Sensor Kristal Fotonik TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 6. Ilustrasi perangkat sensor kristal fotonik mendeteksi larutan 14 Kedua defect pada kristal fotonik 1 dimensi menunjukkan posisi photonic pass band PPB dan photonic band gap PBG yang dapat divariasikan dengan mengubah nilai indeks bias dan ketebalan masing-masing defect. Defect berperan sebagai regulator dan reseptor. Dengan mengubah defect yang berperan sebagai regulator, dapat menyebabkan terjadinya perubahan panjang gelombang yang dilewatkan oleh kristal fotonik perubahan PPB. Sedangkan perubahan pada defect yang berfungsi sebagai reseptor mengubah nilai transmitansi. Aplikasi kristal fotonik satu dimensi yang diterapkan adalah fenomena PPB dengan variasi indeks bias defect kedua reseptor yang berupa sampel gas. 15 2.7 Metode Spektroskopi dan Hukum Beer-Lambert Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi dan atributnya berdasarkan cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan, diserap atau dipantulkan oleh materi tersebut. Spektroskopi juga dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara cahaya dan materi. Interaksi dari energi radiasi dengan bahan adalah merupakan dasar dari teori spektroskopi. Radiasi yang berasal dari sinar terdiri dari beberapa panjang gelombang dari yang sangat pendek sampai yang sangat panjang. 16 Spektrofotometer adalah instrumen yang digunakan untuk menghasilkan spektrum optik, baik spektrum emisi, spektrum absorpsi, spektrum transmisi dari sebuah benda atau objek. 17 Spektroskopi UV-Vis adalah teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat 190-380 nm dan sinar tampak 380-780 nm dengan memakai instrumen spektrofotometer. Spektroskopi UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektroskopi UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. 18 Susunan komponen dan prinsip kerja dari spektrofotometer ditunjukan pada Gambar 7 sumber cahaya polikromatik dihasilkan dari sumber cahaya, kemudian dilewatkan pada monokromator prisma atau kisi difraksi sehingga menjadi cahaya monokromatik, cahaya diteruskan pada sampel sehingga intensitas cahaya berkurang karena adanya penyerapan oleh sampel kemudian dideteksi oleh fotodetektor dan diproses beserta ditampilkan pada interface komputer. 17 Menurut hukum beer-lambert, serapan berbanding lurus dengan ketebalan bahan yang disinari dan hanya berlaku untuk cahaya monokromatik dan larutan yang encer. 19 Berkas cahaya yang datang pada medium dengan daya Po dan yang menembus medium dengan daya P. Jumlah sinar yang diserap atau diteruskan oleh suatu larutan adalah merupakan suatu fungsi eksponensial dari konsentrasi larutan dan ketebalan larutan yang disinari. 16 Transmitansi didefinisikan sebagai nisbah daya cahaya yang ditransmisikan melewati sampel terhadap daya cahaya datang, yang diukur pada panjang gelombang yang sama Gambar 2. ….. 2.1 Keterangan : T = Transmitansi P = Daya cahaya setelah menembus medium atau bahan watt Po = Daya cahaya yang datang watt Gambar 7. Pengaturan alat spektrofotometer 17 Gambar 8. Prinsip penyerapan cahaya 20 Besar daya cahaya yang hilang sebanding dengan Po, ketebalan medium berupa larutan dan sebuah konstanta absorpsivitas α. Absorpsivitas atau koefisien absorpsi merupakan karakteristik material dan fungsi panjang gelombang. 18 Persamaan Beer-Lambert : ….. 2.2 Keterangan : Po = Daya cahaya yang datang watt P = Daya cahaya setelah menembus medium atau bahan watt α = koefisien absorpsi m 2 g d = ketebalan medium atau bahan m c = konsentr asi larutan gm 3 Panjang gelombang yang digunakan untuk melakukan analisis kuantitatif suatu zat biasanya merupakan panjang gelombang yang menghasilkan serapan yang maksimum, sebab keakuratan pengukurannya menjadi lebih besar. Hal tersebut dapat terjadi karena pada panjang gelombang maksimum bentuk serapan pada umumnya landai sehingga perubahan yang tidak terlalu besar pada kurva serapan tidak menyebabkan kesalahan pembacaan yang terlalu besar pula dapat diabaikan. 21

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2011 hingga Januari 2013 di Laboratorium Biofisika, Laboratorium Fisika Material, dan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup PPLH yang seluruhnya berkedudukan di Institut Pertanian Bogor.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat gambar terlampir pada Lampiran 1 yang digunakan dalam penelitian ini antara lain 1. Tabung gas berkapasitas 5 liter isolation chamber 2. Tabung penjerap 3. Tabung alir sampel flow tube 4. Pompa vakum 5. Pompa sirkulasi 6. Ocean optic spectrophotometer USB 4000 7. UV-source ocean optic 8. Software ocean optic, 9. Ozonizer 10. Selang 11. Flowmeter 12. Termometer digital 13. Pipet tetes 14. Gelas ukur 15. Serat optik 16. Masker

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain 1. Larutan kalium iodida sebagai larutan penjerap 2. Aquades

3.3 Prosedur Penelitian

Metode pengukuran ozon pada penelitian ini menggunakan analisis spektroskopi dan hasilnya dibandingkan dengan hasil analisis kimia yang diuji di Laboratorium PPLH Institut Pertanian Bogor.

