Kurva Kalibrasi Rata-rata Transmitansi dan Konsentrasi

terhadap konsentrasi tersebut. Data diurutkan berdasarkan nilai konsentrasi gas ozon dari nilai konsentrasi gas ozon yang terkecil hingga yang terbesar. Hubungan dari rata-rata transmitansi terhadap konsentrasi total dan hubungan dari rata-rata transmitansi terhadap nilai ISPU dapat dilihat pada Gambar 14. dan data disajikan pada Tabel 6. Perhitungan nilai ISPU dilakukan dengan menggunakan persamaan 4.2 berikut ….. 4.2 Keterangan: I = ISPU terhitung Ia = ISPU batas atas Ib = ISPU batas bawah Xa = konsentrasi udara lingkungan batas atas µgm 3 Xb = konsentrasi udara lingkungan batas bawah µgm 3 Xx = konsentrasi udara lingkungan hasil pengukuran µgm 3 Data ditampilkan dalam bentuk ISPU agar dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi kualitas udara yang diuji. Tabel 6. Data log transmitansi, hasil konsentrasi µgm 3 , ISPU, dan kategori ISPU Rata- rata trans- mitansi log trans- mitansi Konsen- trasi µgm 3 ISPU Kategori ISPU 90,781 1,95799 7,1824 2,9927 BAIK 92,032 1,96394 23,1165 9,6319 BAIK 98,256 1,99236 58,8339 24,5141 BAIK 98,090 1,99162 71,2591 29,6913 BAIK 98,543 1,99362 88,5784 36,9077 BAIK 96,204 1,98319 93,8117 39,0882 BAIK 87,421 1,94162 137,2394 57,4954 SEDANG 98,549 1,99365 147,5649 61,9847 SEDANG 96,950 1,98655 245,9809 106,6551 TIDAK SEHAT 94,053 1,97337 459,9747 214,9937 SANGAT TIDAK SEHAT 96,945 1,98653 538,5058 234,6265 SANGAT TIDAK SEHAT 95,047 1,97794 595,1889 248,7972 SANGAT TIDAK SEHAT 95,994 1,98224 604,4610 251,1153 SANGAT TIDAK SEHAT 74,504 1,87218 975,9697 387,9849 BERBA- HAYA 66,934 1,82564 2417,8002 1108,9001 BERBA- HAYA 63,749 1,80447 2657,7466 1228,8733 BERBA- HAYA Gambar 14. Hubungan rata-rata transmitansi terhadap konsentrasi total µgm 3 dan rata- rata transmitansi terhadap ISPU pada pengujian tanpa penjerap Gambar 15. Hubungan rata-rata log transmitansi terhadap konsentrasi total µgm 3 dan log transmitansi terhadap ISPU Gambar 16. Hubungan transmitansi terhadap konsentrasi µgm 3 hasil perhitungan dan transmitansi terhadap konsentrasi µgm 3 validasi PPLH pada pengujian gas ozon dengan penjerap kalium iodida KI a pada tekanan -40 kPa. b pada tekanan -70 kPa 22 y = 97,885e -2E-04x R² = 0,8308 y = 97,527e -3E-04x R² = 0,8229 500 1000 1500 50 60 70 80 90 100 110 1000 2000 3000 Rata -r at a tr an smit an si Konsentrasi µgm 3 ISPU Konsentrasi ISPU Expon. Konsentrasi Expon. ISPU y = -7E-05x + 1,9907 R² = 0,8308 y = -0,0001x + 1,9891 R² = 0,8229 500 1000 1500 1.75 1.8 1.85 1.9 1.95 2 2.05 1000 2000 3000 lo g T Konsentrasi µgm 3 ISPU Konsentrasi ISPU Linear Konsentrasi Linear ISPU Dari Gambar 14 tersebut diketahui bahwa terdapat hubungan eksponensial antara nilai transmitansi terhadap total konsentrasi pada setiap pengujian dengan nilai koefisien determinasi sebesar 83,08 . Pada setiap pengujian, jumlah konsentrasi total tidaklah sama. Hal ini dikarenakan proses pengujian dilakukan dengan beberapa perlakuan. Yaitu dengan tekanan -70 kPa dan pengujian yang langsung dilakukan dengan mengalirkan ozon dari ozonizer selama proses pengujian. Hal ini dilakukan agar diperoleh variasi konsentrasi sehingga dapat dilakukan analisis hubungan antara nilai transmitansi rata-rata dan konsentrasi total gas ozon. Selain itu, produksi ozon dari ozonizer yang tidak selalu sama juga mempengaruhi jumlah total konsentrasi ozon yang terjerap. Selain dalam hubungan transmitansi gas ozon terhadap konsentrasi gas ozon yang membentuk hubungan eksponensial, kurva dapat pula ditampilkan dalam bentuk linear dengan mengubah nilai transmitansi gas ozon ke dalam bentuk log. Hubungan rata-rata log transmitansi terhadap konsentrasi total µgm 3 dan log transmitansi terhadap ISPU dapat dilihat pada Gambar 15. Baik pada Gambar 14 maupun pada Gambar 15, terlihat bahwa konsentrasi dan ISPU tidak seluruhnya berimpit. Hal ini dikarenakan hubungan antara konsentrasi dan ISPU gas ozon hanya linear pada selang tertentu seperti yang telah ditampilkan pada Gambar 1 halaman 10. Dari data ISPU yang diperoleh, terlihat bahwa gas ozon yang diuji mewakili seluruh kategori antara lain baik, yaitu rentang nilai ISPU antara 0 – 50, kategori sedang, yaitu rentang nilai ISPU antara 51 – 100, kategori tidak sehat, yaitu rentang nilai ISPU antara 101 – 199, kategori sangat tidak sehat, yaitu rentang nilai ISPU antara 200 – 299, dan kategori berbahaya, yaitu rentang nilai ISPU di atas 300. Data yang dimiliki cenderung berada pada rentang baik. Pada pengujian dengan menggunakan penjerap KI, hubungan konsentrasi gas ozon terhadap nilai transmitansi ditampilkan pada Gambar 16. Dari Gambar 16 diketahui bahwa pada pengujian gas ozon menggunakan penjerap KI juga diperoleh hubungan eksponensial antara konsentrasi gas ozon dan transmitansi meskipun menggunakan panjang gelombang pengujian yang berbeda sesuai dengan karakterisasi masing-masing. Namun pada pengujian gas ozon dengan menggunakan penjerap diperoleh nilai koefisien determinasi yang lebih besar yaitu di atas 99 . 22 Nilai koefisien determinasi ini berbeda dengan nilai koefisien determinasi pada pengujian gas ozon secara langsung yang hanya sebesar 83,08 .

