Pada  pengujian  gas  ozon  menggunakan penjerap  KI,  nilai  koefisien  absorpsi  α  gas
ozon  yang  terjerap  dalam  KI  adalah 43,5  m
2
µg.
22
Nilai  ini  sangat  jauh  berbeda dibandingkan  dengan  nilai  koefisien  absorpsi
α  gas  ozon  tanpa  penjerap  yang  hanya 0,2  m
2
µg.  Perbedaan  nilai  koefisien  absorpsi α  ini  menyebabkan  perbedaan  sensitivitas
pengujian.  Pada  pengujian  menggunakan penjerap,  perubahan  konsentrasi  yang  kecil
dapat menyebabkan terjadinya perubahan nilai transmitansi
yang cukup
besar. Pada
pengujian  tanpa  penjerap,  akibat  dari  nilai koefisien  absorpsi  α  yang  kecil,  pada  saat
terjadi perubahan konsentrasi yang kecil maka perubahan  nilai  transmitansi  tidak  akan
terlihat jelas.
4.6  Keuntungan dan Kerugian Pengukuran Gas Ozon Tanpa
Penjerap dengan Pengukuran Gas Ozon Menggunakan Penjerap
Dari  kedua  metode  pengukuran  gas  ozon yaitu
pengukuran tanpa
penjerap dan
pengukuran  menggunakan  penjerap  memiliki kelebihan  dan  kekurangan  masing-masing.
Pada  pengukuran  gas  ozon  tanpa  penjerap kurang  sensitif karena belum  dapat mengukur
perbedaan konsentrasi yang kecil. Sensitivitas pengukuran  gas  ozon  tanpa  penjerap    dapat
ditingkatkan  dengan  menggunakan  kristal fotonik  pada  saat  pengujian.  Semakin  banyak
jumlah  lapisan  pada  kristal  fotonik,  akan semakin  meningkatkan  sensitivitasnya,  tetapi
akan diperlukan biaya  yang cukup besar pada pembuatan
kristal fotonik
tersebut. Keuntungan  pengukuran  gas  ozon  tanpa
penjerap adalah biaya operasional yang  lebih murah  dibandingkan  pada  pengukuran  gas
ozon dengan penjerap.
Pengukuran  gas  ozon  dengan  penjerap memiliki
kelebihan pada
sensitivitas pengukuran.  Pengukuran  dengan  metode  ini
lebih mampu
mengukur perbedaan
konsentrasi  yang  kecil.  Kelemahan  dari pengukuran  gas  ozon  dengan  penjerap  adalah
pada  biaya  operasional  yang  lebih  tinggi karena
diperlukan  penggantian  penjerap secara berkala.
Panjang  gelombang  absorpsi  gas  ozon berada  pada  daerah  UV-C  yaitu  pada  rentang
panjang  gelombang  220-300  nm  dengan puncak  absorpsi  rata-rata  pada  panjang
gelombang 254,889 nm. Berbeda dengan hasil pengujian  menggunakan  penjerap  KI  yang
memiliki rentang panjang gelombang absorpsi 310
–  400  nm  dengan  puncak  panjang gelombang  absorpsi  pada  panjang  gelombang
351,58  nm  yang  berada  pada  rentang  UV-A. Kurva  realtime  menunjukkan  hubungan  nilai
transmitansi gas ozon yang melalui tabung alir selama  15  menit  terhadap  waktu  pengujian
dalam  menit  dengan  pola  yang  beragam sesuai dengan jumlah gas ozon yang melewati
tabung  alir  pengujian.  Konsentrasi  gas  ozon diperoleh  dengan  mengukur  konsentrasi  gas
ozon  yang  terjebak  pada  larutan  KI. Konsentrasi  total  gas  ozon  yang  terserap
dalam  larutan  KI  ditentukan  menggunakan metode
NBKI yang
dilakukan di
Laboratorium PPLH
IPB. Hubungan
konsentrasi  total  dari  gas  ozon  yang  terjerap terhadap  rata-rata  transmitansi  gas  ozon  yang
