Pemasaran Kopi Arabika di Wilayah MADUTORA

2.4. Pemasaran Kopi Arabika di Wilayah MADUTORA

Secara umum jaringan pemasaran kopi arabika MADUTORA melibatkankan beberapa pelaku pasar yaitu: petani, pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan, pedagang pengumpul kabupaten, pedagang pengecer, eksportir, konsumen luar negeri dan konsumen domestik. Dalam pola tataniaga, petani kopi arabika memegang peranan besar sebagai produsen, sedang di ujung rantai pemasaran pihak eksportir yang berperanan menyerap produksi tersebut. Struktur tataniaga kopi rakyat relatif kurang efisien karena sifat pengusahaannya yang serba tradisional. Sejak awal pengelolaannya tidak dapat menyamai keterampilan manajemen perusahaan-perusahaan perkebunan besar yang bermodal besar dan modern Spillane, 1990. Jaringan tataniaga kopi arabika MADUTORA mulai dari petani sampai eksportir memiliki rantai tataniaga yang panjang. Hal ini merupakan hasil dari kombinasi beberapa faktor alami dan non alami, antara lain: Pertama, faktor topografi dan letak wilayah penghasil kopi. Umumnya lahan yang sesuai untuk tanaman kopi adalah daerah berbukit sampai bergunung yang elevasi berkisar 400-800 m dari permukaan laut, Lokasi yang memenuhi persyaratan tersebut di atas umumnya berada di dataran tinggi dengan ketinggian tempat kurang dari 1 000 m dari permukaan laut. Kedua, faktor jauhnya jarak antara desa dengan kota di wilayah MADUTORA. Petani sebagai produsen di sentra produksi kopi arabika, harus membawa kopi melalui pusat kota kecamatan, kota kabupaten dan kota propinsi eksportir. Jarak dari lokasi produksi ke tempat panjualan ini umumnya sangat jauh. Ketiga, faktor modal. Modal pedagang pengumpul desa berasal dari pedagang pengumpul kecamatan sebab umumnya mereka adalah kaki tangan pedagang pengumpul kecamatan walaupun ada pula yang mandiri. Sedangkan Petani Pedagang pengumpul desa Pedagang pengumpul kecamatan Pedagang Besar Kabupaten pedagang kecamatan dan pedagang besar umumnya telah mempunyai hubungan tertentu dengan eksportir. Apabila mereka kekurangan modal kerja, maka eksportir biasanya akan membantu tanpa persyaratan bunga modal. Secara umum, sebagian besar petani menjual langsung hasil produksinya kepada pedagang pengumpul desa. Pedagang pengumpul desa menjual ke pedagang pengumpul kecamatan setelah kopi disortir, selanjutnya pedagang pengumpul kecamatan menjual ke pedagang kabupaten. Sedangkan pedagang kabupaten menjual lebih lanjut ke eksportir untuk kemudian dipasarkan ke konsumen luar negeri. Selain itu ada juga pedagang kabupaten menjual juga ke pedagang pengecer untuk pasar konsumen domestik. Untuk memperjelas jaringan pemasaran atau tataniaga kopi arabika di wilayah MADUTORA dapat dilihat pada diagram di bawah ini. Sumber : Surono, 1996 Gambar 2. Saluran Pemasaran Kopi Arabika di Sulawesi Selatan 2.5. Tinjauan Penelitian Terdahulu 2.5.1. Kopi Arabika