dari pada kelas NHT yang dimodifikasi dengan discovery.


(2)

commit to user

4. Penilaian Psikomotor

Aspek psikomotor dalam pembelajaran kimia berkaitan dengan keterampilan siswa terutama dalam kegiatan praktek. Penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan ini mencakup persiapan, proses dan produk. Pada pembelajaran materi larutan elektrolit dan non elektrolit penilaian aspek psikomotor dilakukan dengan menilai keterampilan siswa dalam melaksanakan percobaan menentukan daya hantar listrik dari beberapa larutan. Dalam hal ini selain dilakukan penilaan terhadap kinerja siswa juga kualitas pelakanaan aspek keterampilan yang dilakukan siswa.

Perbandingan nilai psikomotor antara kelas TAI yang dimodifikasi dengan discovery dan kelas NHT yang dimodifikasi dengan discovery dapat dilihat pada Lampiran 16. Pada Lampiran 16 dapat dilihat rata-rata nilai psikomotor kelas TAI yang dimodifikasi dengan discovery adalah 20,543 sedangkan rata-rata nilai psikomotor untuk kelas NHT yang dimodifikasi dengan discovery adalah 19,429. Pada kelas TAI nilai minimumnya adalah 16 dan nilai maksimumnya adalah 23, sedangkan pada kelas NHT nilai minimumnya adalah 16 dan nilai maksimumnya adalah 22. Pada Lampiran 16 juga dapat dilihat predikat nilai psikomotor dari setiap siswa. Pada kelas TAI yang dimodifikasi dengan discovery siswa yang mendapatkan predikat nilai A ada 26 siswa dan yang mendapat predikat nilai B ada 9 siswa. Sedangkan pada pada kelas NHT yang dimodifikasi dengan discovery ada 19 siswa yang mendapat predikat nilai A dan ada 16 siswa yang mendapat predikat nilai B. Dari hasil analisis uji-t pihak kanan dengan taraf signifikan 5%, prestasi belajar psikomotor pada kelas TAI dan NHT diperoleh harga thitung = 2,486 dimana lebih tinggi daripada ttabel =1,67 sehingga hal ini dapat disimpulkan bahwa nilai psikomotor kelas TAI yang dimodifikasi dengan discovery lebih tinggi dibandingkan dengan kelas NHT yang dimodifikasi dengan discovery.

Pada penilaian aspek psikomotor terdapat beberapa deskriptor panduan penilaian yang terdiri dari aspek khusus dan aspek umum. Penilaian pada aspek khusus meliputi cara merangkai alat uji elektrolit, cara mengganti larutan dan cara mengamati hasil larutan. Pada aspek khusus yang pertama yaitu cara merangkai


(3)

commit to user

alat uji elektrolit untuk kelas TAI dan NHT yang dimodifikasi discovery prosentasenya rata-ratanya sama yaitu 81,9%. Hal ini disebabkan karena kemampuan awal siswa sama dalam hal ini baru pertama kali melaksanakan praktikum. Untuk deskriptor kedua yaitu cara mengganti larutan pada kelas TAI siswa yang melaksanakan cara mengganti larutan dengan tepat (mendapat skor 3) prosentasenya sebesar 57,14%, yang mendapat skor 2 sebesar 31,43%, dan yang mendapat skor 1 sebesar 11,43%. Sedangkan pada kelas NHT siswa yang mendapat skor 3 sebesar 51,43%, yang mendapat skor 2 sebesar 31,43% dan yang mendapat skor 1 sebesar 17,14%. Dari hasil prosentase tersebut dapat diketahui bahwa prosentase siswa yang melaksanakan cara mengganti larutan dengan tepat pada kelas TAI yang dimodifikasi dengan discovery lebh tinggi dari pada kelas NHT yang dimodifikasi dengan discovery.

Untuk deskriptor ketiga yaitu cara mengamati hasil larutan siswa pada kelas TAI dan NHT yang dimodifkasi dengan discovery tidak ada yang mendapat skor 1 hal ini berarti hasil pengamatan yang dilakukan siswa sudah cukup tepat hal ini dapat dilihat dari prosentase siswa pada kelas TAI yang mendapat skor 2 sebesar 51,43% dan yang mendapat skor 3 sebesar 48,57%. Untuk kelas NHT yang mendapat skor 2 sebesar 54,29% dan yang mendapat skor 3 sebesar 45,71%.