mengalir  di  tabung  alir  pada  pengujian  gas zozon  tanpa  penjerap  memiliki  respon
eksponensial  dengan  determinasi  sebesar 83,08,  sedangkan  pada  pengujian  gas  ozon
dengan
penjerap memiliki
koefisien determinasi  lebih  dari  99.  Semakin  besar
konsentrasi gas ozon yang melalui tabung alir, maka  semakin  kecil  nilai  transmitansi  gas
ozon.  Koefisien  absorpsi  gas  ozon  ditentukan dengan  persamaan  garis  pada  kurva  kalibrasi
hubungan  rata-rata  transmitansi  terhadap konsentrasi total  dan diperoleh nilai koefisien
absorpsi α sebesar 0,2 m
2
µg. Hal ini berarti bahwa  jika  terdapat  sebanyak  1  µg  gas  ozon
pada  daerah  seluas  0,2  m
2
dengan  ketebalan 1  m,  yang  dilewatkan  cahaya  UV-C  dengan
panjang  gelombang  255,070  nm  sesuai dengan  panjang  gelombang  pada  subbab  4.1
dapat  mengurangi  nilai  transmitansi  dari 97,885  menjadi  36,010.  Nilai  koefisien
absorpsi  α  gas  ozon  sebesar  0,2  m
2
µg  ini jauh  lebih  kecil  dibandingkan  koefisien
absorpsi α gas ozon dalam penjerap KI yaitu 43,5 m
2
µg.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
Panjang  gelombang  absorpsi  gas  ozon berada  pada  daerah  UV-C  yaitu  pada  rentang
220-300 nm dengan puncak absorpsi rata-rata pada  panjang  gelombang  254,889  nm.  Pada
pengujian  gas  ozon  menggunakan  penjerap KI,  panjang  gelombang  absorpsi  berada  pada
selang
UV-A yaitu
pada rentang
310 –  400  nm  dengan  puncak  panjang
gelombang absorpsi 351,58 nm. Data realtime menunjukkan nilai transmitansi gas ozon yang
melalui  tabung  alir  selama  15  menit  terhadap waktu  dalam  menit  dengan  pola  yang
beragam sesuai dengan jumlah gas ozon yang
melewati  tabung  alir  pengujian.  Konsentrasi gas
ozon diperoleh
dengan mengukur
konsentrasi  gas  ozon  yang  terjebak  pada larutan  KI.  Konsentrasi  total  gas  ozon  yang
terserap dalam
larutan KI
ditentukan menggunakan  metode  NBKI  yang  dilakukan
di  Laboratorium  PPLH  IPB.    Hubungan konsentrasi  total  dari  gas  ozon  yang  terjerap
terhadap  rata-rata  transmitansi  gas  ozon  yang mengalir  di  tabung  alir  memiliki  respon
eksponensial  dengan  koefisien  determinasi sebesar  83,08.  Nilai  ini  berbeda  dengan
hasil  pengujian  gas  ozon  menggunakan penjerap  KI  yang  memperoleh  nilai  koefisien
determinasi  sebesar  lebih  dari  99.  Dari  16 kali  pengujian  gas  ozon  tanpa  penjerap,
diperoleh
nilai konsentrasi
sebesar 7,1824 µgm
3
, 23,1165 µgm
3
, 58,8339 µgm
3
, 71,2591
µgm
3
, 88,5784
µgm
3
, 93,8117
µgm
3
, 137,2394
µgm
3
, 147,5649
µgm
3
, 245,9809
µgm
3
, 459,9747  µgm
3
,  538,5058  µgm
3
,  dan 595,1889  µgm
3
.  Perbedaan  nilai  konsentrasi pada  setiap  pengujian  dikarenakan  perbedaan
perlakuan  pengujian,  yaitu  pengujian  dengan tekanan -70 kPa dan pengujian yang langsung
dilakukan  dengan  mengalirkan  ozon  dari ozonizer  selama  proses  pengujian.  Selain  itu,
produksi ozon dari ozonizer tidak selalu sama pada
setiap pengujian.