4.5 Koefisien Absorpsi Gas Ozon

Koefisien absorpsi atau α merupakan sifat penyerapan cahaya yang menandakan besarnya cahaya yang diserap saat dilewatkan pada suatu bahan. Koefisien absorpsi juga merupakan karakteristik bahan dan fungsi panjang gelombang. Artinya nilai ini hanya dipengaruhi oleh sifat bahan dan panjang gelombang. Tanpa dipengaruhi konsentrasi maupun ketebalan bahan. Berdasarkan Gambar 14, diperoleh koefisien absorpsi gas ozon sebesar 0,2 m 2 µg. Nilai ini diperoleh sesuai dengan persamaan Beer-Lambert. Hukum Beer-Lambert menyatakan bahwa konsentrasi berbanding secara eksponensial terhadap konsentrasi. Gambar 14 menampilkan hubungan antara rata-rata transmitansi dan konsentrasi dengan persamaan y = 97,885e -2E-04x . Pangkat eksponen sebesar -0,0002x pada persamaan tersebut sebanding dengan negatif dari perkalian antara koefisien absorpsi, konsentrasi dan ketebalan bahan. Nilai 0,0002 merupakan nilai yang mewakili perkalian antara koefisien absorpsi α dan ketebalan bahan. Saat pengujian, ketebalan diatur pada 1 mm, maka diperoleh nilai koefisien absorpsi α gas ozon sebesar 0,2 m 2 µg. Hal ini berarti bahwa jika terdapat sebanyak 1 µg gas ozon pada daerah seluas 0,2 m 2 dengan ketebalan 1 m, yang dilewatkan cahaya dengan panjang gelombang 255,07 nm sesuai dengan panjang gelombang pada subbab 4.1 dapat mengurangi nilai transmitansi dari 97,885 menjadi 36,010. Nilai absorpsi gas ozon tersebut digunakan sebagai dasar dalam desain kristal fotonik untuk mendeteksi gas ozon sesuai dengan panjang gelombang absorpsi gas ozon. Gambar 17. Ilustrasi penurunan nilai transmitansi cahaya dengan panjang gelombang 255,070 nm saat melalui gas ozon OZON = 255,070 nm T =97,885 T 1 =36,010 Pada pengujian gas ozon menggunakan penjerap KI, nilai koefisien absorpsi α gas ozon yang terjerap dalam KI adalah 43,5 m 2 µg. 22 Nilai ini sangat jauh berbeda dibandingkan dengan nilai koefisien absorpsi α gas ozon tanpa penjerap yang hanya 0,2 m 2 µg. Perbedaan nilai koefisien absorpsi α ini menyebabkan perbedaan sensitivitas pengujian. Pada pengujian menggunakan penjerap, perubahan konsentrasi yang kecil dapat menyebabkan terjadinya perubahan nilai transmitansi yang cukup besar. Pada pengujian tanpa penjerap, akibat dari nilai koefisien absorpsi α yang kecil, pada saat terjadi perubahan konsentrasi yang kecil maka perubahan nilai transmitansi tidak akan terlihat jelas.