Pada pedoman penilaian aspek umum ada 5 deskriptor. Deskriptor pertama yaitu unsur kerja antar individu. Pada kelas TAI dan NHT yang dimodifikasi dengan discovery kerja sama antar individu cukup baik hal ini dapat dilihat tidak ada yang mendapat skor 1 dan rata-rata nilai prosentase kerjasama antar individu untuk kelas TAI sebesar 87,62% sedangkan untuk kelas NHT sebesar 79,05%. Deskriptor kedua yaitu menjaga ketertiban dan disiplin kerja. Pada kelas TAI maupun NHT terdapat beberapa siswa yang kurang menjaga ketertiban dan disiplin kerja dan prosentasenya sebesar 8,57%. Untuk kelas TAI siswa yang mendapat skor 2 sebesar 17,14% dan yang mendapat skor 3 sebesar 74,29%. Sedangkan kelas NHT siswa yang mendapat skor 2 sebesar 57,14% dan yang mendapat skor 3 sebesar 34,29%. Hal ini berarti siswa-siswa kelas TAI lebih dapat menjaga ketertiban dan disiplin kerja dari pada siswa-siswa kelas NHT dikarenakan adanya arahan dari asisten dalam melaksanakan praktikum.


(4)

commit to user

Deskriptor ketiga yaitu kerapian dan kebersihan. Untuk kelas TAI prosentasenya sebesar 80,95% sedangkan untuk kelas NHT prosentasenya sebesar 77,14%. Pada deskriptor keempat yaitu cara menyimpulkan hasil kerja pada dasarnya kedua kelas eksperimen menyimpulkan hasil kerja dengan diskusi dalam kelompoknya masing-masing hal ini dapat dilihat pada prosentase nilainya untuk kelas TAI sebesar 86,67% dan untuk kelas NHT sebesar 83,81%. Dan untuk deskriptor terakhir yaitu langkah kerja dalam praktikum. Pada kelas TAI prosentasenya sebesar 94,29% sedangkan untuk kelas NHT sebesar 90,48%. Prosentase pada kelas TAI lebih tinggi dari dari pada NHT karena dalam kelas TAI ada asisten dan guru yang mengarahkan sehingga setiap anggota kelompok melaksanakan praktikum sesuai langkah-langkah praktikum secara runtut.

Dari hasil yang diperoleh, lebih tingginya prestasi belajar kelas TAI yang dimodifikasi dengan discovery daripada kelas NHT yang dimodifikasi dengan discovery khususnya pada aspek psikomotor adalah adanya peran dari asisten dalam kelompoknya yang cukup membantu dalam mengarahkan pada waktu praktikum. Anggota kelompok lainpun saling membantu pada waktu praktikum sehingga praktikum berjalan lancar. Sedangkan pada kelas NHT antar anggota kelompok melakukan praktikum bersama-sama tanpa ada arahan hanya berdasar pada lembar kegiatan praktikum.


(5)

commit to user BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pada pembelajaran kimia materi

Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan metode Teams Assisted

Individalization (TAI) yang dimodifikasi dengan discovery lebih tinggi

dibandingkan dengan metode Numbered Head Together (NHT) yang dimodifikasi

discovery. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan menggunakan uji t-pihak

kanan dengan taraf signifikan 5%. Dimana hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi belajar kognitif diperoleh thitung = 2,232 > ttabel = 1,67 , untuk prestasi belajar afektif diperoleh thitung = 1,931 > ttabel = 1,67, dan begitupula dengan prestasi belajar psikomotor diperoleh thitung = 2,486 yang lebih tinggi dari ttabel = 1,67.

B. Implikasi

Berdasar hasil penelitian menimbulkan suatu pemikiran agar dalam proses belajar mengajar, guru memiliki suatu metode untuk mengembangkan potensi yang dimiliki siswa dalam usaha untuk menemukan dan memahami konsep suatu materi pembelajaran kimia khususnya materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Untuk itu diperlukan metode pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa yaitu

dengan metode TAI yang dimodifikasi dengan discovery.


(6)

commit to user C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Dalam menerapkan metode pembelajaran TAI yang dimodifikasi

dengan discovery sebaiknya guru senantiasa mengawasi kelas

untuk memberi motivasi kepada siswa agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 2. Pada penggunaan metode pembelajaran TAI yang dimodifikasi

dengan discovery, pemilihan asisten harus cermat dari segala segi

sehingga proses belajar dapat berjalan dengan baik.

3. Petunjuk praktikum dan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dalam media Lembar Kegiatan Siswa harus mencakup semua materi yang diajarkan, disusun dengan baik dan bervariasi agar siswa benar-benar paham.

4. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan metode pembelajaran TAI pada pembelajaran kimia materi pokok yang lain.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individuallization (tai) terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas v sdi ummul quro bekasi

0 10 221

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

Effect of Method Numbered Head Together (NHT) to the Student Results on Subjects of Fiqh at Al-Zahra Indonesian Junior Pamulang.

0 25 177

Pengaruh strategi pemecahan masalah “ideal” dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa

1 10 208

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

STUDI KOMPARASI ANTARA METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL Studi Komparasi Antara Metode Numbered Head Together (NHT) Dan Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Hasil Belajar Matematika Ke

0 5 17

STUDI KOMPARASI METODE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP STUDI KOMPARASI METODE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP PRESTASI MATEMATIKA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGER

0 0 17

PENDAHULUAN STUDI KOMPARASI METODE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP PRESTASI MATEMATIKA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI GUMPANG 1 KARTASURA POKOK BAHASAN BANGUN DATAR.

0 0 6