Semakin besar
konsentrasi gas ozon yang melalui tabung alir, maka  semakin  kecil  nilai  transmitansi  gas
ozon.  Koefisien  absorpsi  α  gas  ozon ditentukan  dengan  persamaan  garis  pada
kurva kalibrasi
hubungan rata-rata
transmitansi  terhadap  konsentrasi  total    dan diperoleh nilai koefisien absorpsi α  sebesar
0,2 m
2
µg. Hal ini berarti bahwa jika terdapat sebanyak  1  µg  gas  ozon  pada  daerah  seluas
0,2 m
2
dengan ketebalan 1 m, yang dilewatkan cahaya dengan panjang gelombang 255,07 nm
sesuai  dengan  panjang  gelombang  pada subbab  4.1    dapat  mengurangi  nilai
transmitansi  dari  97,885  menjadi  36,010.
Nilai  koefisien  absorpsi  α  gas  ozon  sebesar 0,2  m
2
µg  ini  jauh  lebih  kecil  dibandingkan koefisien  absorps
i  α  gas  ozon  dalam penjerap KI yaitu 43,5 m
2
µg.
5.2  Saran
Penelitian  selanjutnya  diharapkan  telah menggunakan  kristal  fotonik  dan  sumber
cahaya  yang  spesifik  agar  lebih  sensitif sehingga  dapat  digunakan  untuk  mendeteksi
gas ozon dengan konsentrasi  yang lebih kecil.
Kristal  fotonik  harus  dirancang  dengan panjang  gelombang  photonic  pass  band
255  nm,  sesuai  dengan  panjang  gelombang absorpsi  gas  ozon  yang  telah  diukur  dalam
penelitian  ini.  Sumber  cahaya  spesifik  yang disarankan  untuk  digunakan  adalah  sumber
cahaya  dengan  puncak  panjang  gelombang 255 nm.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wardhana
WA. 2004.
Dampak Pencemaran  Lingkungan.  Yogyakarta:
Andi. 2.
Kristanto  P.  2004.  Ekologi  Industri. Yogyakarta: Andi.
3. Iksan  P.  2008.  Analisis  pencemaran
udara  O
3
dan  PM10  pada  bulan terbasah  dan  bulan  terkering  Studi
Kasus:  DKI  Jakarta  [Skripsi].  Bogor: Institut Pertanian Bogor, IPB
4. Susanto  AS,  Yunus  F,  Wiyono  WH,
Ikhsan M. 2003. Pengaruh inhalasi ozon terhadap  kesehatan  paru.  Cermin  Dunia
Kedokteran 138:11-16. 5.
Hardini  AS,  Risdianto  DY.  2010. Analisis
hubungan antara
ozon permukaan  dan  UV-B  Studi  Kasus:
Data Watukosek
2009. Seminar
Nasional Pascasarjana X-ITS. 6.
Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan
BAPEDAL. 1998.
Pedoman Teknis
Perhitungan dan
Pelaporan serta
Informasi Indeks
Standar Pencemar Udara ISPU. 7.
Keputusan  Kepala  Badan  Pengendalian Dampak  Lingkungan  No.  107  Tahun
1997 Tanggal 21 November 1997 8.
Pikatan S. Ozon di atmosfir  erosi pada lapisan  ozon  mengancam  kehidupan  di
permukaan  bumi.  Buletin  Ilmiah  Univ. Surabaya Volume 1 1:1-7.
9. Cockell  CS,  Knowland  J.  1999.
Ultraviolet radiation
screening compounds. Biol. Rev. 74: 311-345
10. Kurniawan  C.  2010.  Analisis  kopling
medan elektromagnetik
transverse magnetic  TM  pada  kristal  fotonik  2D
dengan  defek  indeks  bias  simetrik menggunakan  metode  tensor  green
[Skripsi].  Bogor:  Institut  Pertanian Bogor, IPB
11. Hardhienata  H.  2005.  Analisis  relasi
disperse gelombang
elektromagnetik datar  stasioner  dalam  kristal  fotonik
kuasi-periodik  satu  dimensi    [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, IPB
12. Joannopoulos JD, Johnson SG, Winn JN.
2008.  Photonic  Crystal,  Molding  the Flow
of  Light.  United  Kingdom: Princeton University Press