3.3.1 Menentukan panjang gelombang absorbsi

Pada awalnya, spektrofotometer diatur agar penggunaannya dapat optimal. Cuvet holder diganti dengan tabung alir. Outlet dari ozonizer dihubungkan ke bagian atas input tabung alir menggunakan selang. Bagian bawah output tabung alir disambungkan pula dengan selang pembuangan gas. Selang pembuangan dimasukkan ke dalam gelas kimia yang telah diisi penjerap kalium iodida sehingga ozon yang keluar tidak mencemari lingkungan. Setelah dilakukan kalibrasi terhadap spektrofotometer, ozonizer dinyalakan. Kemudian dilakukan pengamatan terhadap perubahan transmitansi yang terjadi selama ozon melewati tabung alir. Data kemudian disimpan sehingga dapat ditentukan panjang gelombang absorpsi gas ozon. Skema penentuan panjang gelombang absorbsi gas ozon dapat dilihat pada Gambar 9.

3.3.2 Pengosongan tabung isolasi

Untuk membuat tabung isolasi menjadi lebih kosong, tabung isolasi disedot menggunakan pompa vacuum sampai tekanan 70 kPa di bawah kondisi lingkungan.

3.3.3 Proses pengisian sampel gas

Selang outlet dari ozonizer dihubungkan ke tabung isolasi. Ozonizer dinyalakan sehingga ozon masuk dan tersimpan dalam tabung isolasi. Gambar 9. Skema pengujian panjang gelombang absorbsi gas ozon Gambar 10. Skema pengujian gas ozon

3.3.4 Pengujian sampel gas

Tabung isolasi disambungkan dengan flowmeter, tabung alir, dan tabung penjerap yang telah diisi larutan kalium iodida 10 ml sehingga membentuk sistem sirkulasi tertutup. Udara disirkulasikan dalam tabung dengan bantuan pompa sirkulasi selama 1 jam sehingga udara dalam tabung mengalir melalui flowmeter, tabung alir, tabung penjerap, kembali ke tabung isolasi dan begitu seterusnya. Flowmeter diatur pada laju 0,4 Lmenit. Saat udara dari dalam tabung mengalami sirkulasi, maka gas ozon yang ikut bersirkulasi melewati larutan penjerap kalium iodida dan terjerap di dalamnya. Sebelum terjerap, gas ozon terlebih dahulu melewati tabung alir yang telah disambungkan ke spektrofotometer. Selama terjadi sirkulasi udara, nilai transmitansi pada spektroskopi diamati dan data disimpan setiap 1 menit. Selain itu, dicatat pula suhu dan kelembaban udara selama pengujian. Skema pengujian gas ozon terlihat pada Gambar 10. Kalium iodida yang telah menjerap O 3 dikirim ke PPLH IPB untuk dilakukan analisis penentuan konsentrasi O 3 .

3.4. Perhitungan

3.4.1 Volum contoh uji udara yang diambil

Volum contoh uji udara yang diambil, dikoreksi pada kondisi normal 25 o C, 760 mmHg dengan menggunakan persamaan ….. 3.1 Keterangan: V = udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25 o , 760 mmHg F 1 = laju alir awal Lmenit F 2 = laju alir akhir Lmenit t = durasi pengambilan contoh uji menit Pa = tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji mmHg Ta = temperatur rata-rata selama pengambilan contoh uji o K 298 = konversi temperatur pada kondisi normal 25 o C ke dalam satuan kelvin 760 = tekanan udara standard mmHg. 3.4.2 Konsentrasi oksidan Konsentrasi oksidan dalam contoh uji dapat dihitung dengan persamaan ….. 3.2 Keterangan: C = konsentrasi oksidan di udara gNm 3 a = jumlah oksidan dalam contoh uji yang diperoleh dari kurva kalibrasi g V = volum udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25 o , 760 mmHg

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakterisasi Absorpsi Gas Ozon Spektrum absorpsi gas ozon tanpa penjerap ditampilkan pada Gambar 11. Dengan T1 adalah transmitansi untuk ulangan pertama, T2 adalah transmitansi ulangan ke dua, T3 adalah transmitansi untuk ulangan ke tiga, dan selanjutnya. Secara keseluruhan selang panjang gelombang untuk serapan gas ozon berada pada 220 – 300 nm rentang panjang gelombang UV-C. Puncak serapan gas ozon masing-masing pengujian berbeda dan ditunjukkan pada Tabel 5 dengan panjang gelombang rata-rata serapan adalah 254,889 nm. Pada pengujian, karakterisasi tidak dilakukan tepat pada panjang gelombang tersebut melainkan pada panjang gelombang 255,070 nm karena pada spektroskopi yang digunakan tidak terdapat panjang gelombang yang tepat 254,889 nm. Panjang gelombang