I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyediaan pangan, terutama beras merupakan
prioritas utama
dalam pembangunan nasional. Selain sebagai
makanan pokok untuk lebih dari 95 rakyat Indonesia, padi juga telah menyediakan
lapangan kerja bagi sekitar 20 juta rumah tangga petani pedesaan. Menurut Badan
Pusat Statistik 2012, selama 10 tahun terakhir
produksi padi
di Indonesia
mengalami peningkatan rata-rata 2,4 per tahun. Walaupun meningkat ternyata laju
produksi padi belum mampu memenuhi konsumsi beras yang mencapai 139 kg per
kapita per tahun.
Keragaman produksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi unsur iklim. Kegagalan
panen yang meluas seringkali terjadi akibat berlangsungnya kejadian iklim esktrim baik
dalam bentuk banjir maupun kekeringan. Beberapa hasil kajian menunjukkan bahwa
kegagalan panen akibat kejadian iklim ekstrim baik banjir maupun kekeringan
cenderung meningkat Boer dan Subbiah 2005,
Boer dan
Suharnoto 2012.
Disamping itu pada daerah dataran rendah, khususnya di dekat kawasan pantai, tingkat
ancaman banjir juga meningkat karena terjadinya
kerusakan lingkungan
pada wilayah tangkapan hujan yang menyebabkan
debit sungai meningkat di kawasan hilir ditambah dengan adanya masalah kenaikan
muka air laut. Pada beberapa wilayah di Indonesia seperti di Kabupaten Ciamis dan
Cilacap, wilayah pertanaman padi sudah ada yang tergenang selama musim hujan
sehingga
tidak bisa
lagi dilakukan
penanaman padi Adinata 2012. Di Desa Rawaapu, Kabupaten Ciamis
sekitar 300 ha dan Pamotan, Kabupaten Cilacap sekitar 200 ha lahan pertanian selalu
mengalami kebanjiran dengan tinggi hingga 1 m dengan lama waktu banjir sampai 4
bulan pada musim hujan IPPHTI 2012. Hal ini disebabkan oleh peningkatan curah
hujan, luapan sungai maupun rob yang disebabkan oleh perubahan iklim sehingga
sumber mata pencaharian utama masyarakat kedua desa tersebut hilang. Untuk mengatasi
hal
tersebut, dikembangkan
teknologi budidaya padi apung. Budidaya padi apung
merupakan teknik budidaya padi yang menggunakan rakit sebagai media tanam
sebagai upaya untuk adaptasi terhadap bencana banjir.
Dalam upaya pengembangan budidaya padi apung untuk mengatasi masalah banjir
tahunan, perlu dilakukan analisis ekonomi sehingga dapat diketahui perbandingan
potensi usaha ini dengan padi konvensional di Indonesia terutama di Desa Pamotan dan
Rawaapu.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Mempelajari teknologi padi apung. 2.
Menganalisis efektifitas biaya analisis ekonomi pengelolaan padi apung.
3. Menduga
potensi pengembangan
budidaya padi apung di Desa Pamotan dan Rawaapu.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perubahan Iklim
Iklim adalah rata-rata jangka panjang kondisi atmosfer cuaca di suatu tempat.
Menurut IPCC 2007, perubahan iklim adalah perubahan yang terjadi pada kondisi
iklim yang dapat diidentifikasi misal, dengan menggunakan uji statistik melalui
perubahan-perubahan pada nilai rata-rata atau variabilitas iklim, dan perubahan-
perubahan tersebut terjadi pada periode panjang, yaitu dekade atau lebih. Perubahan
iklim disebabkan oleh proses-proses alamiah maupun yang dipercepat akibat aktifitas
manusia antropogenik di muka bumi ini.
Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim adalah: a Meningkatnya
frekuensi bencana
alamcuaca ekstrim
seperti tanah longsor, banjir, kekeringan, dan badai tropis b Mengancam ketersediaan air
c Mengakibatkan pergeseran musim dan perubahan pola hujan d Menurunkan
produktivitas pertanian e Peningkatan temperatur akan mengakibatkan kebakaran
hutan f Mengancam biodiversitas dan keanekaragaman hayati Susandi et al.
2008. Beberapa daerah tertentu di Indonesia sangat rentan terhadap berbagai bahaya
perubahan
iklim antara
lain seperti
kekeringan, banjir, tanah longsor, dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini sangat
signifikan pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat dan keadaan sumberdaya alam
Lietmann 2009.
2.2 Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Pertanian
Sistem produksi
padi nasional
merupakan salah satu sistem yang dinilai
rentan terhadap kemungkinan perubahan dan anomali iklim. Kedua gejala alam ini
bersifat global dan sangat besar pengaruhnya terhadap pola unsur-unsur iklim, seperti
jumlah dan pola curah hujan, presipitasi lainnya, serta suhu udara dan lain-lain.
Perubahan iklim yang terjadi secara global secara jelas dapat dirasakan dalam beberapa
tahun
terakhir seperti
peningkatan temperatur udara, peningkatan ketinggian
permukaan air laut dan perubahan pola hujan yang menyebabkan terjadinya kekeringan
dan kebanjiran secara ekstrim Mirza 2003.
Peningkatan intensitas kejadian banjir sebagai efek perubahan iklim global dapat
menjadi ancaman
serius terhadap
keberlanjutan produksi beras nasional. Banjir yang terjadi pada saat musim tanam
padi akan menyebabkan penurunan produksi padi. Berdasarkan hasil simulasi, apabila
terjadi perubahan iklim diperkirakan pada tahun 2030 untuk kondisi normal, rata-rata
hasil tanaman padi akan lebih rendah dari rata-rata hasil padi saat ini, terjadi
penurunan masing-masing sekitar 20 hingga 30 Amien et al. 1999.
2.3 Pengaruh Banjir Terhadap Produksi