jumlah keluarga. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor di luar usahatani, seperti
tersedianya sarana
transportasi dan
komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani harga
hasil, harga saprodi, dan lain-lain, fasilitas kredit, dan sarana penyuluhan bagi petani
Suratiyah 2006.
Sistem usahatani berbasis padi sawah dilakukan pada hamparan landscape datar
di zona agroekologi basah sampai lembab yang lebih dari 70 berupa lahan sawah
irigasi. Padi sawah bergantung pada curah hujan, masa tanam dan ketersediaan air
irigasi Fagi dan Partohardjono 2004. 2.5
Analisis Usaha Tani
Analisis usahatani adalah alat analisis yang
digunakan untuk
pengukuran keberhasilan usahatani dan bertujuan untuk
melihat keragaan suatu kegiatan usahatani, yang terdiri dari analisis pendapatan
usahatani dan analisis rasio penerimaan atas biaya Soekartawi 2002.
2.5.1 Analisis Pendapatan Usaha Tani
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya.
Pendapatan usahatani terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya
total. Pendapatan tunai merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya tunai.
Sedangkan pendapatan yang diperhitungkan merupakan selisih antara penerimaan total
dengan
biaya yang
diperhitungkan Soekartawi 2002.
Biaya usahatani
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tunai dan biaya
yang diperhitungkan. Biaya tunai merupakan biaya yang dikeluarkan secara tunai.
Sedangkan biaya
yang diperhitungkan
merupakan biaya yang tidak termasuk ke dalam biaya tunai tetapi diperhitungkan
dalam usahatani Hernanto 1991. Penerimaan usahatani adalah perkalian
antara produksi yang diperoleh dengan harga jual
produk. Penerimaan
terdiri dari
penerimaan tunai dan penerimaan yang diperhitungkan.
Penerimaan tunai
merupakan penerimaan yang diterima petani dari hasil produksi yang benar-benar dijual.
Sedangkan penerimaan yang diperhitungkan merupakan penerimaan didapat dari hasil
produksi yang digunakan sendiri oleh petani tetapi tetap diperhitungkan kepada orang
lain Soekartawi 2002.
2.5.2 Analisis Imbangan Penerimaan dan
Biaya RC Ratio Analysis
Menurut Soeharjo dan Patong 1973, pendapatan yang besar bukanlah sebagai
petunjuk bahwa usahatani efisien. Suatu usahatani dikatakan layak apabila memiliki
tingkat efisiensi penerimaan yang diperoleh atas setiap biaya yang dikeluarkan hingga
mencapai perbandingan tertentu. Kriteria kelayakan usahatani dapat diukur dengan
menggunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya RC ratio analysis yang
didasarkan
pada perhitungan
secara finansial. Analisis ini menunjukkan besar
penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani untuk setiap rupiah biaya yang
dikeluarkan untuk
kegiatan usahatani.
Semakin besar nilai RC maka akan semakin besar pula penerimaan usahatani yang
diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan
atau usahatani
dikatakan menguntungkan.
Adapun rumus
yang digunakannya adalah sebagai berikut:
⁄
Analisis imbangan penerimaan dan biaya RC Ratio dapat digunakan untuk
melihat keuntungan relatif dari suatu kegiatan cabang usahatani berdasarkan
perhitungan finansial dimana yang menjadi titik perhatian adalah unsur biaya yang
merupakan unsur modal. Dalam analisis ini akan diuji seberapa jauh setiap nilai rupiah
biaya yang dipakai dalam kegiatan cabang usahatani
yang bersangkutan
dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan
sebagai manfaatnya.
III. METODOLOGI