149
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
5.1. Letak Geografis dan Fisik Wilayah
Wilayah Kabupaten Buru dengan ibukotanya Namlea secara administratif merupakan bagian dari wilayah Provinsi Maluku dengan luas wilayahnya sekitar
12.655,58 km
2
, terdiri dari luas daratan 9.329,13 km
2
dan lautan 3.326,45 km
2
. Secara geografis terletak pada 121
21’-125 21’ Bujur Timur BT dan 2
25’-3 55’
Lintang Selatan LS, dan secara fisik berbatasan langsung dengan sebelah Utara Laut Seram, sebelah Selatan Laut Banda, sebelah Timur Selat Manipa dan
sebelah Barat Laut Banda. Daerah yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Maluku Tengah ini, merupakan gugusan kepulauan yang terdiri dari
12 pulau yang wilayahnya sebagian besar dikelilingi oleh lautan, tiga diantaranya dihuni oleh penduduk yaitu pulau Buru, pulau Ambalau dan pulau Tengah. Dari
ke tiga pulau tersebut yang paling besar adalah pulau Buru dengan luas wilayah ± 11.117 km
2
, pulau Ambalau 306 km
2
, dan pulau-pulau kecil 1.408,58 km
2
. Dilihat dari topografi wilayah maka kondisi Kabupaten Buru tidak jauh
berbeda dengan daerah-daerah lain yang ada di wilayah Provinsi Maluku, yang sebagian besar merupakan perbukitan dan pegunungan dengan kemiringan rata-
rata antara 15 sampai 40 persen, dengan puncak gunung tertinggi adalah Kaku Palatmada yang berada pada wilayah Buru Utara Barat dengan elevasi 2.736
meter diatas permukaan laut m dpl, serta terdapat dua danau yaitu danau Rana dan danau Tifu. Danau Rana sendiri diperkirakan terletak pada kisaran 700-750
m dpl, sedangkan kawasan sekitar danau Rana ketinggiannya sekitar 1.000 m dpl.
Kabupaten Buru didominasi oleh kawasan pegunungan dengan penyebaran lereng dibagian utara rata-rata berlereng curam pada formasi batuan
metamorfik, sedangkan ciri karstik diatas formasi batuan sendimen yaitu batu
150
napal dan batu gamping yang lebih dominan di bagian selatan pulau Buru dengan topografi yang tidak terlau curam. Selain itu, terdapat tanah dataran yang
sebagian besar terdapat pada wilayah Buru Utara Timur dan Buru Utara Selatan terutama di daerah aliran sungai Waeapu, sehingga pada wilayah tersebut
menjadi daerah pengembangan lahan persawahan yang terlihat hijau dan tertata rapi karena ditunjang dengan sarana dan prasarana yang baik. Dataran pantai
hampir meliputi wilayah pesisir Kabupaten Buru terutama bagian utara barat dan selatan, dengan elevasi rendah dan jenis lereng landai sampai agak curam.
Kondisi lahan-lahan tersebut secara agroklimat sangat cocok, bila dimanfaatkan untuk pengembangan sektor pertanian terutama tanaman perkebunan, tanaman
pangan dan hortikultura. Potensi lahan di Kabupaten Buru sangat menunjang dan memberikan
peluang untuk pengembangan berbagai jenis komoditi pertanian. Selain ditunjang dengan potensi lahan yang masih luas, juga memiliki kondisi lahan
yang secara geomorfologis cukup mendukung untuk pembudidayaan berbagai jenis pertanian. Secara geomorfologi, lahan-lahan tersebut dikelompokkan dalam
beberapa tipe lahan, yaitu : lahan bentukan asal vulkanik, bentuk lahan denudasional, bentuk lahan asal solusional dan bentuk lahan asal fluvial. Tipe-
tipe lahan tersebut yang mencirikan kondisi wilayah dengan dataran rendah, berbukit dan pegunungan yang memiliki Jenis tanah yang hampir sebagian besar
di dominasi oleh jenis tanah Kompleks dengan bentang alam berbukit dan bergunung di daerah pegunungan; jenis tanah Alluvial yang meliputi bentang
alam datar sampai berombak di daerah pasang surut dan di cekungan pelembaban; Podsolik Merah Kuning yang meliputi alam berbukit sampai
berombak di dataran atau daerah pasang surut; Organosol meliputi alam berbukit sampai berombak di daerah pegunungan lipatanangkatan dan jenis tanah
Grumosol meliputi alam datar sampai berombak di daerah dataran.
151
Faktor iklim curah hujan dan suhu memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap pembentukan jenis tanah di daerah ini, sehingga menyebabkan tanah-
tanah yang tedapat di Kabupaten Buru mempunyai sifat-sifat yang berbeda. Kondisi iklim di wilayah Kabupaten Buru secara umum beriklim tropis dengan dua
musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Lautan yang sebagian besar menyelimuti wilayah Kabupaten Buru mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap pembentukkan iklim, sehingga musim penghujan biasanya jatuh pada bulan Desember - Mei, sedangkan musim kemarau jatuh pada bulan Juni -
November dengan curah hujan rata-rata pertahun 1.354,8 milimeter, dengan suhu udara antara 20,2
C – 31,7 C. Bila didasarkan pada klasifikasi Koppen,
dengan menggunakan rata-rata curah hujan dan temperatur baik bulanan maupun tahunan maka wilayah Kabupaten Buru termasuk dalam tipe iklim A,
Bappeda Buru, 200 3. Dari rata-rata curah hujan tahunan maka Kabupaten Buru dapat bagi
dalam empat kelas untuk tiga wilayah kecamatan yaitu : 1. Buru bagian Utara 1.400 – 1.800 millimeter pertahun
2. Buru bagian Tengah 1.800 – 2.000 millimeter pertahun 3. Buru bagian Selatan 2.000 – 2.500 milimeter pertahun
4. Kawasan yang berelevasi lebih dari 500 meter dpl, dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 3.000 – 4.000 millimeter pertahun.
Kabupaten Buru mempunyai sejumlah sungai yang mengalir sepanjang tahun walaupun pada saat musim kemarau, diantaranya Sungai Waeapu Kec.
Buru Utara Selatan; Sungai Waenibe Kec. Buru Utara Barat yang bersumber dari danau Rana; Sungai Waepoli Kec. Buru Selatan Timur dan Sungai
Waemala Kec. Buru Selatan, disamping itu juga ada sejumlah sungai kecil yang hampir meliputi wilayah Kabupaten Buru. Sejumlah sungai ini memiliki peranan
yang cukup besar terhadap kehidupan masyarakat sekitar, di mana sebagian dari
152
sungai dimanfaatkan untuk sumber air irigasi terutama di daerah transmigrasi yang terletak pada dataran Waeapu Kec. Buru Utara Selatan dan sebagian
digunakan penduduk untuk kebutuhan sehari-hari. Daerah Aliran Sungai DAS Waeapu merupakan DAS kedua terbesar di Provinsi Maluku setalah DAS
Waemala di Pulau Seram Kabupaten Maluku Tengah dengan luasnya mencapai 1.790 Km
2
, dengan demikian Kabupaten Buru mempunyai potensi sumber air yang cukup besar untuk dimanfaatkan dalam pengembangan sektor pertanian
kedepan.
5.2. Wilayah Administratif