4.6 Keuntungan dan Kerugian Pengukuran Gas Ozon Tanpa

Penjerap dengan Pengukuran Gas Ozon Menggunakan Penjerap Dari kedua metode pengukuran gas ozon yaitu pengukuran tanpa penjerap dan pengukuran menggunakan penjerap memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pada pengukuran gas ozon tanpa penjerap kurang sensitif karena belum dapat mengukur perbedaan konsentrasi yang kecil. Sensitivitas pengukuran gas ozon tanpa penjerap dapat ditingkatkan dengan menggunakan kristal fotonik pada saat pengujian. Semakin banyak jumlah lapisan pada kristal fotonik, akan semakin meningkatkan sensitivitasnya, tetapi akan diperlukan biaya yang cukup besar pada pembuatan kristal fotonik tersebut. Keuntungan pengukuran gas ozon tanpa penjerap adalah biaya operasional yang lebih murah dibandingkan pada pengukuran gas ozon dengan penjerap. Pengukuran gas ozon dengan penjerap memiliki kelebihan pada sensitivitas pengukuran. Pengukuran dengan metode ini lebih mampu mengukur perbedaan konsentrasi yang kecil. Kelemahan dari pengukuran gas ozon dengan penjerap adalah pada biaya operasional yang lebih tinggi karena diperlukan penggantian penjerap secara berkala. Panjang gelombang absorpsi gas ozon berada pada daerah UV-C yaitu pada rentang panjang gelombang 220-300 nm dengan puncak absorpsi rata-rata pada panjang gelombang 254,889 nm. Berbeda dengan hasil pengujian menggunakan penjerap KI yang memiliki rentang panjang gelombang absorpsi 310 – 400 nm dengan puncak panjang gelombang absorpsi pada panjang gelombang 351,58 nm yang berada pada rentang UV-A. Kurva realtime menunjukkan hubungan nilai transmitansi gas ozon yang melalui tabung alir selama 15 menit terhadap waktu pengujian dalam menit dengan pola yang beragam sesuai dengan jumlah gas ozon yang melewati tabung alir pengujian. Konsentrasi gas ozon diperoleh dengan mengukur konsentrasi gas ozon yang terjebak pada larutan KI. Konsentrasi total gas ozon yang terserap dalam larutan KI ditentukan menggunakan metode NBKI yang dilakukan di Laboratorium PPLH IPB. Hubungan konsentrasi total dari gas ozon yang terjerap terhadap rata-rata transmitansi gas ozon yang mengalir di tabung alir pada pengujian gas zozon tanpa penjerap memiliki respon eksponensial dengan determinasi sebesar 83,08, sedangkan pada pengujian gas ozon dengan penjerap memiliki koefisien determinasi lebih dari 99. Semakin besar konsentrasi gas ozon yang melalui tabung alir, maka semakin kecil nilai transmitansi gas ozon. Koefisien absorpsi gas ozon ditentukan dengan persamaan garis pada kurva kalibrasi hubungan rata-rata transmitansi terhadap konsentrasi total dan diperoleh nilai koefisien absorpsi α sebesar 0,2 m 2 µg. Hal ini berarti bahwa jika terdapat sebanyak 1 µg gas ozon pada daerah seluas 0,2 m 2 dengan ketebalan 1 m, yang dilewatkan cahaya UV-C dengan panjang gelombang 255,070 nm sesuai dengan panjang gelombang pada subbab 4.1 dapat mengurangi nilai transmitansi dari 97,885 menjadi 36,010. Nilai koefisien absorpsi α gas ozon sebesar 0,2 m 2 µg ini jauh lebih kecil dibandingkan koefisien absorpsi α gas ozon dalam penjerap KI yaitu 43,5 m 2 µg.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Panjang gelombang absorpsi gas ozon berada pada daerah UV-C yaitu pada rentang 220-300 nm dengan puncak absorpsi rata-rata pada panjang gelombang 254,889 nm. Pada pengujian gas ozon menggunakan penjerap KI, panjang gelombang absorpsi berada pada selang UV-A yaitu pada rentang 310 – 400 nm dengan puncak panjang gelombang absorpsi 351,58 nm. Data realtime menunjukkan nilai transmitansi gas ozon yang melalui tabung alir selama 15 menit terhadap waktu dalam menit dengan pola yang beragam sesuai dengan jumlah gas ozon yang