Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan yang dilakukan PT. WSL

24 3. Prosedur operasi standar untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya kebakaran hutan dan atau lahan Gambar 20 Operasi standar kebakaran hutan PT. WSL 4. Perangkat organisasi yang bertanggung jawab dalam mencegah dan menanggulangi terjadinya kebakaran hutan dan atau lahan Gambar 21 Organisasi penanggulangan kebakaran PT. WSL 25 5. Pelatihan penanggulangan kebakaran hutan dan atau lahan secara berkala Pelatihan pemadaman kebakaran dilakukan oleh secara berkala setiap 1 bulan sekali secara bergiliran di setiap departemen dan di camp- camp yang aktif di PT. WSL.

b. Pemadaman

Pemadaman dilakukan setelah kebakaran terdeteksi, kegiatan pemadaman menggunakan peralatan yang ada serta menggunakan sarana yang ada seperti kanal sebagai sumber air.

c. Penangangan pasca kebakaran hutan

Penangan pasca kebakaran yang dilakukan oleh PT. WSL adalah dengan penanaman kembali tanaman-tanaman yang terbakar seperti sedia kala. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Curah hujan rata-rata 5 tahun terakhir 2008─2012 PT. WSL adalah 3199 mm dan masuk dalam klasifikasi tidak rawan terhadap kebakaran. Peristiwa kebakaran hutan di PT. WSL 99.99 disebabkan oleh aktivitas manusia seperti membuang puntung rokok, membuat perapian, membakar sarang tawon, ataupun kesengajaan dari pihak-pihak tertentu. 2. Potensi sumber api dari pihak pengelola tergolong rendah karena pengelola menerapkan 100 sistem mekanis dalam pembersihan lahan. Potensi sumber api terbesar sekitar 60 dari masyarakat desa sekitar konsesi, dimana hampir setiap keluarga masih menerapkan sistem bakar dalam pembersihan lahan baik di Desa Permata maupun di Desa Radak II. Potensi sumber api yang bersumber dari konflik juga tergolong tinggi, baik dari dalam maupun pihak luar. 3. Upaya pengendalian kebakaran hutan yang dilakukan oleh PT. WSL yakni pencegahan, pemadaman dan penanganan pasca kebakaran hutan, namun pelaksanaanya masih kurang optimal. Saran 1. Perlunya diadakan sosialisasi secara berkala disarankan 3 bulan sekali agar masyarakat sekitar konsesi mengerti dan paham akan bahaya pembersihan lahan menggunakan api. Pentingnya pertemuan dan juga berfungsi sebagai sarana silahturahmi dengan masyarakat sekitar agar hubungan dengan masyarakat terjalin harmonis sehingga dapat meminimalisir potensi terjadinya konflik yang juga akan meningkatakan potensi terjadinya kebakaran hutan.